21 Desember 2023

5 Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif serta Dampaknya

Bisa berupa konflik sosial, bullying, hingga pertikaian
5 Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif serta Dampaknya

Foto: Freepik.com/drazenzigic

Ada banyak sekali bentuk interaksi sosial disosiatif yang ada di sekitar Moms, tetapi tak selalu disadari secara langsung.

Interaksi sosial disosiatif sering kali terjadi akibat perbedaan nilai, keyakinan, atau tujuan antara individu atau kelompok.

Hal ini dapat mengakibatkan isolasi sosial, di mana individu atau kelompok merasa terpinggirkan atau diabaikan oleh yang lain.

Contoh bentuk interaksi sosial disosiatif adalah konflik sosial, dimana dua kelompok dengan pandangan atau kepentingan yang berlawanan dapat menghindari interaksi positif dan malah memilih untuk menjaga jarak satu sama lain.

Mari pelajari lebih lanjut tentang interaksi sosial disosiatif beserta dampak negatifnya, agar kita semua dapat menghindarinya.

Baca Juga: 12+ Cara Mengajarkan Anak Toleransi untuk Kehidupan Sosial

Pengertian Interaksi Sosial Disosiatif

Interaksi Sosial Disosiatif
Foto: Interaksi Sosial Disosiatif (Unsplash/Afif Ramdhasuma)

Menurut Journal of Strategic and Global Studies, interaksi sosial disosiatif adalah interaksi yang bersifat berlawanan.

Dalam konteks ini, individu atau kelompok yang terlibat dalam interaksi cenderung berlawanan atau bertentangan satu sama lain.

Hal ini bisa terjadi karena perbedaan pandangan, kepentingan, atau nilai-nilai yang berlawanan antara pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial tersebut.

Interaksi sosial disosiatif sering kali menciptakan ketegangan atau konflik antara individu atau kelompok, dan dapat menghasilkan dampak negatif dalam hubungan sosial.

Baca Juga: Mobilitas Sosial: Pengertian, Jenis, Faktor, dan Dampaknya

Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif

Pasangan Bertengkar
Foto: Pasangan Bertengkar (Freepik/stefamerpik)

Berikut ini beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif beserta penjelasannya yang mungkin Moms temui di lingkungan sekitar:

1. Konflik Sosial

Konflik sosial adalah bentuk interaksi sosial disosiatif yang terjadi ketika ada ketidaksepakatan, perselisihan, atau ketegangan.

Hal ini dapat terjadi antara individu, kelompok, atau komunitas dalam masyarakat.

Konflik sosial dapat muncul akibat perbedaan pendapat, nilai, kepentingan, atau tujuan yang bertentangan antara pihak-pihak yang terlibat.

Konflik sering disertai dengan tingkat ketegangan emosional yang tinggi.

Individu yang terlibat mungkin merasa marah, frustasi, atau cemas selama konflik tersebut.

2. Protes Sosial

Protes sosial adalah bentuk interaksi sosial disosiatif yang muncul ketika kelompok atau komunitas mendemonstrasikan ketidakpuasan mereka terhadap tindakan atau kebijakan pemerintah atau entitas lain.

Ini bisa berupa protes jalanan, boikot, atau tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan.

Meskipun protes sosial adalah cara penting untuk menyuarakan perubahan sosial, mereka seringkali melibatkan ketegangan dan konflik dengan pihak yang berwenang.

Baca Juga: Pengertian Diferensiasi Sosial, Faktor, hingga Jenisnya

3. Kontravensi

Kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial disosiatif yang melibatkan ketegangan atau ketidaksetujuan antara individu, kelompok, atau entitas yang berbeda.

Kontravensi bisa muncul dalam berbagai konteks, termasuk politik, sosial, budaya, atau moral.

Dalam kontravensi, pihak-pihak yang terlibat mungkin memiliki pandangan atau tujuan yang saling bertentangan.

Hal ini bisa berkaitan dengan perbedaan nilai-nilai, keyakinan, atau kepentingan.

Kontravensi juga dapat menghasilkan berbagai tindakan, seperti debat, protes, perdebatan, atau bahkan konflik fisik, tergantung pada seberapa tinggi tingkat ketegangannya.

Salah satu ciri dari kontravensi adalah adanya upaya untuk menyuarakan atau mempertahankan sudut pandang atau kepentingan masing-masing pihak.

