Urutan Bulan Hijriah Lengkap dengan Artinya, Catat!
Berbeda dengan penanggalan biasa, Islam memiliki nama bulan tersendiri yang disebut bulan hijriah. Tahunnya pun berbeda karena menggunakan sistem penanggalan berdasarkan perputaran bulan.
Tahun dan bulan hijriah ini biasanya digunakan untuk penentuan penanggalan Islam yang berkaitan dengan penentuan awal bulan, hingga penentuan hari-hari besar Islam.
Misalnya dikutip Jurnal Al-Ahwal IAIN Jember yang menemukan bahwa penentuan awal bulan hijriah di Indonesia sering berbeda, terutama pada bulan-bulan penting seperti Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijah.
Ini bisa terjadi karena adanya berbagai macam kriteria penentuan awal bulan hijriah, salah satunya adalah kriteria ijtima’ yang berkaitan dengan posisi matahari, bulan, dan bumi.
Baca Juga: 10 Hikmah Ibadah Haji yang Menenangkan Hati, Masya Allah!
Sejarah Kalender dan Bulan Hijriah
Foto: Moroccoworldnews.com
Bulan dan matahari adalah makhluk Allah SWT yang dijadikan patokan untuk penentuan penanggalan oleh manusia. Dalam Alquran Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
(Huwallażī ja'alasy-syamsa ḍiyā`aw wal-qamara nụraw wa qaddarahụ manāzila lita'lamụ 'adadas-sinīna wal-ḥisāb, mā khalaqallāhu żālika illā bil-ḥaqq, yufaṣṣilul-āyāti liqaumiy ya'lamụn)
Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui,” (QS Yunus: 5).
Dilansir dari laman Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), pertama kali penanggalan Hijriah ditetapkan yakni pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, 17 tahun setelah hijrahnya Rasulullah SAW.
Sejak peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW sampai saat ini, kalender Hijriah sudah memasuki tahun ke 1443.
Thomas Djamaluddin, dalam bukunya berjudul 'Bertanya Kepada Alam', juga menjelaskan untuk penanggalan tahun Hijriah, penentuan kalendernya berdasarkan bulan atau qamariah.
"Satu bulan adalah jangka waktu sejak penampakan bulan purnama hingga bulan purnama berikutnya, atau lebih tepatnya sejak kemunculan bulan sabit pertama hingga bulan sabit pertama berikutnya. Bulan sabit yang pertama kali terlihat disebut juga bulan baru atau tanggal 1," kata Thomas.
Menurutnya, dalam kalender qamariyah, jumlah hari 29 atau 30 tetap berlaku. Jadi, dalam satu tahun tetap terdiri dari 12 bulan.
Sedangkan dalam kalender Syamsiah atau Masehi, jumlah hari kadang-kadang 28, 29, 30, atau 31 hari. Karena rata-rata bulan qamariah terdiri dari 29,3 hari, satu tahun hanya terdiri dari 354,36 hari.
Ini berarti, satu tahun qamariah lebih pendek dari 11 hari daripada tahun Syamsiah (matahari) atau tahun Masehi.
Perbedaan tersebut muncul karena penentuan bulan di kalender syamsiah tidak mengikuti peredaran bulan. Kalender syamsiah hanya menghitung jumlah hari dalam setahun, kemudian membaginya menjadi 12 bulan.
Baca Juga: 5+ Hadits Senyum dan Hikmahnya, Masya Allah!
Meski begitu, kalender hijriah sebenarnya baru resmi digunakan oleh umat Islam pada masa setelah Rasulullah SAW wafat.
Dalam penelitian di Academia dijelaskan bahwa kalender hijriah baru resmi ditetapkan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.
Awalnya Umar bin Khattab menerima surat dari sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Abu Musa Al-Asy’ari tanpa disertai waktu pengirimannya.
Umar kemudian menyadari ada kesulitan pada saat melakukan pengarsipan dan seleksi urutan surat. Oleh karena itu, Umar meminta untuk bermusyawarah yang melibatkan para ahli dan para sahabat untuk menyusun penanggalan yang khusus berlaku dalam Islam.
Dalam musyawarah itu, ada yang mengusulkan kepada Umar untuk menjadikan peristiwa bi’tsah Nabi Muhammad SAW sebagai awal penanggalan.
Ada juga yang mengusulkan agar kalender Islam mengacu pada waktu kelahiran atau pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah.
Namun, Ali bin Abi Thalib tidak menyetujui usul tersebut. Ali kemudian mengusulkan awal kalender dalam Islam dimulai dari tahun terjadinya hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.
Dan usulan tersebut ternyata diterima oleh peserta musyawarah, kemudian Umar lalu menetapkan penggunaan kalender resmi milik umat Islam pada tanggal 8 Rabi’ul Awal tahun 17 H.
Nama kalender milik umat Islam ini adalah Hijriah karena menjadikan peristiwa hijrah Nabi SAW sebagai permulaan penanggalan.
Baca Juga: Arti Kalimat Wallahualam yang Disunnahkan oleh Rasul, Masya Allah!
Nama Bulan Hijriah dan Artinya
Foto: Pinterest
Meski sama-sama berjumlah 12, namun bulan hijriah memiliki nama dan arti tersendiri. Nama-nama tersebut berdasarkan nama-nama musim dan sesuai dengan padanannya dalam kalender Masehi kecuali bulan Muharram dan Dzulhijjah.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini adalah urutan 12 nama bulan hijriah dalam Islam beserta artinya.
1. Muharram [محرم]
Ini termasuk bulan yang dihormati. Muharram memiliki arti terlarang. Saat diberi nama ini, orang-orang tidak diperbolehkan berperang di bulan ini dan tiga bulan lainnya.
