Mengenal Acrophobia atau Rasa Takut pada Ketinggian yang Bikin Panik dan Cemas Berlebihan
Acrophobia adalah ketakutan yang intens terhadap ketinggian yang dapat menyebabkan kecemasan dan kepanikan berlebihan.
Dari banyaknya jenis fobia spesifik, acrophobia merupakan salah satu yang paling umum terjadi.
Ingin tahu lebih lanjut mengenai fobia ini? Simak ulasan berikut ini!
Baca Juga: Emetophobia, Rasa Takut Ekstrem Terhadap Muntah: Gejala, Penyebab, dan Terapi yang Bisa Dilakukan
Apa Itu Acrophobia?
Sebenarnya, bukan hal yang aneh untuk merasakan ketidaknyamanan di tempat yang tinggi.
Misalnya, Moms mungkin merasa pusing atau gugup saat melihat ke bawah dari lantai atas gedung pencakar langit.
Namun, perasaan ini mungkin tidak menyebabkan kepanikan atau mendorong kita untuk menghindari ketinggian sama sekali.
Jika seseorang menderita acrophobia, bahkan berpikir untuk menyeberangi jembatan atau melihat foto gunung memicu ketakutan dan kecemasan.
Kesulitan ini umumnya cukup kuat, sehingga bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Gejala Acrophobia
Gejala acrophobia cukup bervariasi, mencakup gejala emosional, fisik, dan lain-lain.
Berikut ini pembahasannya satu-persatu:
1. Gejala Emosional
Penderita acrophobia mungkin merasa panik saat berada di tempat yang tinggi.
Mereka mungkin secara naluriah mulai mencari sesuatu untuk dipegang dan merasa tidak dapat mempercayai keseimbangan tubuh sendiri.
Reaksi yang umum adalah segera menyingkir dari tempat itu, merangkak, dan berlutut atau menurunkan tubuh.
Baca Juga: Voyeurisme, Kelainan Seksual Senang Mengintip Orang Lain Telanjang atau Berhubungan Intim
2. Gejala Fisik
Penderita acrophobia mungkin mulai gemetar, berkeringat, mengalami jantung berdebar, dan bahkan menangis atau berteriak.
Pada beberapa kasus, gejala vertigo bisa muncul, meski sebelumnya tidak mengidap penyakit ini.
Mereka juga dapat merasa sangat ketakukan, sulit bergerak, dan tidak bisa berpikir jernih.
3. Gejala Kecemasan dan Penghindaran
Jika seseorang menderita acrophobia, kemungkinan ia mulai takut pada situasi yang menyebabkannya menghabiskan waktu di tempat tinggi.
Misalnya, mereka mungkin khawatir bahwa liburan yang akan datang menempatkan mereka di kamar hotel di lantai atas.
Mereka juga mungkin menunda renovasi rumah karena takut menggunakan tangga.
Bahkan, mereka juga mungkin enggan mengunjungi rumah teman atau kerabat yang memiliki balkon atau jendela di lantai atas.
Baca Juga: Serba-serbi Zoophobia, Ketakutan Berlebih Ketika Bertemu Binatang
Penyebab Acrophobia
Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah keengganan di sekitar ketinggian adalah normal, tidak hanya untuk manusia tetapi untuk semua hewan.
Pada tahun 1960, psikolog penelitian terkenal, Eleanor J. Gibson dan Richard D. Walk, melakukan eksperimen yang diberi nama The Visual Cliff.
Eksperimen ini dilakukan terhadap bayi manusia yang merangkak, bersama dengan bayi dari berbagai spesies.
Hasilnya, semuanya menolak untuk melintasi panel kaca tebal yang menutupi drop-off yang tampaknya tajam.
Bahkan kehadiran ibu sang bayi, yang memanggilnya dengan penuh semangat, tidak meyakinkan bayi bahwa itu aman.
Hasil eksperimen ini diterbitkan pada tahun 2015 di Journal of The History of Psychology.
Hal ini membuat para ahli meyakini bahwa acrophobia tampaknya sebagian telah mendarah daging.
Mungkin sebagai mekanisme kelangsungan hidup evolusioner, pada semua makhluk hidup.
Meskipun demikian, kebanyakan anak-anak dan orang dewasa memilih berhati-hati, dan tidak terlalu takut ketinggian.
Acrophobia, seperti semua fobia, tampaknya merupakan reaksi berlebihan dari respons ketakutan normal.
Ini mungkin merupakan respons yang dipelajari terhadap kejatuhan sebelumnya atau reaksi gugup orangtua terhadap ketinggian.
Baca Juga: 8 Jenis Gangguan Parafilia, Kelainan Perilaku Seksual yang Berhasrat pada Hal Tidak Umum
Jenis Ketinggian yang Ditakuti Penderita Acrophobia
Jenis ketinggian atau situasi yang dapat ditakuti oleh penderita acrophobia, meliputi:
- Berjalan menaiki tangga.
