Cacar Air pada Bayi, dari Gejala, Penyebab, dan Vaksinasi
Cacar air pada bayi bisa menyebabkan kulit melepuh, memerah, dan gatal yang muncul di seluruh tubuh. Oleh karena itu, Moms harus berhati-hati.
Cacar pada bayi sering disebabkan oleh virus. Karena itu, Moms perlu tahu apa penyebab, gejala, dan cara mengatasi cacar pada bayi lebih lanjut.
Mary Anne Jackson, M.D., direktur penyakit menular di Children's Mercy Hospitals and Clinics, Kansas City, dan anggota komite AAP, menyatakan bahwa cacar pada bayi jarang terjadi.
“Jika ibu bayi menderita cacar air dan pernah vaksin, maka Si Kecil akan dilindungi oleh antibodi ibu, yang bertahan selama beberapa bulan," katanya.
Terlepas itu, cacar air ini sering dianggap biasa dan dianggap sebagai penyakit yang umum terjadi pada anak-anak.
Namun, apakah benar begitu Moms?
Baca Juga: 7 Pantangan Cacar Air yang Harus dipatuhi agar Cepat Sembuh
Gejala Cacar Air pada Bayi
"Cacar air pada bayi memiliki indikasi lebih serius dibandingkan anak-anak," ujar dr. Kardiana Purnama Dewi, Sp.KK, Dokter Spesialis Kulit & Kelamin RS Pondok Indah, Puri Indah.
"Ada risiko menyebabkan kematian jika tak ditangani dengan cepat," lanjutnya.
Berbeda dengan cacar pada anak yang dapat sembuh dengan sendirinya.
Moms mungkin belum mengetahui seperti apa gejala dari penyakit cacar pada bayi.
Mengutip Superdrug Health Clinic, ada beberapa jenis gejala cacar air pada bayi yang biasa dialami.
1. Cacar Air Tampak Muncul Secara Acak
Cacar pada bayi disebabkan oleh virus varicella-zoster, yang memiliki waktu inkubasi 10 hingga 21 hari.
Ini berarti Si Kecil mungkin baru mulai menunjukkan gejala cacar air 10 hingga 21 hari setelah terkena virus, itulah sebabnya cacar air mungkin akan agak mengejutkan Moms.
2. Gejala Awal Cacar Air Mirip Flu
Mungkin sulit untuk mengatakan bahwa cacar air pada bayi terjadi sebelum ruam muncul.
Karena gejala pertama cacar air yang mungkin dialami bayi sangat mirip dengan flu biasa.
Gejala-gejala awal ini dapat berlangsung selama 1 hingga 2 hari sebelum ruam merah muncul pada cacar pada bayi.
Dalam beberapa kasus, Si Kecil tidak akan mengalami gejala awal ini dan mungkin hanya mengalami ruam.
Ruam dan gatal adalah gejala yang paling umum terlihat dari cacar pada bayi.
Tubuh akan terinfeksi virus selama sekitar tujuh hingga 21 hari sebelum ruam dan gejala lainnya timbul.
Bahkan, Si Kecil bisa menularkan virus tersebut kepada teman-temannya hingga 48 jam sebelum ruam kulit mulai terjadi.
Gejala non-ruam dapat berlangsung beberapa hari seperti demam, sakit kepala dan kehilangan selera makan.
Baca Juga: Sariawan pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan 14 Tips Mengatasinya!
3. Proses Gejala Timbul
Ada beberapa fase gejala cacar air pada bayi sebelum dinyatakan pulih.
Pertama, kulit Si Kecil akan terlihat memiliki benjolan merah atau merah muda di seluruh tubuh.
Kemudian benjolan tersebut terisi cairan yang mudah pecah.
Setelah itu, pecahan benjolan tersebut akan menjadi berkerak, berkeropeng, dan mulai sembuh.
