Keputihan pada Ibu Hamil: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
Keputihan pada ibu hamil merupakan kondisi umum yang sering dialami selama masa kehamilan.
Kondisi ini terjadi akibat perubahan hormon yang memengaruhi produksi lendir di area kewanitaan.
Meskipun keputihan pada dasarnya adalah hal yang normal, Moms tetap perlu waspada.
Karena beberapa tanda tertentu bisa menjadi indikasi adanya infeksi atau gangguan kesehatan lainnya.
Baca Juga: Tanya Jawab Dokter tentang Perbedaan BBLR dan Prematur
Ciri Keputihan pada Ibu Hamil yang Normal
Menurut National Health Service, keputihan pada ibu hamil yang normal dan tidak perlu dicemaskan biasanya:
- Tipis
- Jernih atau berwarna putih susu
- Tidak memiliki bau aneh
- Licin dan basah
Banyaknya jumlah keputihan saat hamil juga bervariasi.
Biasanya, keputihan akan lebih banyak selama kehamilan, jika aktif secara seksual, atau bila menggunakan alat kontrasepsi.
Baca Juga: Program Hamil Kembar, Mulai dari Cara Alami Hingga Medis
Ciri Keputihan pada Ibu Hamil yang Tidak Normal
"Meskipun normal terjadi, tetapi keputihan pada ibu hamil juga bisa menandakan kondisi kesehatan tertentu," ujar dr. Bramundito, Sp.OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, RS Pondok Indah – Pondok Indah.
Jika cairannya berubah dari segi aroma, warna atau tekstur, bisa jadi merupakan tanda dari infeksi pada vagina.
Seperti ciri-ciri keputihan tidak normal berikut ini:
- Bau amis, menandakan vaginosis bakteri
- Tekstur yang tebal dan putih seperti keju cottage menandakan thrush
- Warna hijau, kuning atau berbusa, menandakan trikomoniasis
- Bila keputihan dibarengi dengan nyeri atau pendarahan panggul, menandakan klamidia atau gonore
- Bila terjadi lepuh atau luka, menandakan herpes genital
Bedakan antara keputihan yang normal dan yang tidak normal agar Moms dapat segera melakukan tindakan.
Baca Juga: 21 Cara Mengatasi Vagina Gatal Akibat Infeksi Bakteri
Penyebab Keputihan pada Ibu Hamil
Ada beberapa faktor penyebab ibu hamil bisa mengalami keputihan saat trimester awal sampai akhir.
Berikut beberapa pemicu keputihan pada ibu hamil yang umum terjadi:
1. Perubahan Hormon
Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron meningkat secara signifikan dari trimester pertama hingga ketiga.
Pada trimester pertama, estrogen dan progesteron membantu membentuk plasenta dan menjaga kehamilan awal.
Memasuki trimester kedua, hormon ini terus meningkat untuk mendukung perkembangan janin dan mempersiapkan tubuh untuk persalinan.
Di trimester ketiga, peningkatan hormon ini mencapai puncaknya.
Ini guna mempersiapkan tubuh untuk persalinan dan kelahiran, serta menyebabkan peningkatan keputihan sebagai bentuk perlindungan alami terhadap infeksi.
2. Pembersihan Alami Reproduksi Wanita
Pembersihan alami reproduksi wanita adalah mekanisme tubuh yang secara alami membersihkan area kewanitaan dari sel-sel mati, bakteri, dan kotoran.
Selama kehamilan, proses ini semakin aktif karena peningkatan hormon seperti estrogen dan progesteron, yang menyebabkan produksi lendir di leher rahim dan vagina meningkat.
Keputihan yang dihasilkan dari pembersihan alami ini biasanya berwarna putih atau bening, tidak berbau, dan memiliki konsistensi yang lebih cair.
Ini adalah tanda bahwa tubuh sedang bekerja untuk menjaga lingkungan vagina tetap sehat dan mencegah infeksi.
Sehingga keputihan jenis ini dianggap normal dan tidak perlu dikhawatirkan selama tidak disertai gejala lain yang tidak biasa.
