Bayi Makan Telur Setengah Matang, Amankah? Ini Jawabannya!
Telur termasuk sumber protein yang kaya manfaat bagi kesehatan. Namun, bolehkah bayi makan telur setengah matang?
Karena kandungan nutrisinya, telur direkomendasikan sebagai salah satu makanan pertama yang sangat baik untuk bayi.
Meskipun telur termasuk sebagai 8 makanan penyebab alergi paling umum pada bayi dan anak-anak.
Lalu bagaimana cara terbaik untuk menyajikannya? Bolehkah memberikan telur setengah matang untuk bayi? Simak selengkapnya, Moms.
Baca Juga: Jumlah Kalori Telur Rebus dan Manfaatnya untuk Kesehatan
Bolehkah Bayi Makan Telur Setengah Matang?
Mengutip laman Baby Center, Dr. Pankaj Vohra, Ahli gastroenterologi pediatrik di Baby Center India, mengungkapkan bahwa bayi makan telur setengah matang tidak diperbolehkan.
Pasalnya, telur mentah dan setengah matang terkadang mengandung bakteri salmonella dan dapat menyebabkan keracunan makanan jika dikonsumsi oleh bayi dan balita.
Menurut International Journal of Environmental Research and Public Health, bakteri salmonella dalam telur dapat menyebabkan infeksi yang menimbulkan berbagai gejala tidak nyaman di saluran pencernaan.
Gejala keracunan makanan akibat bakteri salmonella, yakni:
- Kram perut
- Diare
- Muntah
- Demam
Gejala ini biasanya muncul 6 jam hingga 6 hari setelah tertular infeksi dan dapat berlangsung 4 hingga 7 hari setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri tersebut.
Salmonella Enteritidis bisa mencemari bagian putih telur atau kuning telur dan akan hilang ketika telur telah benar-benar matang.
Proses merebus yang hanya setengah matang tidak cukup untuk membunuh bakteri Salmonella Enteritidis. Oleh sebab itu, pastikan telur benar-benar keras dan matang sempurna sebelum dikonsumsi.
Kebanyakan orang dewasa yang terinfeksi salmonella sembuh tanpa perawatan.
Tetapi, bayi, lansia, dan mereka yang sistem kekebalan tubuhnya lemah berisiko mengalami penyakit serius akibat infeksi dari bakteri ini.
Telur yang kurang matang dan sejumlah makanan yang mengandung telur setengah matang juga dapat menjadi sumber bakteri salmonella.
Jadi, Moms tidak boleh memberikan bayi makan telur setengah matang.
Baca Juga: Bolehkah Anak Makan Telur Setiap Hari? Simak Jawaban Dokter Spesialis Anak Berikut Ini!
Telur Setengah Matang Tidak Memiliki Nutrisi yang Utuh
Selain bisa menyebabkan Si Kecil terinfeksi bakteri salmonella, telur yang dimasak setengah matang juga tidak memiliki kandungan nutrisi yang utuh.
Hal ini karena bayi makan telur setengah matang bisa menurunkan penyerapan protein.
Jadi, untuk mendapatkan nutrisi telur terbaik, Moms harus memasaknya hingga benar-benar matang sebelum memberikannya pada anak.
Tak hanya itu, bagian putih telur yang belum masak sempurna juga dapat menghambat penyerapan biotin.
Biotin adalah vitamin B yang larut dalam air atau yang juga dikenal sebagai vitamin B7. Vitamin ini terlibat dalam produksi glukosa dan asam lemak yang bermanfaat bagi tubuh.
Penyerapan biotin yang kurang baik terjadi karena putih telur mentah mengandung protein avidin. Avidin mengikat biotin di usus kecil dan mencegah tubuh dalam menyerapnya.
Oleh karenanya, tidak dianjurkan bayi makan telur setengah matang.
Baca Juga: 3 Resep Tamagoyaki, Omelet Gulung Khas Jepang yang Fluffy
Bagaimana Cara Aman Memberikan Telur untuk Bayi?
Moms bisa mulai memberikan Si Kecil kuning telur ketika usianya 8 bulan. Sementara itu, putih telur hanya diperbolehkan ketika anak sudah memasuki usia 12 bulan.
Namun, beberapa orang tua memutuskan untuk memberikan telur sejak usia 6 bulan.
Hal ini karena anggapan bahwa semakin dini memperkenalkan anak pada telur, risiko untuk mengalami alergi makanan semakin kecil.
