5 Tanda Tantrum yang Tidak Normal dan Cara Mengatasinya
Tantrum merupakan perilaku normal dan merupakan bagian dari perkembangan anak, terutama di usia antara 1 hingga 4 tahun. Meski demikian, ada beberapa tantrum yang tidak normal, Moms.
Tantrum yang tidak normal artinya adalah tantrum yang di luar batas wajar yang tentunya harus Moms perhatikan.
Perilaku tantrum yang tidak normal dapat ditandai dengan amukan berintensitas tinggi, frekuensi yang tidak biasa, atau durasi yang berkepanjangan.
Tantrum yang tidak normal mungkin menunjukkan reaksi yang berlebihan terhadap situasi sehari-hari yang seharusnya dapat diatasi dengan lebih mudah.
Memahami penyebab di balik tantrum yang tidak normal adalah langkah penting agar bisa meredakan dan membantu anak mengelola emosinya.
Beberapa faktor seperti gangguan perkembangan, masalah kesehatan mental, atau stres lingkungan dapat berperan dalam memicu perilaku yang tidak biasa pada anak ini.
Yuk, simak penjelasan tentang tantrum yang tidak normal pada anak selengkapnya di bawah ini Moms.
Baca Juga: Tantrum pada Anak: Penyebab, Cara Mengatasi dan Mencegahnya
Tanda Tantrum yang Tidak Normal
Tantrum memang kondisi yang wajar karena termasuk dalam periode tumbuh kembang anak.
Namun, jika kondisi ini sudah berlebihan, tentu harus menjadi perhatian Moms dan tidak boleh diabaikan.
Berikut tanda tantrum yang tidak normal.
1. Frekuensi yang Sering
Tanda tantrum yang tidak normal pertama adalah frekuensi yang sering.
Anak-anak pra-sekolah biasanya mengalami tantrum, tapi frekuensinya biasanya lebih rendah, Moms.
Satu atau dua kali tantrum dalam satu minggu masih dianggap wajar dalam rentang perkembangan normal.
Sedangkan, tantrum yang tidak normal bisa terjadi 10 hingga 20 kali dalam sebulan atau lebih dari 5 kali dalam sehari selama beberapa hari berturut-turut.
Ini menunjukkan adanya frekuensi yang lebih tinggi dari normal dan bisa menjadi tanda adanya masalah.
Frekuensi tantrum yang tinggi bisa menjadi indikasi gangguan emosional atau masalah kesehatan mental, lho Moms.
Seperti ADHD, gangguan oposisi, atau gangguan mood pada anak.
Anak yang berada dalam lingkungan yang penuh stres, seperti keluarga yang tidak harmonis atau perubahan besar dalam hidup, bisa mengalami peningkatan frekuensi tantrum.
2. Durasi Tantrum yang Lama
Durasi tantrum yang lama juga merupakan tanda tantrum yang tidak normal, lho Moms.
Tantrum yang normal biasanya berlangsung singkat, sekitar 2 hingga 5 menit.
Ini merupakan cara anak mengekspresikan frustrasi atau ketidaknyamanannya secara singkat.
Namun, jika berlangsung selama 20-30 menit atau lebih, ini dianggap tidak normal.
Anak yang mengalami tantrum dengan durasi yang lama berisiko memiliki masalah perkembangan emosional atau kesehatan mental.
Pada anak yang sehat secara emosional, durasi tantrum biasanya menurun seiring waktu.
Namun, jika anak terus mengalami tantrum yang berlangsung lama secara konsisten, ini bisa menjadi tanda gangguan regulasi emosi.
Anak yang sering mengalami tantrum dengan durasi lama bisa saja mengalami kesulitan mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang sehat.
Seperti kemampuan untuk menenangkan diri dan berinteraksi secara positif dengan orang lain.
3. Kontak Fisik Berulang
Tanda tantrum yang tidak normal selanjutnya adalah kontak fisik berulang atau melakukan kekerasan berulang.
Melakukan kontak fisik seperti menendang, memukul, mencubit, atau menggigit orang lain selama tantrum menunjukkan perilaku agresif yang berulang.
