8 Nama Pakaian Adat Sulawesi Utara, Unik dan Mewah!
Saat mendengar tentang Sulawesi Utara, yang terlintas di benak Moms kemungkinan kulinernya yang tidak biasa. Namun, provinsi ini juga memiliki pakaian adat Sulawesi Utara yang indah.
Provinsi yang beribukota Manado ini juga memiliki ragam budaya yang menarik lho, Moms!
Salah satunya pakaian adat Sulawesi Utara yang memiliki wujud dan cerita menarik di baliknya.
Sulawesi Utara didiami bermacam-macam suku, seperti:
- Suku Minahasa
- Suku Bolaang Mongondow
- Suku Sangihe
- Suku Talaud
Dengan keragaman suku ini semakin memperkaya khazanah budaya, termasuk pakaian adat Sulawesi Utara.
Baca Juga: 5 Resep Cakalang Fufu, Hidangan Ikan Khas Sulawesi Utara!
Ragam dan Keunikan Pakaian Adat Sulawesi Utara
Untuk lebih mengenal keragaman pakaian adat Sulawesi Utara, mari simak ulasannya berikut!
1. Baju Karai dan Wuyang
Pakaian adat Sulawesi Utara khas Minahasa di masa lalu terdiri dari pakaian karai untuk laki-laki, dan wuyang untuk perempuan.
Bentuk baju karai tanpa lengan, lurus, berwarna hitam dan terbuat dari ijuk.
Selain baju karai, ada juga bentuk baju yang berlengan panjang, memakai kerah dan saku disebut baju baniang.
Celana yang dipakai masih sederhana, terdiri dari celana pendek sampai celana panjang seperti celana piyama.
Sementara baju wuyang untuk perempuan terbuat dari kulit kayu menyerupai kebaya.
Selain itu, mereka memakai blus atau gaun yang disebut pasalongan rinegetan.
Seiring waktu, busana Minahasa makin berkembang dan banyak mendapat pengaruh dari luar, seperi Tiongkok dan Eropa, dalam hal ini negara Spanyol.
Pakaian wanita dengan sentuhan Spanyol berupa kebaya lengan panjang dipadukan rok bervariasi.
Sementara sentuhan Tiongkok berupa kebaya warna putih dipadu dengan kain khas Tiongkok bermotif burung dan bunga-bungaan.
Pakaian pria dengan pengaruh Spanyol berupa baju lengan panjang atau baniang, yang modelnya menyerupai jas tutup dengan celana panjang.
Bahan baju ini terbuat dari kain blacu warna putih.
2. Busana Pengantin Khas Minahasa
Pakaian adat Sulawesi Utara khas Minahasa yang dikenakan pengantin perempuan, dikenal dengan sebutan baju ikan duyung.
Busana ini terdiri dari kebaya berwarna putih dan kain sarong warna serupa, yang disulam dengan motif sisik ikan.
Karena tampak seperti model ikan duyung sehingga busana ini dinamakan baju ikan duyung.
Selain sarong motif sisik ikan, juga ada sarong motif sarang burung yang disebut model salim burung.
Sementara, sarong motif kaki seribu disebut model kaki seribu, dan sarong motif bunga disebut laborci-laborci.
Sementara pengantin pria memakai busana yang terdiri dari:
- Baju jas tertutup atau terbuka
- Celana panjang
- Selendang pinggang
- Topi yang disebut porong
Busana pengantin pria jas tertutup disebut baju tatutu.
Model baju tatutu berlengan panjang, tidak memiliki kerah dan saku.
Topi, leher baju, selendang pinggang dan lengan baju dihias dengan motif bunga padi.
Baca Juga: 6 Jenis Pakaian Adat Sulawesi Selatan dan Keunikannya
3. Busana Tonaas dan Walian Wangko
Busana tonaas wangko berupa baju kemeja lengan panjang berkerah tinggi.
Model potongan bajunya lurus dengan kancing dan tanpa saku.
Warna bajunya hitam dengan hiasan motif bunga padi berwarna kuning keemasan pada leher baju, ujung lengan dan sepanjang ujung baju bagian depan yang terbelah.
