Mengenal Tanaman Walisongo, dari Mitos dan Cara Merawatnya!
Ada banyak mitos tanaman Walisongo yang beredar di masyarakat. Meski begitu, yang paling utama dari tanaman ini adalah sebagai tanaman hias rumah untuk menetralisir udara.
Selain itu, tanaman ini banyak digunakan sebagai pajangan di ruangan.
Tanaman yang memiliki nama latin Schefflera grandiflora ini memiliki ciri-ciri daunnya cukup tebal dengan warna hijau dan putih kekuning-kuningan.
Pangkal daunnya juga seperti jari dan berjumlah 9. Tanaman ini termasuk dalam golongan tanaman perdu yang cukup langka di Indonesia.
Harga tanaman Walisongo ini di pasaran masih relatif mahal jika dibandingkan dengan bunga hias lainnya, terlebih bunga Walisongo impor.
Lantas, mengapa mitos tanaman Walisongo masih sering beredar? Yuk, simak penjelasannya!
Asal Usul Tanaman Walisongo
Tanaman Walisongo atau umbrella tree (Schefflera arboricola), merupakan tumbuhan yang selalu hijau dan memiliki daun mengkilap yang tersebar seperti payung.
Bentuk daunnya yang menyerupai payung ini terkadang lebih menonjol, karena bagian bawah daun bisa gugur sehingga batangnya terlihat kosong.
Sementara daun-daun hijau yang lebat tetap ada di bagian atasnya, memberikan kesan visual seperti payung terbuka.
Kadang-kadang, tanaman Walisongo sering disamakan dengan Heptapleurum actinophyllum yang sangat mirip.
Baca Juga: 9 Jenis Tanaman Hias Tahan Panas, Mudah Dirawat!
Cara termudah untuk membedakannya adalah melalui ukuran dan bentuk daunnya, namun perawatan yang diperlukan untuk kedua jenis tanaman ini hampir sama.
Tanaman Walisongo berasal dari hutan-hutan di Taiwan, Cina, New Guinea, dan Australia.
Faktanya, tanaman ini banyak ditemukan di Australia sehingga kadang-kadang disebut sebagai “schefflera Australia”.
Perlu diketahui bahwa tanaman ini dapat menjadi invasif dan bahkan dianggap sebagai gulma di beberapa daerah.
Sejarah Tanaman Walisongo
Moms mungkin bingung mengapa tanaman ini disebut tanaman walisongo? Adakah kaitannya dengan Wali Songo atau 9 wali?
Tertanyata, nama tersebut dipakai karena dalam satu tangkai tanaman ini biasanya terdapat 9 helai daun.
Hal ini sejalan dengan sebutan Wali Songo yang merujuk pada sembilan tokoh yang menyebarkan agama Islam di Indonesia.
Wali Songo memiliki arti sembilan wali yang punya sejarah penting bagi perkembangan agama Islam di Nusantara.
Karena memiliki 9 helai daun dan diberi nama Walisongo, tanaman ini dianggap memiliki makna simbolik yang berkaitan dengan spiritual.
Oleh karena itu, tidak heran jika banyak masyarakat yang memiliki tanaman Walisongo di rumah mereka.
Mitos Tanaman Walisongo
Indonesia tampaknya memang senang dengan hal-hal berbau mitos, termasuk mitos seputar tanaman.
Berikut mitos tanaman Walisongo yang mungkin Moms belum ketahui.
1. Pembawa Keberuntungan
Biasanya, dalam satu tangkai tanaman Walisongo terdapat 8-9 kelopak daun. Ini sesuai dengan namanya, songo yang berarti sembilan.
Meskipun begitu, kebanyakan kelopak tersebut hanya berjumlah 8. Kelopak berjumlah 9 sangat jarang ditemui.
Ada mitos yang beredar, bila seseorang mempunyai tanaman Walisongo yang terdiri dari 9 kelopak daun, maka orang tersebut akan mendapat keberuntungan.
Oleh karena itu, Moms tidak perlu ragu lagi bila ingin memelihara tanaman Walisongo ini.
2. Penangkal Roh Halus
Tidak hanya itu, mitos tanaman Walisongo berikutnya yang beredar justru berkaitan dengan makhluk halus.
Bagi sebagian orang, tanaman yang satu ini dipercaya sebagai penangkal roh halus yang jahat.
Namun, semua ini hanyalah mitos, bukan? Karena mudah dirawat dan dapat mempercantik rumah, tak ada salahnya Moms memelihara tanaman ini.
Siapa tahu memang bisa membawa keberuntungan dan keamanan.
Baca Juga: 10+ Tanaman Hias Beracun yang Berbahaya untuk Si Kecil
Cara Budidaya Tanaman Walisongo
Cara menanam tanaman Walisongo bisa dilakukan melalui 3 metode, yaitu cara stek, cangkok, atau dengan menyebarkan bijinya.
Namun pada kesempatan ini, Moms akan mempelajari cara menanam tanaman Walisongo melalui teknik stek pucuk.
