Alergi Ayam: Ketahui Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Bagi sebagian orang, ayam mungkin menjadi sumber protein favorit. Namun, ternyata ada juga yang mungkin menghindarinya karena mengalami alergi ayam.
Ayam rendah lemak dan tinggi protein merupakan makanan yang tepat jika Moms atau Dads sedang diet.
Akan tetapi, hal ini berbanding terbalik jika memiliki alergi ayam.
Alergi ayam tidak umum, tetapi dapat menyebabkan gejala yang tidak nyaman atau bahkan berbahaya pada beberapa orang.
Apa Itu Alergi Ayam?
Foto Ilustrasi Ibu Hamil Makan Daging Ayam (Orami Photo Stock)
Alergi ayam terjadi ketika Moms, Dads, atau Si Kecil sedang mengonsumsi ayam (baik telur maupun dagingnya), lalu muncul gejala alergi.
Kondisi ini berarti sistem kekebalan tubuh secara keliru mengindentifikasi alergen sebagai zat berbahaya.
Menurut Allergo Journal International, reaksi alergi terhadap daging ayam sebenarnya termasuk kejadian yang langka.
Alergi ayam bisa saja terjadi pada orang dewasa atau anak-anak.
Namun, kondisi ini paling sering terlihat pada remaja, dimulai sekitar usia prasekolah.
Baca Juga: Alergi Daging Sapi: Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Penyebab Alergi Ayam
Foto Ayam (Orami Photo Stock)
Penyebab alergi ayam terbagi menjadi dua, yaitu alergi primer dan alergi sekunder.
Alergi primer adalah alergi yang sebenarnya, sedangkan alergi sekunder terjadi akibat reaksi silang dengan alergi lain.
Contohnya alergi terhadap telur, meskipun jarang terjadi.
Menurut Healthline, ada dua alergen utama yang menjadi penyebab alergi ayam, yaitu ovomucoid dan ovalbumin.
Keduanya sama-sama ditemukan dalam putih telur.
Ovomukoid cenderung tahan asam dan stabil terhadap panas.
Orang yang memiliki reaksi alergi terhadap ovomucoid biasanya tidak dapat mentolerir telur mentah atau matang.
Di sisi lain, ovalbumin rusak pada suhu tinggi, sehingga orang alergi terhadap ovalbumin sering kali dapat mentolerir telur yang dimasak.
Hanya ada beberapa laporan orang dengan alergi telur ayam yang juga alergi terhadap daging ayam.
Namun, harus hati-hati dengan vaksin yang diproduksi menggunakan media kultur yang mengandung telur ayam.
Telur juga banyak ditemukan pada masakan telur dan banyak makanan olahan yang menggunakan telur sebagai bahan pengikat.
Sementara penyebab alergi ayam untuk bagian dagingnya, terjadi saat tubuh merespons daging ayam sebagai sesuatu yang berbahaya.
Hal ini mengakibatkan sistem imun tubuh memproduksi antibodi bernama immunoglobin E (IgE) yang berperan menyerang alergen (pemicu alergi).
Respons ini dapat menyebabkan munculnya gejala merugikan, mulai dari yang ringan hingga parah.
Baca Juga: Mengenal Asma Alergi, dari Gejala, Penyebab hingga Pengobatannya
Gejala Alergi Ayam
Foto Ilustrasi Gejala Alergi Ayam (Orami Photo Stock)
Alergi ayam dapat menyebabkan gejala dengan tingkat keparahan yang bervariasi.
Karena ini adalah kondisi yang langka, sulit untuk mengatakan apa reaksi yang paling umum.
Namun, orang dengan alergi atau intoleransi daging ayam mungkin mengalami gejala berikut setelah makan atau bersentuhan dengan daging ayam:
1. Gejala Alergi Ayam yang Umum
- Batuk atau mengi
- Kulit merah, iritasi
- Gatal-gatal
- Tenggorokan yang meradang atau bengkak
- Lidah atau bibir bengkak
- Bersin
- Mual atau muntah
- Kram perut
- Diare
- Sakit tenggorokan
- Bengkak, mata berair
2. Gejala Alergi Ayam yang Anafilaksis
Dalam kasus yang lebih parah, seseorang mungkin mengalami reaksi alergi berbahaya yang dikenal sebagai anafilaksis.
