Alergi Kucing: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Perawatannya
Alergi memang umum terjadi, baik itu alergi kulit, alergi dingin, maupun alergi makanan. Namun ada satu lagi yang tidak boleh kita lupakan, yaitu alergi kucing.
Bagi para pecinta binatang, sulit rasanya mengurungkan niat ingin memilihara binatang.
Baik kucing, anjing ataupun binatang lainnya. Namun terkadang, alergi dan masalah lain yang ditimbulkan karena memilihara binatang, sering menjadi penghalang
Alergi kucing adalah reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap penyebab alergi yang berasal dari binatang tersebut.
Bagi Moms yang alergi kucing akan memicu reaksi dengan ciri-ciri yang sama seperti rinitis alergi. Orang dengan sistem imun yang lebih peka mungkin mengalami gejala asma seperti sesak napas dan suara napas yang nyaring (mengi).
Lantas, apa penyebab dan gejala alergi kucing? Bagaimana cara mengatasinya? Yuk simak penjelasannya di bawah ini.
Baca Juga: Yuk Intip, 3 Cara Membuat Rumah Kucing dari Kardus Bekas yang Unik dan Nyaman
Penyebab Alergi Kucing
Foto: expatliving.hk
Alergi kucing 2 kali lebih umum terjadi daripada alergi anjing. Tetapi penyebab alergi ini bukan disebabkan oleh bulu atau rambut kucing.
Melansir Frontiers in Immunology Journal, lebih dari 90% alergi kucing disebabkan oleh protein dalam air liur, urin, bulu kucing (serpihan kulit kering), dan ketombe yang menempel pada badan atau bulu. Jadi, pemicu alergi bukan semata-mata bulu kucing yang bertebaran.
Genetika memiliki peran penyebab alergi kucing, artinya Moms bisa mengalaminya jika memiliki anggota keluarga yang juga alergi kucing.
Sistem kekebalan Moms akan membuat antibodi untuk melawan zat yang mungkin menyerang tubuh, seperti bakteri dan virus.
Pada orang yang memiliki alergi, sistem kekebalan salah mengira alergen sebagai sesuatu yang berbahaya dan mulai membuat antibodi untuk melawannya.
Penderita alergi memiliki sistem kekebalan yang terlalu sensitif. Tubuh mereka menganggap hal-hal yang tidak berbahaya seperti bulu kucing, partikel yang berbahaya, dan menyerang seperti bakteri atau virus.
Sebuah penelitan Microbiome telah membuktikan, anak-anak yang berinteraksi dengan hewan peliharaan seperti kucing dan anjing dari waktu kecil, terutama pada setahun pertama, lebih memiliki ketahanan terhadap alergi hewan dan asma.
Baca Juga: 5 Jenis Hewan Peliharaan yang Aman Untuk Anak Alergi atau Asma
Gejala Alergi Kucing
Foto: Orami Photo Stock
Jika Moms alergi kucing, sentuhan atau berdekatan dengan binatang ini dapat memicu reaksi alergi yang ditandai seperti:
- Jalur pernapasan yang meradang
- Hidung yang berair
- Hidung yang gatal atau mengalami iritasi, akibat sering bersin
- Rasa gatal pada mulut bagian atas dan tenggorokan.
- Hidung tersumbat
- Ingus berlebihan
- Mata berair dan membengkak
- Bintik-bintik merah atau ruam di kulit
- Kulit yang terasa gatal
- Serangan Eczema
- Kulit yang membengkak di bawah bagian mata
- Nyeri tekan pada wajah
- Kelopak mata bengkak dan tampak kebiruan
Gejala alergi kucing sebagian besar hampir sama dengan penyakit flu atau alergi lainnya sehingga reaksi ini sering tidak ditanganin dengan benar.
Padahal, ada kemungkinan serangan alergi kucing dapat berkembang menjadi asma. Sebanyak 30 persen penderita asma dapat mengalami serangan parah setelah bersentuhan dengan kucing.
Jika alergi kucing menyebabkan serangan asma, Moms akan merasakan gejala yang menyerang pernapasan dengan lebih parah, yaitu:
- Batuk-batuk
- Suara menjadi mengi atau mencicit
- Napas pendek
- Dada terasa sesak
- Suara menyiul saat bernapas
- Kematian
Baca Juga: 10 Cara Mengusir Kucing tanpa Menyakiti, Wajib Dicoba!