Tidak boleh ada pertumpahan darah pada bulan ini. Salah satunya karena sudah menjadi hukum adat yang tak tertulis yang sudah berlaku sejak lama.
2. Shafar [صفر]
Memiliki arti kuning, bulan ini adalah saat di mana tumbuhan mulai menguning. Namun ada pula pendapat bahwa Shafar memiliki satu suku kata dengan kata ‘Shifr’ yang berarti kosong.
Bulan ini dinamakan shofar atau shifr, karena pada bulan ini bangsa Arab mengosongkan rumah-rumah mereka dan beralih ke medan perang.
3. Rabiul Awal [ربیع الأول]
Artinya musim gugur pertama. Sesuai namanya, ‘Rabi’ yang berarti musim semi, bulan ini dinamakan demikian karena memang itu yang terjadi saat itu di negara Arab.
Baca Juga: 7 Hadits dan Ayat Alquran tentang Berbakti kepada Orang Tua, Masya Allah!
4. Rabiul Akhir/Rabiuts Tsani [ربیع الثانی]
Rabiul Akhir artinya musim gugur kedua. Namanya mengikuti nama bulan sebelumnya karena musim gugur yang masih berlangsung. Dan kata ‘Tsani’ artinya yang kedua.
5. Jumadil Ula (Awal) [جامد]
Jumadil Awal artinya musim dingin pertama. Dulu di masa Jahiliyah, namanya Jumada Khamsah. Jumada, asal katanya Jamid yang berarti beku atau keras.
Dikatakan seperti itu karena bulan ini adalah musim panas, yang karena saking panasnya, air bisa saja membeku atau artinya kekeringan. Ini bisa dikatakan sebagai bentuk metafora.
6. Jumadil Akhir/ Jumadits Tsani [جامد]
Artinya musim dingin kedua. Bulan ini juga biasa disebut dengan nama Jumada al-Akhirah. Namanya mengikuti bulan sebelumnya.
7. Rajab [رجب]
Artinya cair, yakni saat di mana es sudah mulai mencair. Dalam tradisi Arab, bulan Rajab adalah termasuk bulan yang haram untuk melakukan peperangan.
Dinamakan Rajab karena memang salah satu makna Rajab dalam bahasa Arab ialah sesuatu yang mulia. Maksudnya mereka memuliakan dirinya dan orang lain dengan tidak membunuhnya.
Ada juga yang mengatakan bahwa Rajab berarti melepaskan mata pisau dari tombak sebagai simbol berhentinya perang.
8. Sya'ban [شعب]
Artinya lembah, orang-orang Arab sudah mulai ke ladang untuk bercocok tanam. Ada juga yang mengatakan bahwa bulan hijriah ini berasal dari kata Syi’b yang berarti kelompok.
Dinamakan begitu karena ketika masuk bulan Sya’ban, orang-orang Arab kembali ke kelompok (suku) mereka masing.
Dan mereka berkelompok lagi untuk berperang setelah sebelumnya di bulan Rajab mereka hanya duduk di rumah masing-masing.
Baca Juga: 7 Manfaat Gerakan Sholat untuk Kesehatan, Masya Allah!
9. Ramadhan [رمض]
Artinya pembakaran, karena sudah mulai masuk musim panas. Ini berasal dari kata Ramadh [رمض] yang maknanya ialah panas yang menyengat atau membakar.
Dinamakan seperti itu karena memang matahari pada bulan ini jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain. Dan panas yang dihasilkannya lebih tinggi dibanding yang lain.
10. Syawal [شَوّال]
Artinya peningkatan suhu, panas sekali. Ada juga pendapat lain terkait penamaan bulan hijriah ini yang berkaitan dengan burung.
Bangsa Arab mengenal jenis burung an-Nauq yang biasanya hamil di bulan ini dan mengangkat sayap serta ekornya, sehingga terlihat kurus badannya.
Mengangkat sayap atau ekor disebut dengan Syaala [شال] yang merupakan asal kata dari nama bulan Syawal.
11. Dzulqa'dah [ذو القعدة]
Artinya saat orang duduk-duduk tidak keluar rumah karena bersal dari kata dari Qa’ada [قعد] yang berarti duduk atau istirahat tidak beraktivitas.
Dinamakan demikian karena pada bulan ini orang-orang Arab sedang duduk dan istirahat dari berperang guna menyambut bulan haji, yaitu Dzul-hijjah. Bulan tersebut juga diharamkan untuk berperang.
12. Dzulhijjah [ذو الحجة]
Artinya bulan untuk berhaji. Sudah bisa dipahami dari katanya bahwa bulan ini adalah bulannya orang berhaji ke Mekkah.
Dan hal ini menjadi tradisi bahkan sebelum Islam datang, bahwa bangsa Arab sudah punya kebiasaan pergi haji dan melakukan thawaf di Ka’bah.
Dengan mengetahui nama bulan hijriah serta sejarahnya akan menjadi informasi baru dan bisa mencoba untuk menggunakan penanggalan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
- http://ejournal.iain-jember.ac.id/index.php/alahwal/article/view/418
- https://caritahu.kontan.co.id/news/urutan-12-nama-bulan-islam-dan-artinya-dalam-kalender-hijriah
- https://www.lapan.go.id/post/7571/sejarah-kalender-tanggal-hijriah-plus-nama-bulan-siswa-wajib-tahu
- https://www.madaninews.id/15165/sejarah-dan-arti-penamaan-bulan-di-kalender-hijriyah.html
- https://www.academia.edu/17237157/Meninjau_Ulang_Muharram_Sebagai_Tahun_Baru_Islam
- https://oif.umsu.ac.id/2020/04/kalender-hijriah/
- https://worldquran.com/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.