Vaksin DPT: Fungsi, Jadwal Imunisasi, dan Efek Samping
Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) merupakan salah satu imunisasi dasar yang penting diberikan pada anak.
Vaksin ini dirancang untuk melindungi anak-anak dari tiga penyakit berbahaya, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus.
Dengan pemberian vaksin DPT, diharapkan anak-anak dapat terlindungi dari ketiga penyakit ini dan mengurangi risiko penyebaran penyakit di masyarakat.
Baca Juga: Bolehkah Bayi Mandi Setelah Imunisasi?
Jadwal Pemberian Vaksin DPT
Melansir jurnal Sari Pediatri, berikut ini jadwal imunisasi rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) untuk vaksin DPT.
Imunisasi DPT Dasar
Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6 minggu:
- DPT 1 diberikan pada umur 2-4 bulan
- DPT 2 pada umur 3-5 bulan
- DPT 3 pada umur 4-6 bulan
Imunisasi DPT Lanjutan/Ulangan
- DPT 4 diberikan satu tahun setelah DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan
- DPT 5 pada saat masuk sekolah umur 5-7 tahun
Baca Juga: Pentingnya Vaksin HPV untuk Cegah Kanker Serviks, Catat!
Fungsi Vaksin DPT
Vaksin DPT diberikan untuk melindungi anak dari penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.
Tak hanya melindungi, vaksin DPT juga dapat mencegah komplikasi yang disebabkan ketiga penyakit tersebut.
Di dalam vaksin DPT, terkandung diphtheria toxoid, tetanus toxoid, dan pertussis antigens.
Ketiganya memicu sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi dalam memerangi infeksi dari ketiga penyakit tersebut jika sewaktu-waktu menyerang.
Difteri, pertusis, dan tetanus adalah tiga penyakit mematikan yang disebabkan bakteri.
Difteri adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan masalah pernapasan yang serius, gagal jantung, hingga kematian.
Pertusis, atau lebih dikenal sebagai batuk rejan, adalah infeksi pernapasan yang sangat menular dan bisa sangat berbahaya terutama bagi bayi.
Pertusis seringnya dipicu oleh bakteri Bordetella pertussis.
Gejala utama penyakit pertusis adalah batuk berkepanjangan disertai demam serta pilek.
Penderitanya bisa meninggal jika penyakit tak ditangani hingga menyebabkan pneumonia dan bahkan kerusakan otak.
Sedangkan tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang masuk ke tubuh melalui luka dan dapat menyebabkan kejang otot yang parah dan kematian.
Tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani.
Gejalanya berkaitan dengan fungsi saraf dan otot, seperti susah membuka mulut dan otot kaku serta kejang.
Moms pasti pernah mendengar bahwa tetanus terjadi akibat menginjak paku berkarat.
Faktanya, bakteri di tanah, debu, dan pupuk kandang bisa membawa bakteri tetanus.
Tetanus masuk ke aliran darah melalui luka pada tubuh.
Karena itu, anak-anak yang sering bermain aktif di tanah rentan terkena penyakit tersebut.
Bakteri penyebab tetanus masuk lewat luka, misalnya dari goresan di tangan atau kaki. Tetanus bisa menyebabkan kematian jika racun telah menyebar.
Vaksin DPT termasuk dalam imunisasi dasar yang bermanfaat menekan risiko terserang penyakit-penyakit tersebut.
Bila tubuh telah menerima vaksin DPT, daya tahannya akan lebih kuat ketika ada bakteri penyebab difteri, pertusis, dan tetanus yang masuk ke tubuh.
Dengan demikian, potensi penularan ke orang lain juga dapat ditekan.
Vaksin DPT mengandung racun yang dihasilkan bakteri penyebab difteri, pertusis, dan tetanus dalam bentuk tidak aktif.
Racun tersebut tidak lagi memproduksi penyakit, tapi memicu tubuh menciptakan antibodi yang memberikan imunitas terhadap racun tadi.
Baca Juga: Jadwal Imunisasi Dasar Usia 0-18 Tahun Menurut Kemenkes
Gejala Tetanus
Setelah memahami fungsi vaksin DPT yang salah satunya mencegah penyakit tetanus, ketahui juga gejala dari penyakit satu ini.