Baca Juga: Tanya Jawab Dokter tentang Anak 1 Tahun Susah Makan, Simak!
3. Penyakit Infeksi
Keputihan pada ibu hamil umumnya kuantitasnya tidak banyak, tidak gatal, tidak bau, dan tidak berwarna.
Jika keputihan berwarna hijau atau kekuningan, berbau kuat, atau disertai kemerahan atau gatal, serta nyeri di vagina, bisa jadi tanda adanya infeksi.
Keputihan tidak normal pada ibu hamil yang disebabkan oleh infeksi biasanya terkait dengan infeksi jamur, bakteri, atau parasit.
Kondisi ini biasanya disebut sebagai keputihan patologis.
Dalam jurnal Obstetrics and Gynecology International, disebutkan bahwa keputihan patologis pada ibu hamil lebih rentan dialami oleh ibu yang hamil di usia muda, mengalami anemia, atau infeksi saluran kemih.
- Infeksi Jamur
Salah satu infeksi yang umum adalah kandidiasis, yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan jamur Candida.
Infeksi ini ditandai dengan keputihan yang kental, berwarna putih seperti keju, disertai dengan gatal dan iritasi.
- Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri seperti vaginosis bakterialis juga dapat menyebabkan keputihan abnormal.
Biasanya keputihan berwarna abu-abu atau kuning dengan bau yang tidak sedap, mirip dengan bau amis.
- Infeksi Parasit
Selain itu, trikomoniasis, yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis, dapat menyebabkan keputihan berwarna hijau atau kuning, berbusa, dan disertai rasa nyeri saat buang air kecil.
Infeksi-infeksi ini memerlukan penanganan medis karena dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan, seperti persalinan prematur atau infeksi pada janin.
4. Depresi atau Stres
Dalam studi pada jurnal Obstetrics and Gynecology International, ditemukan bahwa keputihan pada ibu berhubungan dengan depresi.
Ini karena depresi atau stres pada ibu hamil dapat memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh, termasuk hormon yang mengatur sistem reproduksi.
Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon kortisol, yang pada gilirannya dapat mengganggu produksi hormon estrogen dan progesteron.
Ketidakseimbangan hormon ini bisa memicu perubahan pada lendir serviks dan menyebabkan peningkatan keputihan.
Selain itu, stres juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan risiko infeksi yang dapat menyebabkan keputihan tidak normal.
Meskipun keputihan akibat stres biasanya tidak berbahaya, penting bagi ibu hamil untuk mengelola stres dengan baik untuk menjaga kesehatan keseluruhan selama kehamilan.
5. Peningkatan Aliran Darah dan Perubahan Serviks
Selama kehamilan, aliran darah ke area panggul dan organ reproduksi meningkat secara signifikan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin.
Peningkatan aliran darah ini menyebabkan leher rahim (serviks) dan dinding vagina menjadi lebih lembut dan lebih aktif memproduksi lendir.
Selain itu, perubahan pada serviks, seperti pelunakan dan pembesaran, juga turut meningkatkan produksi lendir sebagai bentuk perlindungan alami terhadap infeksi.
Lendir yang diproduksi ini kemudian dikeluarkan sebagai keputihan, yang biasanya lebih banyak selama kehamilan.
Keputihan ini umumnya berwarna putih atau bening, tidak berbau, dan merupakan tanda bahwa tubuh sedang bekerja untuk menjaga kesehatan organ reproduksi dan melindungi kehamilan.
Jenis Keputihan saat Hamil
Jenis keputihan pada ibu hamil dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, dan bau, yang masing-masing dapat menunjukkan kondisi tertentu.
Berikut beberapa jenis keputihan yang dapat terjadi selama kehamilan:
1. Keputihan Putih atau Putih Gading (Leukorea)
Ini adalah jenis keputihan normal yang berwarna putih atau putih gading, bertekstur tipis, dan tidak berbau.
Disebabkan oleh peningkatan hormon estrogen dan aliran darah ke area panggul, leukorea membantu membersihkan dan melindungi vagina dari infeksi.