Benjolan baru akan terus muncul sepanjang infeksi. Ruam ini mungkin sangat gatal, terutama sebelum keropeng.
Jaga agar Si Kecil tetap di rumah dan tidak menyebarkan virus lebih banyak, ya.
Butuh tujuh hingga 14 hari untuk menghilang bekas cacar air pada bayi hilang sepenuhnya.
Penyebab Cacar Air pada Bayi
Sebenarnya, penyebab dari cacar air pada bayi bisa bervariasi. Berikut beberapa hal yang umum terjadi, meliputi:
1. Infeksi Virus
Virus varicella-zoster (VZV) adalah penyebab infeksi cacar air pada bayi. Sebagian besar kasus terjadi melalui kontak dengan orang yang terinfeksi.
Virus ini dapat menyebar melalui air liur, batuk, bersin dan kontak dengan cairan dari cacar air yang pecah.
Kemudian, virus tersebut akan terus menyebar dan menguat saat sistem kekebalan tubuh Si Kecil sedang melemah.
Ada faktor risiko terhadap penyakit cacar air pada bayi, terutama karena Si Kecil belum pernah menderita cacar air atau jika belum melakukan vaksinasi cacar air.
2. Melalui Air Liur
Virus cacar air sangat mudah menular yakni virus varicella-zoster.
Virus yang menyebabkan cacar air ini mudah menyebar melalui kontak dekat.
Virus hidup dalam tetesan air yang dikeluarkan saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin, dan juga terdapat dalam air liur dan lendir.
Bayi juga dapat tertular cacar air dengan bersentuhan dengan cairan dari lepuh cacar air.
3. Kehamilan
Cacar pada bayi dapat ditularkan dalam kehamilan.
Jika seorang wanita hamil terkena cacar air setelah 36 minggu kehamilan, dalam kasus yang jarang terjadi, bayi yang baru lahir dapat terinfeksi dan dilahirkan dengan cacar air.
Mengutip jurnal Pediatrics & Child Health, cacar air menyebar dengan mudah, dan paling menular pada hari sebelum ruam muncul.
4. Cairan Cacar
Cacar air dapat menyebar dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan virus.
Si Kecil bisa terkena cacar air jika menyentuh benjolan atau cairan dari benjolan cacar air.
Satu-satunya cara untuk menghentikan penyebaran virus cacar air dari orang ke orang adalah mengasingkan orang yang terinfeksi.
Hal yang bisa dilakukan yakni dengan berpisah kamar untuk sementara waktu agar tidak tertular.
Baca Juga: Herpes Zoster, Jenis Herpes di Leher yang Mirip Cacar Air
Penularan Cacar Air pada Bayi
Mengutip dalam Centers for Disease Control and Prevention, cacar air pada bayi dapat menular mulai 1 hingga 2 hari sebelum timbulnya ruam sampai seluruh luka cacar air telah mengeras.
Adapun cara penularan yang sering terjadi yakni seperti:
1. Pernapasan
Cacar pada bayi hidup di saluran pernapasan dan mata.
Ini sangat menular pada orang yang sebelumnya belum pernah diimunisasi cacar air, lho.
Moms juga bisa terkena cacar air jika menyentuh air liur orang yang terkena cacar air.
Virus akan memasuki tubuh melalui hidung atau mulut dan dapat membuat orang mengalami hal yang serupa.
2. Belum Divaksinasi
Karena itu, penderita cacar air harus menghindari kontak dengan bayi di bawah usia 1 tahun atau anak-anak yang lebih tua yang belum diimunisasi untuk melawan cacar air.
Mereka yang tinggal dalam jarak dekat sangat rentan, seperti halnya anak-anak yang tidak diimunisasi, serta ibu hamil dengan cacar air, juga dapat menularkan virus ke bayinya.
3. Melalui Udara
Selain itu, cacar pada bayi juga dapat menyebar melalui udara jika Si Kecil berada di dekat seseorang dengan cacar air yang batuk atau bersin.
