Anemia Hemolitik: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya
Anemia hemolitik adalah kelainan darah yang membuat sel darah merah seseorang rusak atau mati lebih cepat daripada yang bisa diganti oleh tubuh dengan sel darah baru.
Kondisi ini bisa terjadi karena faktor genetik, padahal sel darah merah berfungsi membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh.
Jika seseorang memiliki jumlah sel darah merah yang lebih rendah dari normal, sebagai akibat dari sel darah merah yang rusak atau mati lebih cepat, dia akan mengalami anemia.
Nah, Orami mencoba merangkum beberapa hal tentang gejala anemia hemolitik, penyebab, dan kondisinya pada anak-anak.
Simak artikel berikut ini, ya!
Baca Juga: 9 Pantangan Makanan Penderita Anemia, Jangan Dilanggar!
Penyebab Anemia Hemolitik
Ketika seseorang menderita anemia, darah tidak dapat membawa cukup oksigen ke semua jaringan dan organ dalam tubuh.
Akibatnya, tubuh tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Anemia hemolitik adalah salah satu jenis anemia yang dapat diwariskan atau didapat.
Dalam kasus anemia hemolitik bawaan, kondisi ini disebabkan oleh gen yang diwariskan dari orang tua kepada anak-anak mereka.
Jenis ini biasanya mempengaruhi struktur atau fungsi dari sel darah merah itu sendiri, Moms.
Di sisi lain, anemia hemolitik yang didapat bukanlah kondisi yang dialami sejak lahir, melainkan terjadi akibat penyakit, kondisi, atau faktor tertentu.
Misalnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh infeksi tertentu, atau akibat penerimaan transfusi darah dari donor yang golongan darahnya tidak cocok.
Sementara penyakit, kondisi, atau faktor tertentu bisa memicu kedua jenis anemia hemolitik, namun manifestasi dan penanganannya bisa berbeda-beda.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mendapatkan diagnosa dan penanganan yang tepat dari dokter jika Si Kecil dicurigai adanya anemia hemolitik.
Baca Juga: Mengenal Penyakit Thalasemia Pada Anak, Minor hingga Mayor
1. Kondisi bawaan
Ada beberapa kondisi bawaan yang umumnya menjadi penyebab anemia hemolitik, yaitu:
- Anemia sel sabit
Saat mengalami anemia sel sabit, tubuh memproduksi sel darah merah yang berbentuk tidak normal dan terperangkap di pembuluh darah kecil, limpa, atau hati.
- Thalasemia
Ini adalah kelompok lain dari kelainan darah bawaan yang menyebabkan tubuh membuat sel darah merah abnormal yang mudah dihancurkan.
- Kekurangan G6PD
Kelainan genetik ini mempengaruhi enzim yang melindungi sel darah merah.
Ketika tingkat enzim ini turun, sel-sel darah yang terkena infeksi atau obat-obatan tertentu cenderung pecah.
2. Didapatkan dari Infeksi
Berikut adalah beberapa jenis infeksi yang dapat memicu anemia hemolitik:
- Malaria
Malaria terjadi ketika nyamuk yang terinfeksi parasit malaria menggigit orang, meninggalkan parasit dalam aliran darah manusia.
Jika tidak diobati, malaria dapat menyebabkan anemia hemolitik.
- Demam berbintik Rocky Mountain
Infeksi ini menyebar ketika kutu yang terinfeksi bakteri Rickettsia rickettsii yang dapat menggigit orang.
- Penyakit Haemophilus influenzae
Ini adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri H. influenza.
- Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Virus ini menyebabkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
3. Didapatkan dari Obat
Beberapa orang mengalami anemia hemolitik karena meminum obat tertentu.
Namun, tidak semua orang yang menggunakan obat ini akan mengalami anemia hemolitik.
Dalam beberapa kasus, reaksi ini bisa disebabkan oleh respons imun yang berlebihan dari tubuh terhadap obat tersebut.
Pada gilirannya, ini akan merusak sel-sel darah merah.
Penyedia layanan kesehatan akan meninjau riwayat kesehatan untuk memastikan pasien dapat minum obat ini.
Jenis obat-obatan ini termasuk:
- Penisilin: Antibiotik ini mengobati infeksi dan masalah medis serius lainnya.
- Kina: Obat ini mengobati malaria.
- Methyldopa: Obat ini mengobati tekanan darah tinggi.
- Sulfonamida: Ini adalah obat anti-bakteri.
Beberapa jenis anemia hemolitik mungkin bersifat sementara dan akan membaik setelah beberapa bulan.
Namun, jenis lainnya bisa menjadi kondisi seumur hidup (kronis) dan mungkin berulang kali muncul dan menghilang seiring waktu.
Baca Juga: Fakta Seputar Sel Darah Merah yang Perlu Diketahui, Sudah Tahu?
Gejala Anemia Hemolitik
Terkadang, beberapa orang memiliki gejala ringan yang hilang setelah perawatan.
Dokter mungkin dapat menyembuhkan anemia hemolitik setelah mengetahui apa menyebabkan kondisi tersebut.
Namun, jika tidak diobati, anemia hemolitik yang parah dapat berakibat masalah yang lebih fatal, seperti penyakit jantung.
Dikutip dari Cleveland Clinic, gejala hemolitik bisa ringan atau lebih parah.
Beberapa juga bisa datang tiba-tiba atau berkembang seiring waktu.
Adapun gejala khas dari penyakit ini meliputi:
1. Penyakit Kuning
Kondisi ini mempengaruhi kulit, bagian putih mata (sklera) dan selaput lendir yang menyebabkannya menguning.
