Tari Piring: Asal, Sejarah, dan Makna dari Gerakannya
Tari piring adalah salah satu tarian tradisional khas Minangkabau yang berasal dari Sumatera Barat.
Tarian ini tidak hanya dikenal karena keindahan gerakannya, tetapi juga sarat akan makna filosofis dan simbolis.
Dalam setiap gerakannya, tari piring mencerminkan kegiatan masyarakat Minangkabau, khususnya dalam kehidupan bertani, seperti mencangkul, menyiang, hingga menyemai benih.
Tarian ini juga menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan semangat gotong royong yang kuat dalam budaya Minangkabau.
Sejarah Tari Piring
Tari piring berasal dari Minangkabau, Provinsi Sumatera Barat, yang sudah ada sejak abad ke-12 Masehi.
Pada awalnya, tarian ini ditujukan untuk memuja dewa.
Lalu, pada sekitar abad ke-16 ketika kerajaan Sriwijaya jatuh ke tangan kerajaan Majapahit, tarian ini mulai menyebar.
Penyebaran tarian piring ini dilakukan oleh rakyat Sriwijaya yang melarikan diri ke wilayah Melayu dan sekitarnya.
Kemudian sekitar abad ke-14, ketika Islam mulai masuk, tarian ini tidak lagi untuk penyembahan atau pemujaan dewa lagi.
Namun hanya menjadi pertunjukan seni yang menghibur saja.
Meskipun hanya dijadikan sebagai sarana hiburan, tari piring ini memiliki peranan penting bagi masyarakat Minangkabau.
Tarian ini sering kali dipentaskan pada saat resepsi pernikahan sebagai harapan agar kedua mempelai selalu harmonis dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Tarian yang menjadi salah satu warisan budaya dari nenek moyang Minangkabau ini masih dijaga dengan baik dan dilestarikan hingga kini.
Tidak hanya menjadi kebanggaan bagi warga setempat, tari piring ini juga menjadi salah satu kekayaan budaya bagi bangsa Indonesia.
Fungsi Tari Piring
Tari piring pada awalnya berfungsi sebagai pemujaan untuk dewa.
Tarian ini juga dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan ucapan syukur kepada Dewi Sri atau dewi padi yang diyakini masyarakat sebagai dewi kemakmuran.
Tarian piring ini pada awalnya hanya dipentaskan ketika acara-acara tertentu saja seperti upacara adat, upacara ucapan syukur setelah panen padi, upacara pernikahan, khitanan, dan upacara pengangkatan penghulu.
Namun, seiring berkembangnya zaman, tari piring beralih fungsi menjadi kesenian yang bisa digelar kapanpun sebagai pertunjukan seni yang menghibur.
Tarian ini juga sering ditampilkan di acara-acara nasional maupun internasional sebagai pembukaan konferensi, festival budaya, dan lain sebagainya.
Filosofi Tari Piring
Setiap karya seni tentu memiliki nilai-nilai dan makna filosofis yang terkandung di dalamnya, tak terkecuali dengan tari piring.
Tarian piring memiliki makna nilai transendental yang tergambar ketika tarian ini dipentaskan sesuai dengan tata cara tari piriang.
Penggunaan properti berupa piring-piring yang disusun ke atas menjadi simbol untuk menunjukkan ke arah atas (Tuhan) dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
Penduduk setempat juga memiliki pemahaman bahwa gerakan pada tari piring ini merupakan simbol kerja sama.
Makna filosofi tari piring ini digambarkan melalui gerakan atau koreografi tarian yang meniru bagaimana cara petani saat bercocok tanam dan menuai hasil panen.
Piring yang digenggam pada kedua tangan ini juga berisi makanan lezat yang dipersembahkan untuk dewa.
Pada beberapa gerakan, penari akan bergerak dengan cepat dan melakukan atraksi lempar piring.
Pada bagian ini, penari ingin menyampaikan ungkapan kegembiraan ketika musim panen padi dan hasil bumi telah tiba.
