Mengenal Aneurisma Otak: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Aneurisma otak adalah tonjolan di pembuluh darah otak yang bisa bocor atau pecah. Lalu menyebabkan perdarahan ke otak atau stroke hemoragik.
Aneurisma otak paling sering pecah di ruang antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak. Dilansir oleh National Institute of Neurological Disorders and Stroke, jenis stroke hemoragik ini disebut perdarahan subarakhnoid.
Penyakit ini bisa mengancam jiwa dan membutuhkan perawatan medis cepat. Namun, sebagian besar aneurisma otak tidak pecah bisa menimbulkan masalah kesehatan atau gejala lainnya.
Kondisi itu seringkali terdeteksi ketika seseorang melakukan tes medis lain. Ketika ditemukan aneurisma otak tidak pecah, dokter mungkin akan menyarankan perawatan untuk mencegah aneurisma otak pecah di masa mendatang.
Gejala Aneurisma Otak
Foto: shutterstock.com
1. Aneurisma Pecah
Sakit kepala parah termasuk gejala utama dari aneurisma yang pecah. Sakit kepala akibat aneurisma otak pecah merupakan gambaran "sakit kepala terburuk" yang pernah dialami.
Tanda dan gejala umum dari aneurisma pecah meliputi:
- Sakit kepala parah yang mendadak
- Mual dan muntah
- Leher kaku
- Penglihatan kabur atau ganda
- Sensitivitas terhadap cahaya
- Kejang
- Kelopak mata terkulai
- Hilang kesadaran
- Kebingungan
2. Aneurisma Bocor
Dalam beberapa kasus, aneurisma mungkin tidak pecah tetapi hanya bocor. Bocornya aneurisma otak ini bisa menyebabkan sakit kepala parah dan pecahnya aneurisma lebih parah setelah bocor.
3. Aneurisma yang Tidak Rusak
Aneurisma otak yang tidak rusak mungkin tidak menimbulkan gejala, terutama jika berukuran kecil.
Namun, aneurisma yang lebih besar dan tidak pecah dapat menekan jaringan otak dan saraf yang bisa menyebabkan nyeri di atas dan di belakang mata dan mati rasa pada satu sisi wajah.
Baca Juga: Waspada, Ini 4 Jenis Tumor Otak yang Paling Sering Dialami
Penyebab Aneurisma Otak
Foto: shutterstock.com
Dalam beberapa kasus dilansir oleh National Health Service UK, aneurisma bisa terjadi karena ada kelemahan pada dinding pembuluh darah saat lahir.
Tetapi, kondisi yang menyebabkan dinding pembuluh darah melemah masih belum jelas. Meskipun ada sejumlah faktor yang meningkatkan risikonya, seperti:
- Merokok
- Tekanan darah tinggi
- Riwayat keluarga aneurisma otak
Baca Juga: Mengenal Sindrom Metabolik yang Dapat Meningkatkan Risiko Stroke dan Diabetes Tipe 2
Pengobatan Aneurisma Otak
Foto: pixabay.com
1. Perawatan untuk Aneurisma yang Pecah
Perawatan cepat diperlukan jika seseorang mengalami aneurisma pecah. Karena dilansir oleh Stroke.org, mereka mungkin saja mengalami perdarahan lagi.
Perawatan yang diperlukan termasuk menghentikan aliran darah ke aneurisma. Biasanya, dokter akan melakukan tindakan dengan melihat kondisi kesehatan pasien, ukuran, jenis dan lokasi aneurisma otak.
Adapun tindakanya seperti bedah dengan memotong aliran darah, memasukkan gulungan endovaskular ke dalam aneurisma untuk menghentikan aliran darah dan operasi untuk mengalihkan aliran darah yang pecah.
2. Perawatan untuk Aneurisma yang Belum Pecah
Aneurisma kecil yang belum pecah dan tidak menyebabkan gejala mungkin tidak perlu diobati. Tetapi ini tergantung pada kesehatan dan aneurisma pasien.
Perubahan gaya hidup dapat membantu menurunkan peluang seseorang mengalami kebocoran aneurisma otak, seperti:
- Tidak mengonsumsi obat stimulan
- Berhenti merokok
- Menurunkan tekanan darah dengan diet dan olahraga
- Membatasi asupan kafein, karena tekanan darah tiba-tiba meningkat
- Hindari mengangkat barang berat karena bisa meningkatkan tekanan darah
Itulah penjelasan mengenai aneurisma otak yang bisa Moms ketahui. Selalu jaga kesehatan Moms, ya!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.