4 Cara Mengatasi Bayi Kekurangan Zat Besi, Yuk Coba!
Zat besi adalah salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh, terutama bagi bayi. Kekurangan zat besi akan menyebabkan seseorang mengalami anemia.
Dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A, dalam situs Ikatan Dokter Anak Indonesia, menulis bahwa kekurangan zat besi dapat berdampak negatif untuk kecerdasan, perilaku, dan kemampuan motorik anak.
Selain itu, anemia defisiensi zat besi pada anak di bawah usia 2 tahun menyebabkan anak lebih lama dalam merespon, lebih mudah rewel, dan sulit mengendalikan diri.
Baca Juga: Jangan Disepelekan! Ini 7 Manfaat Zat Besi untuk Kesehatan Tubuh
Jurnal Paediatrics Child Health menyebutkan seperti apa gejala dan tanda-tanda ketika bayi kekurangan zat besi. Berikut ini tanda-tandanya:
- Pertambahan berat badan lambat
- Kulit pucat
- Tidak nafsu makan
- Lekas marah atau rewel
- Mungkin kurang aktif secara fisik dan dapat berkembang lebih lambat
Pada anak-anak, kekurangan zat besi dapat memengaruhi kinerja di sekolah, karena adanya masalah konsentrasi, rentang perhatian lebih pendek, dan kinerja akademis yang buruk, serta merasa lelah dan lemah.
Baca Juga: Bayi Cukup Zat Besi atau Belum ya? Yuk Pastikan dengan Cara Ini!
Cara Mengatasi Bayi Kekurangan Zat Besi
Lalu bagaimana cara memastikan kebutuhan zat besi bayi dan anak tetap tercukupi setiap harinya? Berikut ini cara mengatasi bayi kekurangan zat besi yang bisa Moms lakukan.
1. Makan Makanan Tinggi Zat Besi Minimal 2 Kali Sehari
Foto: Orami Photo Stock
Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi adalah cara paling baik dalam mengatasi bayi kekurangan zat besi. Sumber zat besi paling tinggi adalah daging merah.
Sayuran hijau juga mengandung zat besi tinggi, tetapi hanya diserap sekitar 3-8 persen dibandingkan dengan sumber hewani yang diserap sebesar 23 persen. Berikut ini makanan dengan sumber zat besi tinggi lainnya:
- Daging (sapi, domba, sapi muda, hati, ayam, kalkun)
- Ikan (hindari pemberian lobster, udang atau kerang untuk bayi di bawah 1 tahun)
- Telur (jangan berikan putih telur untuk bayi di bawah 1 tahun)
- Biji-bijian dan sereal
- Roti gandum, pasta, dan nasi
- Kacang polong
- Sayuran hijau (bayam, brokoli, kubis Brussel, kacang panjang)
2. Makan Makanan Tinggi Vitamin C
Foto: cafemomstatic.com
Vitamin C dapat membantu dengan meningkatkan penyerapan zat besi sebanyak 2 kali lipat, sehingga zat besi dapat diserap oleh saluran cerna yang kemudian dapat dialirkan ke tubuh.
Konsumsi makanan dengan zat besi tinggi bersamaan makanan yang punya sumber vitamin C, seperti jeruk, jeruk limau, stroberi, brokoli, atau paprika untuk mencegah kekurangan zat besi.
Baca Juga: Berapa Banyak Vitamin C yang Dibutuhkan Tubuh Dalam Sehari?
3. Hindari Minum Susu atau Teh saat Makan Utama
Foto: Orami Photo Stock
Meskipun Si Kecil juga butuh asupan kalsium sebagai nutrisi tumbuh kembangnya, tetapi tidak disarankan jika Moms ingin mengatasi bayi kekurangan zat besi.
Kandungan kalsium tinggi pada susu dapat menghambat penyerapan zat besi, dengan membuatnya berkompetisi terhadap penyerapan kalsium. Sementara, teh mengandung zat yang menghambat penyerapan zat besi.
Sebaiknya, Moms bisa memberikan susu dan teh di luar waktu makan utama Si Kecil.
4. MPASI Fortifikasi Bisa Jadi Pilihan Alternatif
Foto: Orami Photo Stock
Berlawanan dengan mitos terkait MPASI fortifikasi yang tidak lebih baik dalam memberikan kebutuhan nutrisi Si Kecil, MPASI fortifikasi dapat menjadi pilihan alternatif untuk memerangi kekurangan zat besi pada bayi lho, Moms!
Sebagai perumpamaan, bayi perlu makan hati ayam sebanyak 85 gram sehari (setara 3 potong ukuran sedang), atau daging sapi sebesar 385 gram (hampir 1,5 kali porsi steak orang dewasa) untuk memenuhi kebutuhan zat besi 11 mg per hari.
Tentunya jumlah ini sangat banyak untuk bayi berusia 6-12 bulan, sehingga MPASI fortifikasi yang telah diperkaya zat besi dapat menjadi alternatif asupan yang mengandung tinggi zat besi.
Itu dia, beberapa cara untuk mengatasi kekurangan zat besi pada bayi yang bisa dilakukan. Jika Si Kecil menunjukkan tanda-tanda kurang zat besi, segera lakukan penanganan ya Moms. Jangan ditunda!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.