Penyakit kuning terjadi ketika seseorang memiliki kadar bilirubin yang tinggi yang disebabkan oleh kerusakan sel darah merah.
2. Sesak Napas (Dyspnea)
Dyspnea, atau sesak napas, adalah salah satu gejala yang bisa muncul ketika seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Kondisi ini sering terjadi pada anemia hemolitik, di mana sel darah merah rusak atau hancur lebih cepat dari pada tubuh dapat memproduksinya kembali.
3. Kelelahan
Kelelahan adalah sensasi lemah dan lesu yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Pada anemia hemolitik, kelelahan terjadi karena tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen yang dibutuhkan untuk energi.
4. Detak Jantung Cepat (Takikardia)
Kondisi ini terjadi ketika jantung berdetak lebih cepat dari yang seharusnya.
Pada anemia hemolitik, jantung berusaha memompa lebih banyak darah untuk kompensasi kurangnya oksigen dalam tubuh.
5. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)
Tekanan darah rendah bisa menjadi gejala atau kondisi anemia hemolitik.
Kondisi ini terjadi ketika tekanan darah jauh lebih rendah dari yang diharapkan.
6. Darah dalam kencing (Hematuria)
Hematuria bisa menjadi gejala penyakit sel sabit, yang merupakan salah satu jenis anemia hemolitik.
Ini terjadi ketika sel darah merah rusak merusak dinding pembuluh darah kecil.
7. Pembesaran limpa atau hati
Hati dan limpa menyaring sel darah merah saat sel bergerak melalui tubuh.
Sel darah merah yang rusak atau sekarat terperangkap oleh limpa dan hati, yang menghancurkan sel-sel tersebut.
Limpa atau hati yang lebih besar dari biasanya mungkin merupakan tanda sel darah merah rusak.
Baca Juga: Mengenal Agranulositosis, Ketika Tubuh Tidak Cukup Memproduksi Sel Darah Putih
Anemia Hemolitik pada Anak
Sama seperti pada dewasa, anemia hemolitik adalah sekelompok gangguan di mana sel darah merah yang dihancurkan lebih cepat daripada yang bisa dibuat oleh sumsum tulang.
Penyebabnya masih sama yaitu diturunkan (bawaan) dan dibuat.
Gejala paling umum dari anemia hemolitik pada anak juga beberapa serupa, yaitu:
- Kulit pucat
- Menguningnya kulit dan mata (jaundice)
- Urine berwarna gelap
- Demam
- Bising jantung (heart murmur)
- Dan gejala lainnya.
Gejala-gejala ini mungkin disebabkan oleh masalah kesehatan lainnya.
Jadi, sebaiknya segera periksakan kondisi anak ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan diagnosis dokter, ya, Moms!
Diagnosis dan Pengobatan Anemia Hemolitik pada Anak
Dokter anak mungkin mencurigai anemia hemolitik dari riwayat kesehatan mereka dan pemeriksaan fisik.
Si Kecil mungkin menjalani tes, seperti hemoglobin dan hematokrit, CBC atau hitung darah lengkap, pap perifer, dan tes darah lainnya, serta tes urine.
Perawatan akan tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan anak secara umum.
Ini juga akan tergantung pada seberapa parah kondisi akibat anemia hemolitik tersebut.
Beberapa anak tidak memerlukan pengobatan.
Bagi mereka yang melakukannya, perawatan tersebut misalnya:
- Transfusi darah
- Obat kortikosteroid atau steroid
- Imunoglobulin intravena (IVIg)
- Rituximab, obat untuk mengontrol sistem kekebalan tubuh
- Antibiotik untuk mengobati infeksi jika itu penyebabnya
- Obat-obatan lain, tergantung pada jenis anemia hemolitik
Pada beberapa anak yang tidak membaik dengan terapi di atas, perlu mencari terapi lain, seperti:
- Splenektomi: tindakan operasi untuk mengangkat limpa.
- Terapi imunosupresi: penggunaan obat lain untuk mengontrol sistem kekebalan tubuh.
- Plasmaferesis: penghapusan antibodi dari darah yang menghancurkan sel darah merah.
- Transplantasi sel induk: pada kasus yang parah, sel sumsum tulang yang abnormal diganti dengan sumsum tulang donor.
Baca Juga: Cegah Anemia, Ini 5 Obat Penambah Darah Alami
Komplikasi Anemia Hemolitik
Ingat Moms, anemia hemolitik yang tidak mendapat penanganan yang tepat nyatanya bisa memicu komplikasi berbahaya, antara lain:
- Gangguan irama jantung
- Kelainan otot jantung (kardiomiopati)
- Gagal jantung
Jadi, segeralah lakukan pemeriksaan kesehatan jika Moms mencurigai satu atau beberapa gejala yang mengarah pada kondisi anemia hemolitik.
Terutama jika Moms mengalami masalah pada kulit, jantung berdebar, dan mata yang menguning.
Selain itu, anemia hemolitik juga bisa terjadi karena kondisi gangguan autoimun atau efek samping dari konsumsi obat tertentu.
Jadi, pastikan Moms berdiskusi dan bertanya langsung pada dokter apabila memiliki masalah autoimun atau sedang mengonsumsi obat tertentu dalam jangka panjang, ya!
Baca Juga: Anemia, Kondisi Tubuh Kekurangan Sel Darah Merah yang Sehat
Itulah beberapa gejala dan penyebab anemia hemolitik, termasuk jika penyakit ini terjadi pada anak-anak.
Semoga bisa menjadi informasi yang berguna bagi kesehatan Moms dan keluarga, ya!
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22479-hemolytic-anemia#symptoms-and-causes
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/hemolytic-anemia
- https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?contenttypeid=90&contentid=p02321
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.