Pada bagian penutup dari tarian ini, penari akan menghempaskan piring ke tanah hingga pecah.
Kemudian menari di atas pecahan piring tersebut tanpa terluka yang melambangkan kesucian niat para penari.
Untuk bisa menarikan tari piriang ini tentunya diperlukan latihan dan kecakapan khusus.
Pencipta Tari Piring
Sebagai salah satu tarian tradisional yang populer, tarian piring memang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.
Namun, apakah kamu tahu sejarah tari piring dan siapakah orang yang menciptakan tarian ini?
Nah, ternyata tarian khas Minangkabau ini diciptakan oleh seorang seniman kondang asal Minangkabau bernama Huriah Adam.
Dedikasi dan kecintaannya terhadap perkembangan tari tradisional memang patut diacungi jempol.
Tidak hanya tarian piring saja, nama Huriah Adam sudah sangat populer di daerah Minangkabau karena banyak menghasilkan karya dan gerakan tari yang indah.
Untuk menghargai karya yang diciptakan oleh beliau, kita harus ikut berandil dalam menjaga kelestarian budaya daerah.
Pola Tari Piring
Dalam buku berjudul Seni dan Budaya karya Harry Sulastianto, gerakan yang ada dalam tari piring ialah gerak batanam (bertanam), gerak manyabik (menyabit), gerak mengirik (mengirik padi), dan gerak berguling (berguling).
Gerakan-gerakan ini memiliki arti dan simbol dari masyarakat yang sedang berkegiatan dan bekerja.
Umumnya, tari piring diiringi dengan musik tradisional yakni talempong.
Musik ini terdiri dari 6 buah buah talempong, satu buah gong kecil, satu buah tambua, satu buah botol dan sejenis kerincing.
Selanjutnya, peralatan musik itu dibunyikan dengan cara dipukul menggunakan panokok, kecuali tambua yang dimainkan dengan tangan dan kerincing yang dipukulkan ke tangan.
Tari piring dilakukan dengan pola garis lintasan yakni dengan 6 pola lantai dalam tarian yakni spiral, baris, lingkaran besar, lingkaran kecil, vertikal, dan horizontal.
Tiap masing-masing penari membentuk pola lantai bergerak maju dan mundur mengikuti pola lantai vertikal dan gerakan ke samping menggunakan pola horizontal.
Biasanya, tarian ini dilakukan dengan jumlah penari ganjil yakni antara 3, 5, dan 7 penari.
Urutan Gerakan Tari Piring
Sama halnya dengan tarian-tarian tradisional lainnya yang memiliki awalan hingga akhir, tari piring juga memiliki susunan atau urutan tarian.
Berikut ini beberapa urutan gerakan tari piring:
1. Persiapan Awal
Sebelum pentas digelar, para penari melakukan persiapan berupa latihan pernapasan agar tidak mudah lelah, pingsan, atau kacau ketika menari.
Selanjutnya, kondisi piring-piring yang digunakan juga haruslah dipastikan dalam keadaan baik.
Jika piring retak atau sumbing maka harus diganti dengan piring lain agar tidak pecah dan membahayakan penari maupun orang lain.
2. Awal Tarian
Umumnya, tari piring akan diawali dengan rebana atau gong yang dimainkan oleh para pemusik.
Selanjutnya, penari akan masuk ke panggung dan mulai menari sembah pengantin atau tamu sebanyak 3 kali sebagai tanda penghormatan ke pengantin atau tamu.
3. Ketika Menari
Setelah melakukan tarian sesembahan, langkah berikutnya ialah penari akan melakukan tarian menggunakan piring dengan cara diayun-ayunkan ke kiri dan kanan mengikuti iringan musik yang dimainkan.
Lalu, piring akan disusun dan penari mulai berdiri menapak dan memijak piring yang sudah disusun.
Namun sebelumnya, penari akan memastikan dulu bahwa piring tersebut aman dipijak.
4. Akhir Tarian
Pada bagian akhir penari akan melakukan gerakan sesembahan tari untuk pengantin maupun tamu yang hadir.