2. Keputihan Menggumpal, Warna Putih atau Putih Gading
Keputihan ini lebih tebal dan menggumpal, yang bisa menjadi tanda infeksi jamur, seperti kandidiasis.
Meskipun sering kali tidak berbahaya, kondisi ini bisa menyebabkan gatal dan iritasi.
3. Keputihan Berwarna Kuning atau Hijau
Keputihan yang berwarna kuning atau hijau, berbau kuat, dan disertai dengan rasa terbakar atau gatal bisa menjadi indikasi adanya infeksi.
Bisa infeksi bakteri (seperti vaginosis bakterialis) atau infeksi menular seksual (seperti trikomoniasis).
Kondisi ini memerlukan penanganan medis.
4. Keputihan Berwarna Kecokelatan atau Merah
Keputihan yang berwarna cokelat atau merah biasanya mengandung darah dan dapat menjadi tanda perdarahan implantasi atau komplikasi kehamilan lainnya.
Kondisi ini perlu segera dikonsultasikan dengan dokter, terutama jika disertai dengan nyeri perut atau kram.
5. Keputihan Bertekstur Berair dan Jelas atau Warna Kuning Muda
Keputihan yang bertekstur berair dan berwarna kuning muda atau jernih bisa disebabkan oleh kebocoran cairan ketuban atau inkontinensia (kebocoran urine) selama kehamilan.
Jika ada keraguan, penting untuk segera menghubungi dokter untuk memastikan penyebabnya.
Memahami jenis-jenis keputihan ini dapat membantu Moms mengenali kondisi normal dan mengetahui kapan perlu mencari bantuan medis.
Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Segera hubungi dokter jika dalam 24 hingga 48 jam keputihan yang Moms alami berubah warna menjadi kuning, hijau, cokelat, atau merah.
Waspadai juga jika keputihan berbau tidak sedap, disertai gatal, rasa terbakar, mengandung darah, atau jika Moms mengalami nyeri pada panggul.
Selain itu, keputihan yang sangat berair atau terus-menerus juga memerlukan perhatian medis segera.
Konsultasi dengan dokter penting untuk memastikan kesehatan Moms dan janin serta mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca Juga: Tanya Jawab Dokter tentang Kadar Asam Urat Normal Wanita
Cara Mengatasi dan Mencegah Keputihan saat Hamil
Berikut adalah cara mencegah keputihan saat hamil yang mengganggu:
- Jaga kebersihan area kewanitaan
- Gunakan pakaian dalam berbahan katun
- Hindari produk pembersih yang mengiritasi
- Ganti pakaian dalam secara teratur
- Perhatikan pola makan sehat
- Kelola stres dengan baik
- Tetap terhidrasi dengan cukup air
Baca Juga: 5 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil yang Harus Dipenuhi, Catat Moms!
Makanan untuk Mencegah Keputihan pada Ibu Hamil
Makanan tertentu dapat membantu mencegah keputihan yang mengganggu selama kehamilan dengan mendukung keseimbangan flora bakteri baik di tubuh dan menjaga sistem kekebalan.
Berikut ini daftar makanannya.
- Yogurt atau makanan yang mengandung probiotik: Mengandung bakteri baik yang membantu menjaga keseimbangan flora vagina.
- Buah-buahan segar, terutama yang kaya vitamin C: Meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu melawan infeksi.
- Sayuran hijau seperti bayam dan kale: Kaya akan nutrisi yang mendukung kesehatan keseluruhan dan menjaga keseimbangan pH tubuh.
- Bawang putih: Memiliki sifat antimikroba yang membantu melawan infeksi.
- Kacang-kacangan dan biji-bijian: Mengandung vitamin E dan zinc yang baik untuk kesehatan kulit dan sistem kekebalan tubuh.
- Ikan kaya omega-3 seperti salmon: Mengandung asam lemak yang mendukung kesehatan reproduksi dan mengurangi peradangan.
Makanan yang Sebaiknya Dihindari
Ada juga makanan yang sebaiknya dihindari karena dapat memicu pertumbuhan jamur atau bakteri yang menyebabkan keputihan tidak normal.