- Berada di tangga.
- Berada di garasi parkir dengan lantai yang bertingkat.
- Melintasi jembatan.
- Berada di roller coaster.
- Berdiri di dekat balkon atau di atas gedung.
- Melihat keluar jendela gedung tinggi.
Karena terdapat banyak jenis fobia yang sedikit banyak memiliki kemiripan dengan acrophobia, seperti aerophobia, maka bisa sedikit sulit untuk mendiagnosis kondisi ini.
Namun, seseorang yang memiliki acrophobia umumnya memiliki rasa takut pada lebih dari satu jenis tempat-tempat tinggi.
Bagaimana Tes untuk Diagnosis Acrophobia?
Semua fobia spesifik, termasuk acrophobia hanya dapat didiagnosis oleh profesional kesehatan mental.
Moms dapat meminta dokter umum atau dokter keluarga untuk merujuk ke psikiater atau psikolog.
Nantinya, psikiater atau psikolog akan membantu memastikan diagnosis fobia yang dialami.
Mereka kemungkinan akan memulai diagnosis dengan meminta penderita untuk menjelaskan apa yang terjadi ketika dihadapkan pada ketinggian.
Pastikan untuk menyebutkan gejala masalah mental lain yang dialami serta berapa lama memiliki ketakutan ini.
Umumnya, seseorang didiagnosis menderita acrophobia jika:
- Selalu berusaha menghindari ketinggian.
- Menghabiskan banyak waktu mengkhawatirkan tentang menghadapi ketinggian.
- Menyadari bahwa waktu yang dihabiskan untuk mengkhawatirkan ketinggian mulai memengaruhi kehidupan sehari-hari.
- Langsung bereaksi dengan ketakutan dan kecemasan ketika menghadapi ketinggian.
- Memiliki gejala ini selama lebih dari enam bulan.
Pengobatan untuk Acrophobia
Acrophobia dapat memunculkan banyak gejala, termasuk pada fisik dan juga mental.
Jika mengalami gejala fobia ini dan mulai terasa mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan ragu mencari bantuan ahlinya.
Beberapa pengobatan yang bisa dijalani oleh penderita acrophobia adalah:
1. Psikoterapi
Terapi perilaku kognitif adalah pengobatan pilihan utama untuk fobia spesifik, termasuk acrophobia.
Terapi ini dilakukan dengan membuat penderita menghadapi situasi yang ditakuti.
Baik secara bertahap (desensitisasi sistematis) atau dengan cepat.
Selain itu, penderita fobia juga akan diajari cara menghentikan reaksi panik dan mendapatkan kembali kendali emosi.
2. Terapi Pemaparan dengan Virtual Reality
Metode ini paling umum dilakukan untuk mengatasi fobia spesifik seperti acrophobia.
Namun, studi pada 2017 yang diterbitkan di jurnal Current Psychiatry Reports menunjukkan bahwa virtual reality (VR) mungkin sama efektifnya.
Keuntungan utama dari perawatan ini adalah penghematan biaya dan waktu, karena tidak perlu pendampingan terapis di lokasi.
Metode ini masih belum umum dipilih karena peralatannya relatif mahal.
Namun, seiring waktu, ketika biaya peralatannya turun, kemungkinan akan lebih mudah diakses.
Baca Juga: Mengulas Ombrophobia, Perasaan Takut Berlebih saat Hujan Turun
3. Obat-obatan
Terkadang obat penenang atau beta-blocker dapat digunakan untuk bantuan jangka pendek dalam situasi tertentu.
Terutama untuk membantu meredakan kepanikan dan kecemasan yang dirasakan.
Penggunaan obat-obatan yang dikombinasikan dengan terapi perilaku kognitif dapat meningkatkan hasil.
Namun, penelitian lebih lanjut tentang dosis dan lamanya waktu pengobatan diperlukan.
4. Relaksasi
Melakukan yoga, teknik pernapasan dalam, meditasi, atau relaksasi otot progresif dapat membantu mengatasi stres dan kecemasan.
Selain itu, olahraga rutin juga penting untuk merangsang pelepasan hormon bahagia atau endorfin.
Itulah pembahasan mengenai acrophobia alias fobia terhadap ketinggian. Bila Moms mengalaminya dan telah mengganggu kegiatan sehari-hari, segera dikonsultasikan, ya!
- https://doi.org/10.1002/jhbs.21712
- https://link.springer.com/article/10.1007/s11920-017-0788-4
- https://www.verywellmind.com/acrophobia-fear-of-heights-2671677
- https://www.healthline.com/health/acrophobia-or-fear-of-heights-symptoms-causes-and-treatment
- https://www.psycom.net/acrophobia-fear-of-heights/
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21956-acrophobia-fear-of-heights
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.