Ketika bakteri tetanus masuk ke tubuh, bakteri tersebut mengeluarkan racun yang menyebabkan kontraksi otot yang menyakitkan.
Muncullah gejala yang disebut lockjaw (rahang terkunci).
Menurut Kids Health, gejala awal tetanus berupa nyeri otot di leher dan perut yang bisa menyebabkan otot terkunci, sehingga membuat sulit bergerak dan menelan.
Selain itu, penderita tetanus juga merasakan nyeri otot di sekujur tubuh, demam, berkeringat, sulit bernapas, epilepsi, dan kejang otot hebat.
Penyembuhan tetanus bisa memakan waktu berbulan-bulan dan penderitanya biasanya harus dirawat di rumah sakit.
Penyakit ini bisa berakibat fatal jika tidak diatasi.
Menurut situs Webmd.com, diperkirakan satu dari 10 orang yang terkena tetanus meninggal dunia.
Namun, tidak perlu terlalu khawatir, Moms. Tetanus tidak menular dari manusia ke manusia, melainkan dari kontak langsung dengan sumber bakteri tetanus.
Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi.
Cara Pemberian Vaksin DPT
Vaksin DPT akan diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan di fasilitas kesehatan. Ikuti jadwal penyuntikan yang diberikan oleh dokter.
Jika anak mengalami demam tinggi, pemberian vaksin dapat ditunda hingga kondisi membaik.
Vaksin DPT disuntikkan ke dalam otot (intramuscular/IM).
- Bayi 6 Minggu hingga 1 Tahun: Disuntikkan ke otot paha.
- Anak Lebih dari 1 Tahun: Disuntikkan ke otot lengan atas.
Pastikan anak menerima semua dosis yang telah ditentukan.
Jika ada dosis yang terlewat, segera kunjungi dokter atau fasilitas kesehatan untuk mendapatkannya.
Baca Juga: Aturan Imunisasi IPV untuk Cegah Polio pada Anak dan Dewasa
Peringatan Sebelum Menjalani Vaksinasi DPT
Sebelum mendapatkan vaksinasi DPT, perhatikan hal-hal berikut:
1. Riwayat Alergi
Informasikan kepada dokter jika anak memiliki riwayat alergi.
Vaksin DPT tidak boleh diberikan kepada mereka yang alergi terhadap komponen dalam vaksin ini.
2. Riwayat Medis
Beri tahu dokter jika anak pernah mengalami koma, penyakit saraf, kejang, sindrom Guillain-Barre, gangguan pembekuan darah, atau memiliki sistem imun yang lemah.
3. Kondisi Saat Ini
Jika sedang mengalami demam atau infeksi lain, pemberian vaksin DPT dapat ditunda sampai kondisi membaik.
4. Demam Tinggi
Informasikan kepada dokter jika anak mengalami demam tinggi.
5. Penggunaan Obat Lain
Beri tahu dokter jika anak sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen atau produk herbal.
6. Reaksi Alergi
Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi setelah vaksinasi DPT.
Interaksi Vaksin DPT dengan Obat Lain
Penggunaan vaksin DPT bersama dengan obat imunosupresif, termasuk kortikosteroid, dapat mengurangi efektivitas vaksin.
Informasikan kepada dokter tentang semua obat, suplemen, atau produk herbal yang sedang anak gunakan sebelum menjalani vaksinasi.
Baca Juga: 7 Manfaat Vaksinasi, Mencegah Penularan Penyakit hingga Menghemat Biaya
Efek Samping Vaksin DPT
Seperti obat, vaksin DPT juga memiliki efek samping. Masalah yang paling serius adalah reaksi alergi.
Namun, risikonya sangat kecil, yakni 1:1 juta. Selain itu ada masalah ringan yang terjadi 1-3 hari setelah vaksin, di antaranya:
- Demam
- Kemerahan, bengkak, atau nyeri di tempat bekas suntikan
- Rewel
- Lelah
- Muntah
Untuk meredakan rasa sakit pada area suntik, Moms dapat mengompres area tersebut dengan kain basah.
Moms juga bisa memberikan obat penurun panas jika anak mengalami demam setelah menjalani imunisasi.
Selain itu, hindari memakaikan pakaian atau selimut yang terlalu tebal pada anak setelah imunisasi.