Kemudian, tarian ditutup dengan tiga sesembahan dengan susunan sembah pengantin tangan sebelah kanan, sembah pengantin tangan sebelah kiri, sembah pengantin tangan berhadapan.
Makna Gerakan dalam Tari Piring
Tarian piring terdiri dari setidaknya 20 gerakan yang dibawakan oleh para penari.
Setiap gerakan memiliki makna dan simbolisme tersendiri yang merepresentasikan berbagai aspek kehidupan masyarakat Minangkabau, terutama dalam kegiatan bertani.
Berikut beberapa gerakan dan maknanya:
- Gerakan Pasambahan
Gerakan ini dibawakan oleh penari pria sebagai pembuka tarian.
Pasambahan melambangkan rasa syukur kepada Tuhan dan merupakan bentuk permohonan agar penonton tidak mengganggu jalannya pertunjukan.
- Gerakan Singanjuo Lalai
Dibawakan oleh penari perempuan, gerakan ini berirama lembut dan anggun, melambangkan ketenangan suasana pagi yang sejuk dan damai.
- Gerakan Mencangkul
Sesuai namanya, gerakan ini menggambarkan aktivitas mencangkul sawah, yang menjadi bagian penting dalam kehidupan bertani masyarakat Minangkabau.
- Gerakan Menyiang
Gerakan ini terinspirasi dari kegiatan menyiangi, yaitu membersihkan sawah dari rumput liar atau gulma, sebagai simbol ketekunan dan kerja keras petani.
- Gerakan Membuang Sampah
Ini merupakan lanjutan dari gerakan menyiang, yang menggambarkan proses membuang rumput atau sampah agar lahan tetap bersih dan siap ditanami.
- Gerakan Menyemai
Gerakan ini melambangkan proses menyemai benih padi, menggambarkan harapan dan persiapan petani dalam menanam padi untuk masa panen mendatang.
Selain enam gerakan di atas, terdapat 14 gerakan lain dalam tarian piring, antara lain:
- Gerakan Memagar
- Gerakan Mencabut Benih
- Gerakan Melepas Kesal
- Gerakan Mengantar Juadah
- Gerakan Menyabit Padi
- Gerakan Mengambil Padi
- Gerakan Menggampo Padi
- Gerakan Mengangin-anginkan Padi
- Gerakan Mengirik Padi
- Gerakan Menumbuk Padi
- Gerakan Gotong Royong
- Gerakan Menampi Padi
- Gerakan Menginjak Pecahan Kaca
Semua gerakan tersebut tidak hanya menunjukkan keindahan seni tari, tetapi juga mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat dan nilai-nilai budaya yang mereka junjung tinggi, seperti kerja keras, gotong royong, dan rasa syukur.
Keunikan Tari Piring
Begitu pertunjukan tari tradisional ini dimulai, setiap penonton pasti akan berdecak kagum menikmati keindahan setiap gerakan tarian dan pertunjukannya yang begitu sempurna.
Selain dari gerakan, tari tradisional ini juga memiliki beberapa keunikan tersendiri, yakni seperti di bawah ini.
1. Busana Pria dan Wanita
Layaknya tari tradisional lain, tari tradisional piring juga punya busana khas untuk pementasan.
Busana untuk penari piring pun ada dua, yakni untuk penari pria dan penari wanita.
Kostum yang digunakan oleh penari pria memiliki ciri yang cukup menonjol dibandingkan dengan busana yang dikenakan penari wanita.
Meski begitu, keunikan dari busana penari pria ini tetap merupakan busana asli dari provinsi Sumatera Barat.
Penggunaan pakaian khas daerahnya, menjadikan penampilan penari pria dan wanita terlihat lebih kompak walau dengan detail model yang berbeda.
Busana penari pria ini mempunyai nama Rang Mudo, dimana busana ini didesain dengan lengan panjang dan memiliki hiasan missia atau yang lebih dikenal dengan hiasan renda emas.
