4 Gangguan Pendengaran Pada Bayi 0-6 Bulan
Gangguan pendengaran merupakan salah satu gangguan kesehatan yang umumnya disebabkan oleh sering terpapar suara yang keras/nyaring atau faktor usia. Pendengaran dapat dikatakan terganggu jika sinyal suara yang diterima gagal mencapai otak. Lalu, benarkah bayi juga dapat mengalami gangguan pendengaran?
Jenis Gangguan Pendengaran Pada Bayi
Gangguan pendengaran tidak dapat disamakan dengan tuli. Karena anak yang tuli tidak dapat mendengar sama sekali, bahkan menggunakan alat dengar sekalipun. Sementara anak yang mengalami gangguan pendengaran masih mungkin mendengar jika menggunakan alat bantu. Di bawah ini merupakan beberapa jenis gangguan pendengaran yang mungkin terjadi pada bayi:
- Conductive Hearing Loss
Gangguan pendengaran yang disebabkan adanya cacat di telinga (kelainan telinga) bagian luar atau bagian tengah. Gangguan pendengaran ini dapat timbul saat bayi mengalami alergi, flu atau infeksi telinga. Namun, gangguan ini hanya bersifat sementara.
- Sensorineural Hearing Loss
Gangguan pendengaran yang disebabkan adanya kerusakan di bagian dalam atau saluran saraf yang membentang dari telinga bagian tengah ke otak. Anak dengan gangguan pendengaran ini masih dapat mendengar secara sayup-sayup. Oleh karena itu, pemahaman anak terhadap bahasa menjadi terhambat.
Kerusakan saraf yang menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural pada bayi dapat terjadi saat bayi masih berada di dalam rahim, pada proses persalinan, atau setelah dilahirkan. Gangguan pendengaran jenis ini juga dapat terjadi pada anak yang terserang meningitis atau virus rubella.
Baca juga: Mengenal Imunisasi Measles Rubella (MR) Yang Digalakkan Oleh Pemerintah
- Central Hearing Loss
Gangguan pendengaran yang terjadi saat anak dapat mendengar suara namun tidak dapat menangkap perkataan oleh orang yang berbicara dengannya. Central hearing loss dapat terjadi akibat kecelakaan maupun adanya tumor yang menyebabkan perubahan pada pusat saraf pendengaran di otak. Gangguan pendengaran central hearing loss juga dapat terjadi karena faktor genetik.
- Combined Hearing Loss
Untuk gangguan pendengaran pada bayi yang terakhir ini merupakan perpaduan gaangguan conductive dan sensorineural hearing loss.
Risiko gangguan pendengaran pada bayi baru lahir meningkat jika selama mengandung, Mama mengonsumsi antibiotik. Termasuk juga menjalani kemoterapi selama masa kehamilan. Bukan hanya itu, gangguan pendengaran pada bayi juga mungkin terjadi jika si kecil pernah mengidap meningitis, memiliki riwayat jaudice, atau menggunakan ventilator selama lebih dari 5 hari.
Baca juga: Meningitis Bisa Terjadi Pada Bayi, Ini Gejalanya!
Gejala Gangguan Pendengaran Pada Bayi
Gejala-gejala gangguan pendengaran pada bayi dan anak-anak dapat dikatakan sedikit berbeda dari orang dewasa. Beberapa gejala gangguan pendengaran pada bayi dan anak-anak yang dapat Mama ketahui adalah sebagai berikut:
- Tidak kaget saat mendengar suara keras/nyaring.
- Tidak dapat menyebutkan satu kata pun saat berusia 1 tahun.
- Untuk bayi di bawah 4 bulan, tidak menoleh ke arah sumber suara.
- Lambat saat belajar bicara atau tidak jelas saat berbicara.
- Menyadari kehadiran seseorang saat ia melihatnya, tetapi acuh saat dipanggil namanya.
- Menjawab tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan.
- Memperhatikan orang lain untuk meniru apa yang diperintahkan, karena ia tidak dapat mendengar sesuatu yang diinstruksikan.
- Sering berbicara dengan lantang atau menyetel TV dengan volume keras-keras.
Nah, jika Mama merasa si kecil mengalami gejala gangguan pendengaran yang dapat dilihat dari tumbuh kembangnya, segera bawa si kecil untuk berkonsultasi dengan ahli THT. Jangan sampai si kecil mengalami gangguan pendengaran yang mengganggunya di masa depan ya, Ma.
<RGW>
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.