Virus tersebut tinggal di dalam tubuhnya selama 10–21 hari sebelum gejala yang lebih jelas terlihat.
Orang dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti bayi baru lahir dan mereka yang hidup dengan HIV, mungkin memiliki masa inkubasi yang sedikit lebih lama.
Cara Mengobati Cacar Air pada Bayi
Kebanyakan bayi yang didiagnosis dengan cacar air akan disarankan untuk mengelola mengobati sendiri gejala yang dialami.
Ini dilakukan sambil menunggu virus dapat dilawan dengan sistem kekebalan tubuh Si Kecil.
Berikut beberapa tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengobati cacar air pada bayi:
1. Mengasingkan Diri
Untuk mencegah penyebaran virus, Moms diminta untuk menjaga anak di rumah saja.
Moms mungkin bertanya-tanya, apakah memberikan vaksin saat anak sudah terkena cacar air masih bermanfaat?
Sayangnya, vaksinasi setelah anak menunjukkan gejala cacar air tidak akan memberikan pengaruh.
Bila sudah timbul gelembung cacar air, berarti anak tersebut sudah tertular 3-7 hari yang lalu.
"Virus cacar air sudah berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh anak," ujar Dr. dr. Soedjatmiko, SpA (K), MSi, dari Ikatan Dokter Anak Indonesia.
"Oleh karena itu, vaksinasi cacar air tidak dapat menghentikan proses tersebut," lanjutnya.
2. Gunakan Obat Gatal
Dokter mungkin akan meresepkan obat antihistamin atau salep topikal.
Umumnya, Moms dapat membelinya tanpa resep untuk membantu meringankan rasa gatal pada Si Kecil.
Moms juga dapat menenangkan kulit gatal Si Kecil dengan memandikannya dengan air hangat, mengoleskan losion tanpa aroma, dan mengenakan pakaian ringan dan lembut.
3. Konsumsi Obat Antivirus
Dokter juga mungkin akan meresepkan obat antivirus jika mengalami komplikasi dari virus atau berisiko terhadap efek samping.
Obat ini tidak menyembuhkan cacar air, hanya membuat gejalanya tidak terlalu parah dengan memperlambat aktivitas virus.
Ini akan memungkinkan sistem kekebalan tubuh pulih lebih cepat.
Penting diketahui, bila bayi menggaruk pada benjolan cacar airnya, dapat berpotensi meningkatkan infeksi jika bakteri masuk ke dalam di mana kulit telah rusak.
Bahkan, ini bisa secara permanen melukai kulitnya.
Baca Juga: Pahami 13 Cara Alami Mengatasi Cacar Air pada Anak
4. Hindari Menggaruknya
Selama sakit, hindari menggaruk ruam atau gelembung air yang muncul di kulit, ya.
"Apabila digaruk, ruam atau gelembung cacar air tersebut dapat meninggalkan bekas luka di kulit," terang dr. Caessar Pronocitro, Sp. A, M.Sc, Dokter Spesialis Anak, RS Pondok Indah, Bintaro Jaya.
"Bekas luka ini tampak lebih cekung dari sekitarnya," tambahnya.
5. Jaga Kukunya Tetap Bersih dan Pendek
Pastikan kuku Si Kecil dipotong dan bersih sebagai langkah pertama yang harus diambil untuk mencegah goresan dan cara mengobati cacar air pada bayi.
Kuku yang lebih panjang lebih mungkin untuk dapat merusak kulit, membuka kemungkinan infeksi.
Risiko infeksi bahkan lebih tinggi jika kuku-kuku itu kotor, karena akan ada kotoran dan bakteri langsung ke kulit yang rusak.
6. Tutupi Tangan dengan Sarung Tangan
Kadang-kadang mungkin Moms perlu memakaikan sarung tangan di tangan bayi jika memotong kukunya terbukti sulit.