Ketika dikenakan, pakaian ini dipadukan dengan topi warna merah dengan motif bunga padi warna kuning keemasan.
Selain itu, pria Minahasa juga mengenakan walian wangko, yang merupakan modifikasi bentuk dari baju tonaas wangko.
Model baju ini panjang seperti jubah dan berwarna putih dengan hiasan corak bunga padi.
Para pria Minahasa mengenakan pakaian ini bersama topi porong nimiles, yang terbuat dari lilitan 2 buah kain berwarna merah-hitam dan kuning-emas.
Di balik paduan warna ini terdapat makna khusus, yaitu 2 unsur alam yang terdiri dari langit dan bumi, dunia dan alam baka.
Sedangkan busana walian wangko untuk wanita berupa baju kebaya panjang warna putih atau ungu.
Potongan baju tanpa kerah dan kancing. Ketika dipakai, dipadukan dengan kain sarong batik warna gelap dan topi mahkota yang disebut kronci.
Selain itu, dilengkapi juga dengan selempang warna kuning atau merah, selop, kalung leher dan sanggul.
Umumnya hiasan yang dipakai adalah motif bunga terompet.
Busana tonaas dan walian wangko umumnya dipakai untuk acara-acara resmi oleh hampir semua kalangan.
4. Laku Tepu
Laku tepu adalah pakaian adat Sulawesi Utara khas suku Sangihe. Pakaian ini dikenakan oleh laki-laki dan perempuan.
Ciri khas busana ini adalah bentuknya terusan panjang.
Baju pria mencapai lutut dan telapak kaki, dan dilengkapi dengan ikat kepala disebut paporong.
Sedangkan baju wanita panjangnya mencapai betis.
Bagian bawahnya menggunakan kain sarung yang disebut balri.
Umumnya, baju laku tepu berwarna terang dan mencolok seperti merah, ungu, kuning tua, dan hijau tua.
Warna-warna berbeda pada baju laku tepu menunjukkan identitas pemakainya.
Warna laku tepu yang dikenakan seorang pemimpin dalam lingkup pemerintahan berbeda dengan pegawai biasa.
Pemimpin atau bangsawan mengenakan laku tepu biru, merah dan kuning.
Warna kuning atau putih pegawai tinggi oleh mereka dengan posisi tinggi.
Warna biru sebagai simbol pegawai menengah.
Sementara biru atau ungu sebagai simbol pegawai rendah.
Baca Juga: 3 Pakaian Adat Sulawesi Barat, Ada Filosofi Bernilai Magis!
5. Baju Pengantin Bolaang Mongondow
Bolaang Mongondow adalah salah satu etnis di Sulawesi Utara yang memiliki pakaian adat pengantin yang unik dan berkelas.
Baju atasan untuk pengantin pria berupa baju kurung dari kain satin antalas yang mengkilap wama kekuning-kuningan.
Bagian muka baju terbelah sampai ke bawah memakai kancing berwarna emas.
Celananya dari kain antalas yang dilingkarkan kain sutera warna putih pada pinggang dan disisipkan keris yang bersarung emas.
Di bagian pinggang hingga lutut dililit kain sarung pomerus, yang warnanya kontras dengan celana.
Hiasan kepala berupa mogilenso atau sakapeti, topi yang bentuknya agak tinggi sekitar 28-30 cm.
Sementara untuk pengantin wanita memakai baju salu, dengan leher model huruf V yang agak membulat.
Bentuk lengan panjang dan warna baju mencolok, atau dibuat senada dengan warna pakaian pengantin pria.
Sekitar leher dan dada dililitkan perhiasan hamsei dengan bintik-bintik keemasan, terbuat dari kain beludru dan diberi hiasan mengkilap keemasan.
Selain itu dipermanis dengan perhiasan kalung dari untaian emas, cincin, giwang dan lokis untaian rambut berbentuk bunga pada dahi.
Umumnya keturunan bangsawan yang mengenakan pakaian pengantin ini.