Alasannya karena teknik inilah yang paling mudah dipraktikkan serta menghasilkan anakan yang lebih baik dibanding dengan teknik lainnya.
Langkah pertama bisa dilakukan dengan mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, berikut di antaranya:
Alat dan Bahan:
- Pisau atau gunting tanaman
- Pot atau polybag
- Indukan bunga Walisongo
- Media tanam berupa pasir
Cara Menanam:
- Pertama-tama, persiapkanlah media tanam yang dibutuhkan.
- Ada baiknya menambahkan unsur hara ke dalam media tanam yang akan digunakan tersebut agar nantinya dapat merangsang pertumbuhan akar menjadi lebih cepat.
- Caranya adalah dengan mencampurkan pasir malang, pupuk kompos atau pupuk kandang, dan sekam bakar.
- Gunakan perbandingan 2 : 1 : 3, lalu diamkan selama 1 hari agar nutrisi dalam pupuk tersebut bisa terserap sempurna.
- Ambil atau potong cabang bunga Walisongo dengan panjang sekitar 15 – 30 cm dengan pisau atau gunting tanaman.
- Pilih tanaman yang sehat serta tidak terlalu tua.
- Oleskan fungisida atau zat perangsang tumbuhan pada permukaan batang yang telah dipotong.
- Tanam di dalam media tanam sementara, beri sedikit air untuk menjaga kelembapannya.
- Tempatkanlah bibit bunga Walisongo tersebut di daerah yang teduh.
- Jika bibit bunga Walisongo telah kuat, Moms bisa memindahkannya ke media tanam permanen.
Jika Moms berencana menempatkan tanaman Walisongo di dalam ruangan, maka letakkanlah dalam pot yang memiliki bentuk atau warna yang menarik.
Sehingga, tampilan dari bunga ini akan lebih menonjol lagi.
Baca Juga: 9 Cara Membuat Pot Tanaman Hias dari Barang Bekas, Cantik dan Mudah!
Cara Merawat Tanaman Walisongo
Dalam merawat tanaman walisongo, sebenarnya hampir sama dengan tanaman hias lainnya. Nah berikut ini caranya:
1. Mengatur Pencahayaan
Walisongo adalah jenis tanaman yang membutuhkan pencahayaan sedang. Mereka memerlukan cahaya terang tetapi tidak terpapar langsung oleh sinar matahari.
Jika cahaya kurang, tanaman akan menjadi panjang dan tangkai daunnya akan terkulai. Sementara itu, paparan langsung sinar matahari pada daun dapat menyebabkan daun terbakar.
2. Mengatur Frekuensi Penyiraman
Penyiraman yang tepat sangat penting untuk kelangsungan hidup tanaman Walisongo. Moms disarankan menyiramnya ketika permukaan tanah di pot sudah kering.
Saat menyiram, basahi tanah secara menyeluruh. Jika Moms menyiram terlalu banyak, daun bisa menguning dan layu.
Frekuensi tersebut bisa berubah tergantung pada kondisi cuaca dan iklim. Misalnya, selama musim panas atau hari yang sangat panas, tanaman mungkin memerlukan lebih banyak air, Moms.
Baca Juga: Cara Merawat Tanaman dalam Pot untuk Pemula, Anti Gagal!
3. Melakukan Pemangkasan
Meskipun termasuk tanaman hias kecil, Moms masih perlu memangkas atau merapikannya.
Pemangkasan khususnya diperlukan jika tanaman Walisongo tidak mendapatkan cukup cahaya.
Bagaimana caranya? Berikut ini beberapa langkah pemangkasan:
- Periksa batang bunga Walisongo.
Tanaman ini memiliki dua jenis batang: batang jamak dan batang tunggal.
Jika tanaman Moms memiliki batang jamak, bisa memotongnya dengan leluasa karena batang tersebut memiliki banyak ruang untuk pertumbuhan daun.
Sementara itu, jika tanaman Anda berbatang tunggal, biarkan tanaman tumbuh hingga tinggi dan kurus.
- Kurangi tinggi bunga.
Potong batang tepat di bagian atas tempat daun bermunculan. Ini akan menghambat pertumbuhan bunga secara vertikal dan membuat bunga tumbuh semakin lebar.
- Kurangi lebar bunga.
Potong cabang secara horizontal untuk mengurangi lebar tanaman.
Pangkas bagian bunga yang terlalu lebar tepat di atas tunas baru. Tunas baru akan tumbuh pada bagian yang telah Moms potong.
- Gunakan gunting untuk pemangkasan.
Alat ini lebih efektif dibandingkan dengan alat pemangkas lainnya karena dapat meminimalisir kerusakan pada struktur tanaman Walisongo.
Pastikan gunting yang Moms gunakan tajam sehingga bagian tanaman dapat terpotong dengan sempurna.
4. Melakukan Pemupukan
Pemupukan adalah perawatan penting lainnya untuk tanaman Walisongo. Gunakan pupuk kompos atau pupuk organik untuk memupuk tanaman ini.