Ini sebagai cara mengobati cacar pada bayi yang bisa dilakukan seterusnya.
Cukup sulit bagi bayi untuk tetap menjaga tangannya diam ketika merasa gatal-gatal di tubuhnya.
Bahkan, Si Kecil masih menggaruk di tempat yang sama setelah kukunya dipotong.
Jika Moms tidak memiliki sarung tangan, sepasang kaus kaki bersih juga bisa digunakan sebagai alternatif.
7. Gunakan Kalamin untuk Kurangi Rasa Gatal
Menurut Kids Health, cara selanjutnya agar cacar air cepat kering adalah gunakan losion kalamin.
Losion kalamin dapat membantu mengurangi rasa gatal karena luka cacar air yang dialami Si Kecil.
Dokter anak, Karen Gill, MD mengungkapkan losion ini mengandung senyawa yang dapat menenangkan kulit termasuk zinc oxide.
Bila rutin digunakan, maka cacar air pada bayi akan cepat kering karena terhindar dari garukan tangan.
Sebagian besar apotek akan menjual losion kalamin, yang dapat langsung dioleskan ke bagian yang gatal. Ini juga dapat membantu mengeringkan bintik-bintik sehingga cepat kering.
Caranya, gunakan jari bersih atau kapas, kemudian oleskan losion ke area kulit yang gatal.
Hindari pemakaian losion bila cacar air pada bayi berada di sekitar mata.
8. Jaga Bayi Tetap Terhidrasi
Pastikan Si Kecil mendapat cukup cairan, karena kondisi cacar pada bayi dapat menyebabkan suhu tinggi pada bayi.
Ini secara tak sadar, dapat menyebabkan Si Kecil kehilangan cairan melalui keringat dan pernapasannya lebih berat.
"Moms perlu memastikan bayi minum cukup cairan, lebih baik air putih, untuk menghentikan Si Kecil dari dehidrasi," terang dr. Caessar.
Cara mengobati cacar air pada bayi ini adalah langkah yang mudah namun perlu rutin dilakukan.
9. Mandi Oatmeal
"Mandi tetap harus dilakukan apabila terjadi cacar pada bayi. Sebab jika tidak, akan beresiko menginfeksi kulitnya lebih parah," ujar dr. Caessar.
Mirip dengan kalamin, oatmeal dapat melindungi kulit dari iritasi dan mengurangi rasa gatal karena kondisi cacar air pada bayi.
Jenis oatmeal terbaik untuk digunakan adalah oatmeal koloid, yang ditumbuk halus dan larut dalam air panas.
Jika Moms tidak dapat menemukannya, Moms dapat menggiling bubur gandum biasa dalam blender atau pengolah makanan.
Memasukkan beberapa sendok soda bikarbonat ke dalam air hangat juga dapat memiliki efek menenangkan yang serupa.
Setelah mandi, tepuklah lembut bayi dengan handuk dan hindari menggosoknya sampai kering.
Karena menggosoknya dapat menyebabkan iritasi atau bahkan merusak kulit karena kondisi cacar air yang dimiliki Si Kecil.
10. Gunakan Obat Penghilang Rasa Sakit
Obat penghilang rasa sakit (parasetamol) dapat membantu meringankan beberapa gejala yang disebabkan oleh cacar air pada bayi, seperti mengurangi iritasi kulit dan demam.
Parasetamol yang bisa dipakai untuk mengobati cacar air yakni dalam bentuk cair atau tablet yang larut (tablet yang larut dalam air).
Hal ini untuk membuatnya lebih mudah dicerna pada Si Kecil.
Ingat bahwa beberapa obat yang dijual bebas (seperti aspirin) mungkin tidak cocok untuk bayi dan anak kecil.
Jadi jika Moms tidak yakin, bicarakan dengan apoteker atau dokter umum sebelum mengobati cacar pada bayi.