Akan tetapi, anggapan tersebut belum tentu benar sepenuhnya. Jadi, alangkah lebih baik bagi Moms untuk melakukan konsultasi dahulu dengan dokter anak tentang kapan waktu yang tepat dalam memberi makan telur kepada bayi.
Lantas, bagaimana ya, cara yang aman dalam memberikan telur pada Si Kecil?
Sebagaimana dikutip dari Healthline, cara yang aman dalam menyajikan telur untuk bayi adalah dengan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum dan sesudah bersentuhan dengan telur mentah.
Selain itu, bagian putih dan kuning telur juga harus dimasak sampai benar-benar matang.
Simpan telur dalam kulkas segera setelah dibeli dan gunakan dalam waktu maksimal 3 minggu setelah pembelian.
Setiap hidangan yang mengandung telur juga harus dimasak dengan suhu 160 derajat Fahrenheit atau dibuat menggunakan telur yang dipasteurisasi.
Pasteurisasi merupakan salah satu cara yang sering dilakukan untuk mencegah kemungkinan kontaminasi salmonella.
Proses ini menggunakan perlakuan pemanasan untuk mengurangi jumlah bakteri dan mikroorganisme lain dalam makanan.
Baca Juga: 5 Resep Gyeran Jjim, Telur Kukus ala Korea yang Bisa Jadi Sarapan Sehat Anak
Pemberian Telur dan Reaksi Alergi pada Bayi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dokter anak merekomendasikan agar orang tua menunggu memberikan putih telur pada bayi sampai setelah mereka berusia 12 bulan.
Hal tersebut dikarenakan sekitar 2% bayi di bawah 1 tahun cenderung memiliki alergi terhadap telur.
Kuning telur tidak mengandung protein yang terkait dengan reaksi alergi. Namun, putih telur mengandung protein yang berpotensi menghasilkan reaksi alergi, mulai dari ringan hingga parah.
Jika bayi alergi terhadap protein ini, mereka mungkin menunjukkan berbagai gejala khas. Reaksi alergi dapat mempengaruhi kulit, atau sistem pencernaan, pernapasan, atau kardiovaskular. Gejalanya dapat meliputi:
- Gatal-gatal, bengkak, eksim
- Diare, mual, muntah, atau nyeri
- Gatal di sekitar mulut
- Mengi, pilek, atau kesulitan bernapas
- Detak jantung yang cepat, tekanan darah rendah, dan masalah jantung
Tingkat keparahan gejala mungkin tergantung pada sistem kekebalan anak dan jumlah telur yang dikonsumsi. Dalam kasus yang jarang terjadi, bayi mungkin mengalami reaksi yang lebih serius yang disebut anafilaksis.
Gejala anafilaksis termasuk masalah pernapasan dan penurunan tekanan darah. Anafilaksis adalah keadaan darurat medis yang membutuhkan bantuan medis segera.
Dahulu para peneliti percaya bahwa memberikan telur untuk bayi terlalu dini dapat memicu reaksi alergi.
Tetapi, sebuah penelitian pada 2010 yang dilakukan terhadap hampir 2.600 bayi menemukan bahwa yang terjadi adalah sebaliknya.
Menurut penelitian tersebut dalam The Journal of Allergy and Clinical Immunology, bayi yang mengonsumsi telur setelah berusia 1 tahun sebenarnya lebih mungkin mengembangkan alergi telur dibandingkan dengan bayi-bayi yang diperkenalkan dengan telur pada usia 4-6 bulan.
Baca Juga: 5 Resep MPASI Telur Puyuh untuk Anak, Enak Dibuat Sup, Moms!
Telur memang bagus dimasak sebagai MPASI bayi ya, Moms.
Namun, para ahli dan dokter anak menganjurkan agar Moms tidak membiarkan bayi makan telur setengah matang karena tak aman dan dapat menyebabkan keracunan makanan akibat bakteri salmonella.
Apakah Moms punya resep rahasia dalam menyajikan MPASI telur?
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4377917/
- https://www.jacionline.org/article/S0091-6749(10)01173-5/fulltext
- https://parenting.firstcry.com/articles/egg-for-baby-benefits-and-recipes/
- https://www.healthline.com/health/parenting/when-can-a-baby-eat-eggs
- https://www.healthline.com/nutrition/eating-raw-eggs
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.