Sementara pakaian pengantin untuk golongan kedua sesudah bangsawan disebut Kohongian, dan baju Simpal untuk golongan pendamping pemerintah dalam kerajaan.
Model baju dan aksesoris untuk baju Kohongian dan simpal lebih sederhana.
6. Kohongian
Nah, seperti yang sudah disinggung sedikit di atas, golongan kedua sesudah bangsawan akan mengenakan pakaian Kohongian.
Baju ini tentu lebih sederhana dari kaum bangsawan.
Meski demikian, Kohongian juga tidak bisa dipakai semabarangan orang, Moms.
Tapi, seiring berjalannya waktu, Kohongian mulai digunakan oleh beragam kaum dan tidak harus kaum bangsawan.
Sebab, beberapa pakaian adat mulai dilestarikan dan mulai diperkenalkan lagi sebagai bentuk warisan budaya daerah Sulawesi Utara.
7. Biliu
Biliu merupakan pakaian adat khas Sulawesi Utara, tepatnya Gorontalo.
Pakaian adat ini hadir dalam berbagai warna mulai dari hijau, ungu, kuning, dan merah.
Hijau menandakan kedamaian, kesuburan, dan kerukunan.
Kuning berarti kemuliaan, kesetiaan, kejujuran, dan kebesaran hati.
Ungu menandakan keanggunan dan kewibawaan.
Serta, merah melambangkan tanggung jawab serta keberanian.
Pakaian adat Biliu perah digunakan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono saat melakukan pemotretan pre-wedding, lho Moms.
8. Minahasa Bajang
Pakaian tradisional Minahasa Bajang terdiri dari sarung sebagai bawahan untuk pria.
Pakaian ini dipadukan dengan dasi dan destar yang merupakan penutup kepala berbentuk kain segitiga.
Sementara itu, perempuan mengenakan kebaya dan kain Yapon sebagai bawahan.
Pakaian adat Minahasa Bajang umumnya dipakai pada acara upacara adat atau acara formal.
Baca Juga: Mengenal Ragam Pakaian Adat Maluku dan Ciri Khasnya
Keunikan Pakaian Adat Sulawesi Utara
Setiap pakaian adat tentu memiliki keunikannya masing-masing.
Bahkan ada juga yang memiliki sejarah di baliknya.
Lantas, apa keunikan dari pakaian adat Sulawesi Utara?
1. Pakaian Adat Gorontalo Terbuat dari Kapas
Pakaian adat Gorontalo terbuat dari kapas yang ditenun, lho Moms.
Desainnya juga hampir mirip dengan kebaya tapi tidak bermotif seperti kebaya pada umumnya.
Pada bagian rok-nya biasa menggunakan sarung yang berbentuk rok.
2. Keunikan Pakaian Adat Mongondow
Pakaian adat Mongondow menggunakan kulit kayu, Moms dan ini dikenal sangat menarik.
Sebab, kayu dipintal hingga menjadi sebuah benang untuk ditenun.
3. Pengaruh Budaya Melayu
Beberapa pakaian adat dari Sulawesi Utara dipengaruhi oleh budaya melayu.
Nah, hal ini bisa dilihat dari model pakaian adatnya seperti di pakaian adat Bolaang Mongondow.
Baca Juga: 7 Rumah Adat Sulawesi Selatan, Lengkap dengan Gambar!
Demikian ragam pakaian adat Sulawesi Utara dan keunikannya.
Pakaian-pakaian adat tersebut masih terus dikenakan dan dilestarikan hingga sekarang lho, Moms!
- https://sipadu.isi-ska.ac.id/mhsw/laporan/laporan_4259151113114451.pdf
- https://www.academia.edu/8377353/Makalah_Mengenal_Kebudayaan_Minahasa_Sulawesi_Utara_
- http://repositori.kemdikbud.go.id/5907/1/BUDAYA%20MASYARAKAT%20SUKU%20BANGSA%20BOLAANG%20MONGONDOW%20DI%20PROPINSI%20SULAWESI%20UTARA.pdf
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.