Karena hal ini justru dapat memerangkap panas di dalam tubuh dan membuat demam tidak kunjung turun.
Pada kasus yang sangat jarang terjadi, vaksin DPT dapat menimbulkan reaksi alergi berat pada anak, antara lain:
- Demam tinggi
- Pembengkakan pada wajah atau tenggorokan
- Kejang
- Penurunan kesadaran
Periksakan ke dokter jika anak mengalami reaksi berikut setelah mendapat vaksin DPT:
- Kejang atau kolaps
- Menangis nonstop selama tiga jam atau lebih
- Demam lebih dari 40 derajat C
Perbedaan Imunisasi DPT 1, 2, dan 3
Salah satu pertanyaan yang mungkin kerap ditanyakan oleh ibu-ibu sebelum melakukan imunisasi adalah apa perbedaan yang mendasari dari imunisasi DPT 1, 2, dan 3.
Perbedaan DPT 1, 2, dan 3 berada pada periode waktu pemberian imunisasinya.
Jelasnya, DPT 1 diberikan pada usia 2 bulan, lalu DPT 2 diberikan pada 3 bulan, dan DPT 3 diberikan pada Si Kecil ketika berusia 4 bulan.
Selain periode waktu pemberiannya, perbedaan DPT 1, 2, dan 3 juga berada pada lokasi suntikannya.
Pada imunisasi DPT 1, suntikan dilakukan di paha kanan, DPT 2 di paha kiri dan DPT 3 di paha kanan.
Pemilihan lokasi imunisasi ini dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan Si Kecil jika melakukan suntikan di tempat yang sama.
Baca Juga: Catat! Ini Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Setelah Imunisasi
Vaksin DPT Whole Cell vs Acellular
Demam merupakan salah satu efek samping yang bisa terjadi pada beberapa anak setelah diberi vaksin.
Karenanya, sejumlah orang tua memilih jenis vaksin DPT impor yang tidak menyebabkan demam.
Demam ternyata disebabkan oleh kandungan pertusis pada vaksin DPT jenis whole cell. Istilah whole cell artinya, pembuatan vaksin menggunakan seluruh sel kuman yang telah dilemahkan.
Akibatnya, anak berisiko demam hingga kejang demam, karena suhu tubuh terlalu tinggi.
Akhirnya, para orang tua memilih vaksin DPT jenis acelluar.
Setelah dilakukan penelitian, vaksin DPT acelluar memang tidak menyebabkan demam atau setidaknya hanya risiko demam yang ringan.
Namun melansir Kids Health, penelitian lebih lanjut menunjukkan, vaksin DPT acelluar bisa menyebabkan anak kembali terkena pertusis saat dewasa.
Jika dibandingkan dengan vaksin DPT acelluar, whole cell ternyata juga memberikan kekebalan yang lebih tahan lama.
Bila orang tua yang memilih vaksin DPT acelluar sebaiknya kembali membawa Si Kecil untuk divaksin ulang setelah beberapa tahun.
Vaksinasi ulang untuk meningkatkan kekebalan dikenal dengan istilah booster.
Di Indonesia, yang digunakan dalam program imunisasi nasional oleh pemerintah adalah vaksin jenis whole cell buatan PT Bio Farma di Bandung, Jawa Barat.
Sedangkan, vaksin DPT acelluar yang ada merupakan produk impor. Bio Farma belum memproduksi vaksin acelluar.
Baca Juga: 11+ Imunisasi Lanjutan untuk Si Kecil, Jangan Terlewat ya Moms!
Bagaimanapun, tanpa vaksin, risiko anak terkena difteri, pertusis, dan tetanus sangat tinggi.
Imunisasi menjadi penting karena tak hanya melindungi anak-anak yang mendapat vaksin, tapi juga seluruh masyarakat.
Jadi, jangan lupa selalu cek jadwal imunisasi DPT untuk anak, ya, Moms.
Dengan demikian, risiko anak tertular tetanus atau terkena dampak fatal akibat kondisi tersebut dapat dihindari.
- https://kidshealth.org/en/parents/dtap-vaccine.html
- https://www.who.int/vaccine_safety/initiative/tools/DTP_vaccine_rates_information_sheet.pdf
- https://www.biofarma.co.id/en/our-product/detail/dtp-vaccine
- https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1057/982
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.