4 Risiko yang Akan Dialami Bila Hamil Saat Remaja
Tahukah MOms, berdasarkan data dari World Health Organization atau WHO (2018) ada kurang lebih 16 juta remaja perempuan yang berusia 15-19 dan 2.5 juta remaja perempuan hamil setiap tahunnya di negara berkembang.
Padahal, hamil saat remaja sangat berisiko. Ini empat risiko yang akan mungkin dialami bila mengalami kehamilan saat remaja!
1. Risiko kematian
Foto : unsplash.com
Moms, perlu diketahui bahwa persalinan dibawah usia 20 tahun memiliki kontribusi dalam tingginya angka kematian neonatal, bayi, dan balita.
Dikutip dari http://sehatnegeriku.kemkes.go.id, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukan bahwa angka kematian neonatal, postneonatal, bayi dan balita pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih tinggi dibandingkan pada ibu usia 20-39 tahun.
Hamil saat remaja ini sangatlah berisiko, karena para remaja belum memiliki kematangan dari aspek kesehatan reproduksi.
Para remaja pun belum memahami pengetahuan tentang kesehatan reproduksi secara memadai. Sehingga mereka kurang aware dengan kesehatan produksi mereka yang bisa menimbulkan risiko kematian.
Baca Juga : Kapan Umur yang Tepat Membicarakan Pendidikan Seks dengan Anak?
2. Kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir rendah (BBLR)
Foto : unsplash.com
Hamil saat remaja, sudah pasti alat reproduksi kurang matang. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kelahiran bayi prematur yang diikuti dengan kondisi bayi dengan berat badan lahir yang rendah.
Selain itu juga berdampak negatif pada bayi dalam jangka dekat seperti gangguan pencernaan hingga pernapasan.
Untuk jangka panjangnya bayi bisa terkena cerebral palsy, yaitu kelainan permanen pada otak yang memengaruhi perkembangan motorik dan postur tubuh; retardasi mental;dan gangguan tumbuh kembang.
3. Masalah kesehatan fisik
Foto : unsplash.com
Ternyata, hamil saat remaja juga berdampak negatif pada kesehatan fisik lho Moms.
Remaja yang belum siap terhadap kehamilannya bisa terkena gangguan hipertensi dalam kehamilan atau preeklamsia.
Mengapa demikian? Remaja muda ini belum bisa beradaptasi dengan hadirnya janin pada rahimnya.
Menurut WHO (2018) remaja perempuan yang hamil di usia 10 - 19 tahun menghadapi risiko eklampsia, endometritis nifas yang lebih tinggi, dan infeksi sistemik daripada wanita berusia 20 hingga 24 tahun.
Dalam Maternal Child Health Journal, remaja yang hamil memiliki kesehatan fisik yang buruk.
Hal tersebut disebabkan karena mengabaikan kesehatan mereka saat merawat bayi, tidak mengetahui makanan sehat, dan cenderung lebih gemuk.
Baca Juga : Apa Sajakah Persiapan untuk Program Hamil?
4. Masalah psikis
Foto : yahoo.com
Kurangnya kesiapan mental dan kurangnya adaptasi pada lingkungan bisa memicu pada kesehatan psikis, seperti postpartum blues atau baby blues.
Pada kondisi ini, sang ibu bisa saja menelantarkan si buah hati karena tidak siap dengan kehadirannya.
Menurut Dr. Sandra Beirne selaku anggota dari American Medical Women’s Association yang juga seorang dokter anak di Shiprock, New Mexico, sebagaimana dikutip dari livestrong.com mengatakan bahwa wanita yang hamil di usia remaja akan mengalami postpartum blues yang berisiko dua kali lebih tinggi dibandingkan di usia dewasa.
Itulah empat risiko yang akan dialami jika mengalami kehamilan saat masa remaja.
(TAL/CAR)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.