Kenali Obat Antibiotik Cefotaxime: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping
Ada berbagai macam antibiotik yang kerap digunakan untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri. Salah satu antibiotik adalah cefotaxime.
Namun, penggunaan cefotaxime tak bisa sembarangan karena harus di bawah pemantauan dokter.
Terlebih lagi, antibiotik ini berfungsi untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu.
Apa Fungsi Cefotaxime?
Foto: hexpharmjaya.com
Cefotaxime adalah antibiotik dengan fungsi untuk mengatasi infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri.
Umumnya, fungsi cefotaxime untuk mengobati beberapa penyakit infeksi berikut:
- Infeksi pneumonia.
- Infeksi saluran pernapasan bawah (paru-paru) lainnya.
- Infeksi gonore (salah satu penyakit menular seksual).
- Meningitis (infeksi pada selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang).
- Infeksi otak dan sumsum tulang belakang lainnya.
- Infeksi saluran kemih.
- Infeksi bakteri akibat operasi.
Baca Juga: Hati-hati, Kenali Gejala Tubuh Terserang Bakteri Listeria
Sebagai bentuk pencegahan, cefotaxime kerap digunakan sebelum mulai operasi, selama, dan setelah operasi untuk mencegah pasien terinfeksi bakteri.
Cefotaxime adalah obat yang masuk ke dalam golongan antibiotik cephalosporin.
Antibiotik dalam bentuk injeksi ini berguna untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk yang sudah tergolong parah atau berisiko fatal.
Sesuai fungsinya, cefotaxime bekerja dengan cara membunuh bakteri di dalam tubuh.
Namun, injeksi antibiotik ini tidak dapat dipakai untuk mengatasi berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus.
Misalnya pilek, flu, maupun infeksi virus lainnya tidak mempan diobati dengan cefotaxime.
Aturan dan Dosis Cefotaxime
Foto: Orami Photo Stock
Dosis penggunaan cefotaxime tidak bisa sembarangan dan harus berdasarkan arahan dokter.
Cefotaxime tersedia dalam bentuk injeksi yang bisa diberikan melalui infus atau intravena (melalui pembuluh darah) maupun intramuskular (melalui otot).
Berikut dosis pemberian cefotaxime berdasarkan kelompok usia menurut PIONAS BPOM:
- Dewasa
Dosis cefotaxime untuk orang dewasa adalah 1 gram setiap 12 jam sekali.
Pemberian obat ini ditingkatkan hingga 12 gram per hari yang dibagi ke dalam 3-4 kali pemberian.
Sementara untuk orang dewasa yang terkena infeksi pseudomonas, injeksi cefotaxime disarankan diberikan di atas 6 gram dalam sehari.
- Anak-Anak
Dosis cefotaxime untuk anak-anak adalah 100-150 mg/kg BB/hari dengan frekuensi pemberian sebanyak 2-4 kali sehari.
Jika anak mengalami infeksi berat akibat bakteri, dosis antibiotik ini bisa ditambah menjadi 200 mg/kb BB/hari.
- Bayi
Dosis cefotaxime untuk bayi baru lahir adalah 50 mg/kg BB/hari yang diberikan dengan frekuensi 2-4 kali dalam sehari.
Jika bayi mengalami infeksi bakteri dalam kategori parah, dosis bisa ditingkatkan menjadi 150-200 mg/kg BB/hari.
Baca Juga: 8 Penyakit Infeksi yang Umum Menyerang Dewasa dan Anak-anak
Pemberian injeksi cefotaxime diberikan ke dalam vena (secara intravena atau pembuluh darah) maupun otot (secara intramukskular).
Dokter atau petugas kesehatan lainnya memberikan suntikan antibiotik ini untuk mencegah maupun mengobati suatu infeksi.
Frekuensi pemberian injeksi cefotaxime dan lama perawatan yang dijalani tergantung pada jenis infeksi dan respons tubuh terhadap pengobatan.
Idealnya, tubuh mulai merasa membaik setelah beberapa hari diberikan injeksi antibiotik ini.
Namun, bila gejala tidak kunjung membaik dan bertambah buruk, segera sampaikan kepada dokter.
Hindari menggunakan antibiotik bila tidak diperlukan maupun penyakit yang Moms alami tidak membutuhkan antibiotik.
Pakai antibiotik tidak sesuai dengan fungsinya justru dapat meningkatkan risiko mengalami infeksi bahkan resistensi antibiotik di kemudian hari.
Resisten terhadap antibiotik ditandai dengan tubuh yang tidak lagi mampu menerima pengobatan antibiotik untuk infeksi bakteri.
Baca Juga: Infeksi Puerperalis, Infeksi Bakteri di Rahim setelah Melahirkan
Apa Efek Samping Cefotaxime?
Foto: Orami Photo Stock
Segera konsultasikan ke dokter bila Moms mengalami tanda-tanda reaksi alergi setelah pemberian cefotaxime, seperti:
- Gatal-gatal pada kulit
- Susah bernapas
- Bengkak di wajah atau tenggorokan
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Mata terasa terbakar
- Nyeri kulit
- Ruam merah atau ungu di kulit yang menyebar dan mengelupas
Selain itu, jangan tunda untuk melapor kepada dokter bila Moms mengalami efek samping berikut setelah mendapat injeksi cefotaxime:
- Sakit perut parah
- Diare disertai darah
- Kulit terbakar dan mengalami iritasi
- Penyakit kuning
- Urine berwarna gelap
- Kejang-kejang
- Demam
- Kedinginan
- Tubuh terasa lelah
- Kulit mudah memar
- Mengalami perdarahan tidak biasa
Sementara beberapa efek samping yang umum setelah mendapatkan cefotaxime yakni:
- Sakit, memar, dan bengkak di area bekas suntikan
- Diare
- Demam
- Kulit gatal dan muncul ruam
Baca Juga: 9 Obat Kolesterol Anjuran Dokter, Catat!
Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Mendapatkan Cefotaxime
Moms tidak disarankan mendapat injeksi cefotaxime bila pernah mengalami reaksi alergi parah akibat jenis antibiotik cephalosporin, seperti:
- Cefdinir
- Cefalexin
- Keflex
- Omnicef
- Dan lainnya
Sebelum diberikan injeksi antibiotik ini, sampaikan juga kepada dokter bila Moms pernah mengalami:
- Alergi dengan obat penisilin
- Penyakit ginjal
- Penyakit hati
- Gangguan perut atau usus, seperti kolitis
- Diabetes
- Masalah pada jantung
Baca Juga: Begini Cara Sistem Imun Kita Melawan dalam Bakteri dan Virus di Tubuh, Luar Biasa!
Bila Moms sedang hamil dan menyusui, pastikan dokter juga tahu agar pengobatan bisa disesuaikan.
Jika ada pertanyaan lebih lanjut seputar cefotaxime, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter ya, Moms!
- https://www.mims.com/indonesia/drug/info/cefotaxime?mtype=generic
- https://pionas.pom.go.id/monografi/sefotaksim
- https://www.drugs.com/mtm/cefotaxime.html
- https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682765.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.