Ini sering melibatkan perdebatan atau diskusi yang intens.

4. Bullying

Bentuk interaksi sosial disosiatif lainnya yaitu bullying.

Bullying terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali melakukan tindakan agresif, merendahkan, atau mengintimidasi terhadap individu lain yang lebih lemah, rentan secara fisik, emosional, atau sosial.

Bullying sering kali melibatkan perbedaan kekuatan atau kontrol, di mana pelaku bullying menggunakan kekuatan atau kekuasaan mereka untuk mendominasi atau menyakiti korban.

Hal ini bisa terjadi dalam berbagai konteks, termasuk di sekolah, tempat kerja, lingkungan sosial, atau bahkan di dunia maya (cyberbullying).

Baca Juga: Tahap Perkembangan Sosial Anak Usia 1–5 Tahun, Simak Moms!

5. Pertikaian

Pertikaian adalah salah satu bentuk interaksi sosial disosiatif.

Pertikaian terjadi ketika terdapat konflik, ketegangan, atau ketidaksetujuan yang kuat antara individu, kelompok, atau entitas sosial yang berbeda.

Ini mencakup situasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling berselisih, berdebat, atau bahkan bertengkar.


Dampak Interaksi Sosial Disosiatif

Pertengkaran
Foto: Pertengkaran (Pexels/Antoni Shkraba)

Berbagai bentuk interaksi sosial disosiatif yang terjadi tentu memiliki dampak yang dapat memengaruhi individu, kelompok, dan masyarakat secara negatif.

Berikut ini beberapa dampak interaksi sosial disosiatif yang sebaiknya dihindari:

1. Konflik dan Ketidakharmonisan

Interaksi sosial disosiatif sering kali menghasilkan konflik, perselisihan, dan ketidakharmonisan antara individu atau kelompok.

Hal ini dapat mengganggu hubungan interpersonal dan menciptakan suasana yang tidak kondusif untuk kerjasama dan kolaborasi.

2. Pembentukan Kelompok Terpisah

Interaksi sosial disosiatif dapat menyebabkan pembentukan kelompok-kelompok yang terpisah.

Individu akan cenderung berkumpul dengan orang-orang yang memiliki pandangan atau kepentingan serupa, dan ini dapat memperkuat pemisahan sosial.

Baca Juga: 10 Etika Bermedia Sosial, Pastikan Berpikir Sebelum Posting!

3. Pecahnya Solidaritas Sosial

Interaksi sosial disosiatif dapat merusak solidaritas sosial dan rasa kebersamaan dalam masyarakat.

Hal ini dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.

4. Potensi Kekerasan dan Perpecahan

Dalam kasus yang ekstrem, interaksi sosial disosiatif dapat mengarah pada kekerasan fisik atau perpecahan sosial yang lebih besar.

Konflik yang tidak teratasi dengan baik dapat melibatkan tindakan kekerasan.

5. Terhambatnya Pertumbuhan Ekonomi

Konflik sosial atau ketidakharmonisan dapat membuat individu, perusahaan, atau pemerintah enggan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek pembangunan sosial dan ekonomi.

Hal ini dapat menghambat pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan sektor-sektor ekonomi lainnya.

Baca Juga: 10 Contoh Sikap Menghargai Keberagaman dalam Masyarakat

6. Pengaruh Negatif pada Anak-anak

Konflik dalam keluarga atau komunitas dapat memiliki dampak yang merugikan pada anak-anak.

Mereka dapat mengalami tekanan secara psikologis. Bahkan bisa saja menghambat perkembangan sosial dan emosionalnya.

7. Penggunaan Kekuatan dan Kekerasan

Dalam beberapa kasus, interaksi sosial disosiatif dapat berujung pada penggunaan kekuatan atau kekerasan, yang dapat mengakibatkan cedera fisik atau bahkan kematian.

Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Pengangguran agar Masyarakat Sejahtera

Itu dia penjelasan lengkap seputar bentuk interaksi sosial disosiatif dan dampak negatifnya. Semoga kita semua dapat terhindar dari hal-hal merugikan tersebut, ya.

  • https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1007&context=jsgs#:~:text=3.,individuals%20and%20groups%20of%20people.
  • https://www.sociologylens.in/2021/10/social-processes.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.