Diagnosis Alergi Kucing
Foto: istockphoto.com
Sebelum memutuskan untuk memelihara kucing di rumah perlu mengetahui apakah Moms alergi kucing atau tidak. Untuk mengetahuinya, Moms bisa mengikuti beberapa cara ini:
1. Tes Tusuk Kulit
Tes ini menggunakan jarum bersih, dokter akan menusuk permukaan kulit Moms (biasanya di lengan bawah atau punggung) yang telah dituang alergen.
Pada kulit lengan diberi kode dengan spidol kulit yang sesuai dengan jumlah alergen yang diuji. Setiap masing-masing tanda, jaraknya harus jauh minimal 2 cm.
Dalam waktu sekitar 15 sampai 20 menit, tempat tes tusuk kulit bisa menjadi merah atau bengkak.
Reaksi tersebut menyatakan Moms mengalami alergi terhadap zat itu. Alergi kucing yang positif biasanya akan menyebabkan benjolan merah dan gatal.
2. Tes Kulit Intradermal
Tes kulit intradermal atau intradermal skin test disarankan jika tes tusuk kulit pasien menunjukkan hasil negatif, tetapi dokter masih menduga pasien menderita alergi terhadap suatu alergen.
Pada tes kulit intradermal, dokter akan menyuntikkan sejumlah kecil alergen persis ke bawah kulit lengan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemantauan selama 15 menit untuk melihat apakah terjadi reaksi alergi di area bekas suntikan.
3. Tes Darah
Tes alergi melalui darah dilakukan dengan terlebih dulu mengambil sampel darah pasien.
Sampel darah tersebut kemudian akan dibawa ke laboratorium agar kadar imunoglobulin E pasien bisa diperiksa.
Imunoglobulin E (IgE) adalah antibodi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan zat yang dianggap sebagai ancaman. Saat tubuh mengalami reaksi alergi, jumlah IgE akan meningkat.
IgE yang diukur bisa merupakan jumlah seluruh antibodi IgE dalam tubuh (total IgE test) atau jumlah antibodi IgE yang muncul atas respons terhadap terhadap suatu alergen (specific IgE test).
Cara Mengatasi Alergi Kucing
Foto: hackernoon.com
Tenang Moms, mengatasi alergi kucing tidak begitu sulit. Jenis alergi ini biasanya dapat dikontrol dengan obat alergi standar. Melansir dari Asthma and Allergy Foundation of America, dokter mungkin akan merekomendasikan beberapa obat, seperti:
- Antihistamin
Tersedia di apotek dan bisa dibeli tanpa resep dokter seperti cetirizine (Zyrtec), diphenhydramine (Benadryl), fexofenadine (Allegra), dan loratadine (Claritin).
Moms juga bisa membeli beberapa antihistamin seperti azelastine (Astelin) yang dikemas dalam bentuk semprotan hidung.
- Dekongestan
Seperti pseudoefedrin (Sudafed) yang dijual bebas atau obat alergi yang mengandung bahan pseudoefedrin seperti Allegra-D, Claritin-D, atau Zyrtec-D.
- Leukotriene modifiers
Obat ini menghambat kerja leukotrien, yakni zat kimia pada reaksi alergi yang bekerja seperti histamin.
Hanya saja obat ini memiliki risiko efek samping yang lebih tinggi, seperti sakit kepala, demam, atau perubahan mood atau suasana hati.
- Semprotan steroid hidung
Mengatasi gejala alergi atau asma dengan berbagai cara. Semprotan steroid adalah pengobatan umum untuk alergi.
Budesonide (Rhinocort), fluticasone (Flonase), dan triamcinolone (Nasacort Allergy 24HR) adalah semprotan steroid yang bisa Moms dapatkan tanpa resep dari dokter.
Baca Juga: Apakah Anak Alergi atau Demam? Kenali Dulu 4 Perbedaannya Berikut Ini
Itu dia Moms beberapa cara untuk mengobati alergi kucing pada anak. Jadi jangan langsung panik dulu ya Moms.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3939690/
- https://microbiomejournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40168-017-0254-x
- https://www.asthmaandallergyfriendly.com/USA/is-your-pet-asthma-and-allergy-friendly/
- https://www.healthline.com/health/allergies/cats
- https://www.webmd.com/allergies/cat-allergies
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.