Baca Juga: Mengupas Fakta dan Mitos Penyakit Cacar Air yang Banyak Beredar
11. Rajin Cuci Tangan
Cara mengobati agar cacar air pada bayi cepat kering adalah dengan mencuci tangan.
Menurut dokter anak, Dr. Vandan H Kumar, penderita cacar air, cuci tangan harus dilakukan dengan sering dan benar guna membatasi penyebaran virus.
12. Pantau Suhu Tubuh Bayi
Cara selanjutnya agar luka cacar pada bayi cepat kering adalah pantau suhu tubuh bayi.
Hal ini disebabkan panas serta keringat saat demam akan membuat tubuh lebih gatal dan memperlambat proses keringnya luka cacar air.
13. Minyak Esensial
Cara selanjutnya untuk mengobati luka cacar pada bayi cepat kering adalah dengan minyak esensial.
Moms bisa menggunakan minyak cendana yang terkenal sebagai minyak esensial untuk menenangkan kulit.
Bahkan, kandungan ini juga digunakan dalam sejumlah salep atau losion.
Caranya, gunakan sedikit minyak tersebut dengan menggunakan kapas atau cotton buds, kemudian oleskan sedikit demi sedikit untuk meredakan iritasi akibat gatal cacar air.
Tetapi, ingat untuk konsultasikan ke dokter bila hendak menggunakan ini untuk mengobati cacar Si Kecil.
Pencegahan Cacar pada Bayi
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah cacar air pada bayi, yakni seperti:
1. Vaksin Cacar Air
Melansir Mayo Clinic, hal yang bisa dilakukan sebagai bentuk pencegahan terhadap cacar air pada bayi adalah dengan vaksin cacar air (varicella) sebagai cara terbaik untuk mencegah cacar air.
Vaksin cacar air akan mencegah cacar air pada 98% orang yang menerima dua dosis yang direkomendasikan.
Si Kecil harus mendapatkan vaksin ini ketika mereka berusia antara 12 dan 15 bulan, dan saat 4 atau 6 tahun.
2. Menjauhkan Diri
Cara terbaik untuk melindungi bayi dari cacar air selama tahun pertama kehidupan adalah menjauhkannya dari anak-anak dengan penyakit aktif.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics, para peneliti dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan penurunan signifikan pada kasus cacar air.
Pada anak di bawah 1 tahun, cacar air menurun hampir 90 persen antara 1995, tahun vaksin diperkenalkan di AS, dan 2008.
Karena begitu banyak populasi sekarang kebal terhadap cacar air, bayi memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit ini.
3. Meningkatkan Imunitas Tubuh
“Jika bayi dinyatakan sehat, dokter anak kemungkinan besar akan menjelaskan seperti apa bentuk virusnya. Jika sekitar dua minggu melihat kulit melepuh, segera hubungi dokter,” kata Dr. Mary.
Selama proses penyembuhan, Moms harus tetap sabar dan bantu membangun antibodi bayi agar cacar pada bayi dapat cepat dipulihkan.
Ketika vaksin tidak memberikan perlindungan penuh, itu secara signifikan mengurangi keparahan cacar air.
"Tak hanya itu, saat ini ada beberapa penyakit lain yang mirip dengan varicella seperti campak atau rubella," terang dr. Caessar.
Vaksinasi Cacar Air pada Bayi
Seperti diketahui, cacar air pada bayi dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi.
Namun tak jarang ada beberapa kasus ditemukan orang yang telah divaksinasi dapat terjangkit kembali.
Vaksin cacar air (Varivax) direkomendasikan untuk kelompok berikut ini:
1. Anak Usia Muda
Mengutip Kids Health, anak-anak yang menerima 2 dosis vaksin varicella, yakni yang pertama antara usia 12 dan 15 bulan dan yang kedua antara usia 4 dan 6 tahun.
Ini sebagai bagian dari jadwal vaksinasi anak rutin.