Kemudian untuk celana yang dikenakan penari pria memiliki sebutan besaran gelombang yang mana ukuran celananya cukup besar di bagian tengah dan pastinya memiliki warna selaras dengan warna atasannya.
Baju kurung adalah nama kostum yang digunakan penari piring wanita saat pementasan.
Busana ini biasanya menggunakan kain satin yang dipadukan dengan kain beludru.
Penari wanita akan menggunakan selendang layaknya penari pria.
2. Piring Sebagai Media Utama
Sesuai namanya, tari piring ini menggunakan piring atau peeling sebagai media utama tarian.
Piring adalah alat yang menjadikan tarian ini berbeda dengan tarian tradisional lain, sehingga membuat orang mudah membedakannya dengan tarian lain.
Penggunaan piring pada gerakan tari sendiri tidak sembarangan, namun dengan makna tersendiri yaitu sebagai tempat meletakkan sesaji berupa makanan bagi para dewa.
Walaupun saat ini makna tersebut seakan sudah terhapuskan, akan tetapi penggunaan piring masih terus dilanjutkan sebagai ciri khas.
3. Gerakan Tari yang Cukup Unik
Piring yang menjadi media utama dari taran diletakkan di telapak tangan para penari dengan cara digenggam.
Kedua telapak tangan menggenggam masing-masing satu piring berukuran sedang.
Selanjutnya para penari akan melakukan gerakan tangan dengan memutar lalu mengayunkan tangan dan piring.
Gerakan dilakukan seirama dengan iringan musik yang cukup lembut.
Meskipun terdengar sederhana, tapi ayunan tangan dengan piring tepat di telapak tangan penari harus selalu seimbang.
Inilah yang menjadikan gerakan tari piring terlihat unik.
Baca Juga: 6 Ragam Alat Musik Sumatera Barat dan Ciri Khasnya, Cari Tahu Yuk Moms!
4. Banyak Alat Musik Pengiring Tari Piring
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian tradisional ini bisa dikatakan cukup banyak, seperti saluang, gong, rebana, talempong dan juga berbagai macam alat musik lain.
Umumnya, lagu yang digunakan untuk mengiringi gerakan tari adalah lagu Kahian Sai Tiusuang dan takhian pingping khua belas.
Pilihan lagu ini sesuai dengan gerakan tari yang begitu lembut dan cukup mendayu.
Sementara untuk irama yang dihasilkan pun cukup unik, mengingat musik pengiringnya sendiri merupakan perpaduan dari beberapa alat musik.
5. Penari Menari di Atas Pecahan Piring
Bukan hanya menggunakan piring sebagai media utama yang digenggam pada telapak tangan, akan tetapi penari juga akan melakukan gerakan tari di atas pecahan piring.
Gerakan unik ini akan dilakukan pada akhir pertunjukan, di mana para penari akan melempar piring yang digunakan tadi ke lantai.
Selanjutnya para penari tersebut akan menari di atas pecahan piring yang telah dilemparnya tadi.
Tentunya setiap gerakan tari di atas pecahan piring sudah dilakukan secara professional sehingga keselamatan penari tak perlu dikhawatirkan.
6. Ada Suara Dentingan Cincin
Terakhir, Moms juga bisa mendengar suara dentingan cincin selama pertunjukan berlangsung.
Suara dentingan cincin ini seakan berpadu dengan suara iringan alat musik dan membuatnya terdengar lebih menarik.
Suara dentingan cincin ini dihasilkan oleh para penari. Jadi setiap dentingan seakan selaras dengan gerakan dari tari tradisional tersebut.
Baca Juga: 18 Makanan Khas Sumatera Barat selain Rendang, Menggiurkan!
Nah, itulah serba-serbi tentang tari piring mulai dari sejarah, urutan, gerakan, hingga pola lantainya.
Yuk, kenalkan budaya tari Indonesia pada Si Kecil agar ia turut menjaga kelestariannya hingga masa depan!
- https://www.google.co.id/books/edition/Seni_dan_Budaya
- https://kemlu.go.id/kabul/id/read/tari-piring/418/information-sheet
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.