Gejala anafilaksis meliputi:
- Kesulitan bernapas
- Palpitasi jantung
- Jantung yang berpacu
- Penurunan tekanan darah
- Hilang kesadaran
Jika seseorang mengalami salah satu gejala di atas setelah makan ayam matang atau menangani ayam mentah, mereka harus segera mendapatkan perhatian medis.
Pasalnya, anafilaksis adalah kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan segera.
Baca Juga: Mengenal Keratosis Pilaris, Penyakit Kulit Ayam yang Jarang Disadari
Cara Mengobati Alergi Ayam
Foto Ilustrasi Anak Makan Ayam (Orami Photo Stock)
Menurut Medical News Today, cara mengobati alergi ayam adalah dengan menghindarinya.
Selain itu, ada beberapa juga yang harus dilakukan, antara lain:
1. Berhati-hati dengan Hidangan Makanan
Hati-hati dengan hidangan yang mengandung kaldu ayam, bahan umum dalam sup.
Ayam juga menjadi populer sebagai pengganti daging merah, jadi Moms atau Dads mungkin menganggapnya seperti daging hamburger.
Pastikan bakso, cabai, dan daging cincang yang dimakan bebas dari paparan ayam sebelum dikunyah.
2. Gunakan Bahan Hipoalergenik
Jika memiliki alergi terhadap bulu ayam, selimut atau bantal yang mengandung bulu angsa dapat memicu reaksi alergi.
Sebaiknya gunakan bantal berbahan hipoalergenik yang tidak mengandung bulu agar aman bagi penderita alergi.
3. Diskusi dengan Dokter
Sebelum mengambil vaksin apa pun, beri tahukan alergi yang Moms alami pada dokter.
Pasalnya, ada beberapa jenis vaksin tertentu dapat memicu reaksi alergi.
Salah satu contohnya adalah vaksin yellow fever yang mengandung protein ayam.
Jika memiliki sindrom telur burung, Moms atau Dads mungkin tidak dapat mengambil vaksin influenza hidup karena mengandung protein telur.
Sebaiknya hindari juga kunjungan ke kebun binatang atau peternakan sebagai upaya pencegahan jika Moms, Dads, atau Si Kecil alergi terhadap ayam hidup atau unggas air.
Baca Juga: Vaksin Influenza, Seberapa Perlu untuk Diberikan? Ini Kata Ahli!
4. Konsumsi Obat-obatan
Dalam kasus paparan yang tidak disengaja, Moms dapat mencoba obat antihistamin yang dijual bebas.
Antihistamin dapat membantu menghentikan sistem kekebalan agar tidak bereaksi berlebihan terhadap ayam.
Siapa pun yang mengalami reaksi parah harus segera mendapatkan perhatian medis.
Bahkan, beberapa kasus mengharuskan penggunaan suntikan epinefrin, yang sering dikenal dengan nama merek EpiPen.
Segera konsultasikan ke dokter jika Moms mengalami gejala reaksi alergi hingga beberapa jam setelah makan daging ayam.
Sekalipun reaksinya ringan, dokter dapat membantu memastikan penyebab, mengobati reaksinya, dan menyarankan upaya pencegahan agar alergi tak mudah kambuh di masa mendatang.
Hidup dengan alergi ayam dapat dikelola, kok Moms.
Yang terpenting, selalu waspada dengan apa yang Moms, Dads, dan Si Kecil makan.
Hal ini termasuk juga dengan memperhatikan risiko pemicu alergi lainnya, seperti bulu ayam, yang mungkin mengintai di lingkungan.
Baca Juga: Serba-serbi Tes Alergi: Manfaat, Prosedur, hingga Biayanya
Jika diperlukan, Moms dapat disarankan untuk menjalani tes gores atau tusukan kulit.
Tes ini melibatkan memaparkan kulit ke sejumlah zat, kemudian mengamati reaksinya termasuk alergi ayam.
- https://www.verywellhealth.com/meat-allergy-82891
- https://www.healthline.com/health/chicken-allergy#outlook
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/323070#seeing-a-doctor
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4861744/pdf/40629_2016_Article_108.pdf
- https://www.jacionline.org/article/S0091-6749(97)70154-4/pdf
- https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0091674920303432
- https://www.researchgate.net/publication/26829856_Food_allergy_to_chicken_meat_with_IgE_reactivity_to_muscle_a-parvalbumin
- https://theconversation.com/health-check-how-to-avoid-getting-ill-from-chicken-34795
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.