- Makanan manis atau tinggi gula: Dapat memicu pertumbuhan jamur, terutama Candida, yang menyebabkan infeksi jamur dan keputihan.
- Roti putih atau produk tepung olahan: Mengandung karbohidrat olahan yang dapat mengganggu keseimbangan gula darah dan meningkatkan risiko infeksi jamur.
- Makanan cepat saji dan olahan: Biasanya tinggi lemak trans dan rendah nutrisi, yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
- Makanan berlemak tinggi: Lemak jenuh dapat memicu peradangan dan mengganggu kesehatan keseluruhan.
- Produk susu tinggi lemak: Beberapa produk susu dapat meningkatkan produksi lendir dan mengganggu keseimbangan bakteri di tubuh.
- Minuman berkafein dan beralkohol: Dapat mengganggu keseimbangan hormon dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Baca Juga: Kata Dokter soal Efek Samping Susu Formula Soya pada Bayi
Komplikasi Keputihan saat Hamil
Jika keputihan yang dialami tidak normal, maka bisa berdampak pada kesehatan lainnya.
Berikut komplikasi keputihan saat hamil.
1. Infeksi Saluran Kemih
Bisa terjadi akibat keputihan abnormal yang disebabkan oleh bakteri, meningkatkan risiko infeksi ginjal dan komplikasi kehamilan lainnya.
2. Ketuban Pecah Dini
Keputihan berair yang diabaikan dapat menjadi tanda kebocoran cairan ketuban, yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah komplikasi serius pada kehamilan.
3. Infeksi Jamur
Dapat menyebabkan iritasi, gatal, dan ketidaknyamanan yang signifikan, serta bisa menyebar ke area lain jika tidak diobati.
4. Infeksi Bakteri
Meningkatkan risiko persalinan prematur, ketuban pecah dini, dan berat lahir rendah pada bayi.
5. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Seperti trikomoniasis, yang bisa menyebabkan komplikasi serius seperti persalinan prematur dan infeksi pada bayi saat lahir.
6. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kondisi di mana sel telur yang telah dibuahi menempel dan tumbuh di luar rahim, biasanya di tuba falopi.
Kehamilan ini tidak dapat berlanjut dengan normal dan dapat menyebabkan komplikasi serius.
Salah satu gejala awal kehamilan ektopik adalah keputihan bercampur darah atau perdarahan ringan yang disertai dengan nyeri perut yang tajam atau kram, terutama di satu sisi.
Jika kehamilan ektopik tidak terdeteksi dan ditangani segera, tuba falopi bisa pecah, menyebabkan perdarahan internal yang mengancam nyawa.
7. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah kondisi di mana plasenta menutupi sebagian atau seluruh leher rahim, menyebabkan perdarahan selama kehamilan, terutama pada trimester ketiga.
Keputihan berdarah bisa menjadi tanda komplikasi ini, yang memerlukan perhatian medis segera untuk mencegah risiko kelahiran prematur dan komplikasi lainnya.
Baca Juga: Preeklamsia pada Ibu Hamil: Ciri, Penyebab, dan Penanganan
Meski keputihan pada ibu hamil adalah kondisi yang umum dan biasanya merupakan bagian dari perubahan normal selama kehamilan, namun, Moms perlu tetap waspada.
Kenali tanda-tanda keputihan yang tidak normal, seperti perubahan warna, bau, atau tekstur, serta gejala lain seperti nyeri atau gatal.
Mengenali perbedaan antara keputihan normal dan yang memerlukan perhatian medis dapat membantu menjaga kesehatan Moms dan janin.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika ada kekhawatiran, karena penanganan dini adalah kunci untuk mencegah komplikasi lebih lanjut selama kehamilan.
- https://news.sanfordhealth.org/womens/is-spotting-during-pregnancy-normal/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3703429/
- https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/pregnancy-health-wellness/vaginal-discharge-during-pregnancy/
- https://www.nhs.uk/conditions/vaginal-discharge/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3703429/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.