Nah, kondisi ini bukan hanya reaksi sesaat tetapi pola yang berkelanjutan selama tantrum
Anak yang sering melakukan kontak fisik agresif bisa saja kesulitan dalam menjalin hubungan positif dengan teman sebaya dan orang dewasa.
Ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan masalah dalam perkembangan keterampilan sosial
Dalam tantrum wajar, anak mungkin sesekali melakukan tindakan fisik seperti memukul atau menendang dalam situasi frustrasi yang cenderung parah.
Sedangkan, jika perilaku ini terjadi hampir setiap kali anak mengalami tantrum dan dilakukan dengan intensitas tinggi, ini dianggap tidak normal, ya Moms.
Baca Juga: Tanya Jawab Dokter tentang Cara Mengatasi GERD, Lengkap!
4. Melukai Diri Sendiri
Melukai diri sendiri bisa dalam bentuk seperti menggigit, mencakar, membenturkan kepala, atau memukul diri sendiri.
Tindakan ini adalah bentuk perilaku agresif yang ditujukan kepada diri sendiri.
Apabila perilaku ini terjadi secara berulang dan cukup sering, itu menandakan adanya masalah, Moms.
Perilaku melukai diri mungkin terjadi sesekali sebagai respons terhadap anak yang sedang mengalami frustrasi ekstrem.
Sementara, perilaku ini harus menjadi perhatian jika berlangsung lama dan sering terjadi dalam berbagai kondisi.
Sebab, tindakan seperti, membenturkan kepala dan mencakar diri dapat menyebabkan cedera fisik yang serius.
Cedera tersebut termasuk luka, memar, atau bahkan kerusakan permanen pada bagian tubuh anak.
5. Tidak Mampu Menenangkan Diri
Tanda tantrum yang tidak normal selanjutnya adalah tidak mampu menenangkan diri sendiri.
Normalnya, anak-anak bisa menenangkan diri setelah beberapa menit dari tantrum, dengan atau tanpa bantuan orang tua.
Si Kecil bisa belajar mengatur emosi seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan kognitif mereka.
Sementara, anak yang selalu membutuhkan bantuan untuk menenangkan diri atau yang tetap tidak tenang meskipun sudah dibantu, menunjukkan tanda tantrum yang tidak normal.
Anak mungkin selalu membutuhkan bantuan orang tua atau pengasuh untuk menenangkan diri.
Nah, hal ini menunjukkan kesulitan dalam pengembangan keterampilan pengaturan diri.
Baca Juga: Sering BAB tapi Sedikit? Ini Kata Dokter Spesialis!
Cara Mengatasi Tantrum yang Tidak Normal
Berikut yang bisa orang tua lakukan untuk mengatasi tantrum yang tidak normal pada anak.
1. Konsultasi dengan Profesional
Moms bisa menghubungi psikolog anak untuk evaluasi dan terapi perilaku.
Psikolog dapat membantu mengidentifikasi penyebab dari perilaku dan memberikan strategi penanganan yang sesuai.
2. Menerapkan Strategi Pengasuhan Positif
Pastikan untuk menetapkan batasan yang jelas dan konsisten serta memberikan konsekuensi yang tepat untuk perilaku yang tidak diinginkan.
Berikan pujian dan kata-kata positif ketika anak menunjukkan perilaku yang diinginkan.
Seperti berhasil menenangkan diri atau menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan perasaan.
3. Mengajarkan Keterampilan Pengelolaan Emosi
Ajarkan anak teknik pernapasan dalam, visualisasi, atau menghitung mundur untuk membantu mereka menenangkan diri.
Buat area khusus di rumah di mana anak dapat pergi untuk menenangkan diri ketika mereka merasa marah atau frustrasi.
4. Meningkatkan Lingkungan yang Mendukung
Pastikan anak memiliki rutinitas harian yang konsisten untuk membantu mereka merasa aman dan terkendali.
Kurangi faktor-faktor stres di lingkungan anak yang mungkin memicu tantrum.
Baca Juga: Tanya Jawab Dokter tentang Anak 3 Tahun Belum Lancar Bicara
Itulah informasi seputar tanda tantrum yang tidak normal pada anak. Semoga bermanfaat, Moms!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.