Pemupukan bisa dilakukan sebulan sekali. Namun, jenis dan jumlah pupuk yang tepat juga bisa berbeda tergantung pada jenis tanah dan kondisi tanaman.
Masalah Umum saat Merawat Tanaman Walisongo
Seperti halnya tanaman lainnya, tanaman walisongo dapat menghadapi masalah tertentu yang perlu diperhatikan oleh para pemiliknya.
Berikut ini beberapa masalah umum yang dapat terjadi saat Moms merawat tanaman walisongo:
1. Serangan Hama
Serangan hama adalah masalah umum yang dihadapi oleh tanaman walisongo. Salah satu hama yang sering ditemui adalah skala.
Skala adalah serangga kecil yang dapat merusak daun dan batang tanaman.
Untuk mengidentifikasi adanya infestasi skala, periksa bagian bawah daun dan di sepanjang lengkungan tengah (pelepah) untuk kemungkinan adanya cangkang ovular coklat.
Jika terinfeksi, skala akan menghasilkan zat lengket yang disebut jelaga yang akan berkembang di sisi atas daun.
Selain skala, tungau laba-laba adalah hama lain yang umum ditemui pada tanaman walisongo.
Tungau laba-laba adalah makhluk kecil yang hampir transparan dan secara perlahan mengekstraksi klorofil dari daun tanaman.
Untuk mengidentifikasi adanya infestasi tungau laba-laba, periksa di bawah daun, terutama di sepanjang pelepah.
Ini untuk melihat adanya jaring kecil dan benjolan kuning berpasir.
Gejala lainnya termasuk menguningnya daun, tepian daun yang retak, dan penurunan kesehatan secara umum.
2. Gugurnya Daun Bagian Bawah
Tanaman walisongo rentan mengalami keguguran daun bagian bawah secara terus menerus jika ditempatkan di lokasi yang gelap.
Fenomena ini disebabkan oleh kurangnya cahaya matahari yang cukup.
Jika Moms menemukan gejala ini, cobalah memindahkan tanaman ke lokasi yang lebih terang dengan paparan sinar matahari yang cukup.
Dengan memberikan lebih banyak cahaya matahari, kerontokan daun yang berlebihan dapat berhenti dalam beberapa hari.
Baca Juga: 10+ Jenis Tanaman Gantung untuk Hiasan Teras Rumah dan Cara Merawatnya
3. Daun Bagian Bawah Menguning
Jika daun bagian bawah tanaman walisongo menguning, hal ini biasanya disebabkan oleh penyiraman yang berlebihan dan kurangnya paparan cahaya.
Moms harus mengurangi frekuensi penyiraman untuk mencegah kelembaban berlebih dan busuk pada akar.
Ini dapat merusak sistem akar tanaman dan menghambat kemampuannya untuk menyerap kelembapan dan nutrisi penting.
Akibatnya, daun tanaman akan layu dan menguning.
4. Masalah Adaptasi Lingkungan
Ini adalah masalah yang sering terjadi pada tanaman walisongo yang baru ditempatkan di lingkungan baru.
Ketika tanaman dipindahkan ke lingkungan yang asing, seperti perubahan suhu, kelembapan, dan tingkat cahaya yang tiba-tiba.
Tanaman ini juga dapat mengalami stres yang signifikan. Untuk mengatasi masalah ini, Moms memiliki dua opsi.
Pertama, Moms dapat menunggu dan memberikan waktu pada tanaman untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
Kedua, Moms dapat memindahkan tanaman ke lingkungan yang lebih ramah bagi tanaman walisongo.
Jika tanaman tampak sehat dengan sedikit perubahan pada daun yang sudah ada sebelumnya, pertumbuhan baru akan muncul dalam beberapa bulan ke depan.
5. Syok Transplantasi
Syok transplantasi adalah masalah yang umum terjadi saat me-repotting tanaman walisongo.
Sebelum melakukan transplantasi, rendam tanaman dalam air selama 24 jam dan jangan mengganggu akar kecuali jika terdapat tanda-tanda busuk akar.
Gejala syok transplantasi umumnya mirip dengan kekurangan air, seperti daun yang layu, menguning, dan pertumbuhan terhambat.
Itu dia informasi seputar mitos tanaman Walisongo dan cara menanam serta merawatnya. Semoga bermanfaat!
- https://www.99.co/blog/indonesia/cara-menanam-tanaman-walisongo/
- https://ilmubudidaya.com/cara-menanam-bunga-walisongo
- http://rumah-tanamanhias.blogspot.com/2014/11/merawat-tanaman-walisongo.html
- https://kabarjoglosemar.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-731290855/5-cara-dan-tips-merawat-tanaman-walisongo-yang-perlu-diketahui?page=3
- https://getplanta.com/article/trivia/umbrellatree
- https://www.ukhouseplants.com/plants/australian-umbrella-trees
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.