Vaksin cacar air ini dapat digabungkan dengan vaksin campak, gondong dan rubela.
Tetapi untuk beberapa anak antara usia 12 dan 23 bulan, kombinasi tersebut dapat meningkatkan risiko demam dan kejang dari vaksin.
Karena itu, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter anak jika hendak melakukan vaksinasi gabungan ya, Moms.
2. Anak Usia Lebih Tua yang Tidak Divaksinasi
Anak-anak usia 7 hingga 12 tahun yang belum divaksinasi harus menerima dua dosis vaksin varicella.
Adapun ini diberikan setidaknya tiga bulan terpisah sebagai cara pencegahan cacar air.
Anak-anak usia 13 atau lebih yang belum divaksinasi juga harus menerima dua dosis vaksin, diberikan setidaknya empat minggu terpisah.
Baca Juga: Tahapan Cacar Air dari Fase Perkembangan Virusnya di Tubuh
3. Orang Dewasa
Orang dewasa yang tidak divaksinasi dan belum pernah menderita cacar air, berisiko tinggi terpapar virus.
Karena itu, juga perlu mendapatkan vaksin cacar air.
Ini termasuk mereka yang berprofesi seperti:
- Petugas kesehatan
- Guru atau karyawan sekolah
- Pelancong internasional
- Personel militer
- Orang dewasa yang tinggal bersama anak-anak kecil
- Seluruh wanita usia subur
Orang dewasa yang belum pernah menderita cacar air atau divaksinasi biasanya menerima dua dosis vaksin, terpisah empat hingga delapan minggu.
Jika Moms tidak ingat apakah pernah menderita cacar air atau telah melakukan vaksin, tes darah dapat menentukan kekebalan.
Selain itu, kekebalan kawanan atau herd immunity juga dapat berperan dalam melindungi cacar air pada bayi.
Tetapi jika Moms tinggal di lingkungan di mana vaksinasi kurang umum, jauhkan bayi dari anak-anak tidak divaksin seoptimal mungkin.
Pengaruh Cacar Air pada Bayi terhadap Tumbuh Kembangnya
Cacar air pada bayi bisa memiliki beberapa efek yang berpotensi memengaruhi tumbuh kembangnya, lho Moms.
Berikut adalah beberapa efek yang mungkin terjadi:
1. Gangguan Nutrisi
Demam dan rasa tidak nyaman yang sering disertai dengan cacar air bisa mengganggu nafsu makan bayi.
Gangguan nutrisi ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi jika tidak diatasi dengan baik.
2. Gangguan Tidur
Gatal yang disebabkan oleh cacar air bisa membuat bayi sulit tidur.
Kurang tidur dapat mempengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang bayi secara keseluruhan.
3. Risiko Infeksi
Luka bekas lepuhan cacar air dapat menjadi tempat masuknya bakteri dan menyebabkan infeksi kulit.
Infeksi ini dapat memperlambat proses penyembuhan dan meninggalkan bekas luka yang dapat mengganggu tumbuh kembang bayi.
4. Dehidrasi
Cacar air pada bayi bisa menyebabkan dehidrasi karena cacar air menimbulkan demam pada Si Kecil, Moms.
Demam yang disebabkan oleh cacar air dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh yang signifikan, mengakibatkan dehidrasi.
Dehidrasi dapat memengaruhi keseimbangan elektrolit dan fungsi tubuh bayi, mempengaruhi tumbuh kembangnya secara keseluruhan.
Baca Juga: 7 Cara Mencegah Cacar Air agar Tidak Bertambah Banyak!
Itulah informasi seputar cacar air pada bayi yang bisa Moms ketahui. Semoga membantu, ya Moms!
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2722564/
- https://www.cdc.gov/chickenpox/about/transmission.html
- https://kidshealth.org/en/parents/chicken-pox.html
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chickenpox/symptoms-causes/syc-20351282
- https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/varicella/index.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.