Clonazepam: Manfaat, Dosis, Cara Pengunaan dan Efek Samping
Clonazepam merupakan obat yang bisa digunakan untuk meredakan kejang akibat epilepsi.
Selain itu, clonazepam juga dapat digunakan untuk meredakan gangguan panik dan gangguan cemas.
Moms, berikut adalah informasi selengkapnya mengenai clonazepam, mulai dari manfaat, dosis, cara minum, hingga risiko efek samping yang mungkin terjadi.
Baca Juga: Carbamazepine (Obat Epilepsi): Manfaat, Dosis, dan Efek Sampingnya
Manfaat Clonazepam
Clonazepam adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan dan mengobati gangguan kejang.
Obat ini bisa digunakan untuk gangguan panik.
Clonazepam termasuk ke dalam golongan benzodiazepine yang bekerja dengan menenangkan otak dan saraf untuk mencegah kejang.
Obat ini juga efektif dalam mengobati gangguan kecemasan lainnya, misalnya seperti fobia sosial.
Clonazepam dijadikan sebagai lini ketiga untuk pengobatan otot sindrom kaki gelisah.
Clonazepam dosis rendah juga cukup efektif untuk mengatasi gangguan pergerakan mata yang cepat saat tidur.
Efek maksimal dapat bekerja setelah satu jam sejak diminum dan bisa bertahan 6-12 jam.
Dosis dan Aturan Pakai
Foto: e-katalog.lkpp.go.id
Dosis dan jangka waktu penggunaan clonazepam sebenarnya ditentukan dokter.
Dosis ini akan disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan usia. Namun, secara umum rincian dosis clonazepam, yaitu:
Epilepsi
- Dewasa: Dosis awal 1 mg sekali sehari yang dikonsumsi pada malam hari selama 4 hari. Untuk dosis pemeliharaan 4–8 mg per hari dengan dosis maksimal 20 mg per hari.
- Anak-anak usia ≤10 tahun atau berat badan ≤30 kg: Dosis awal 0,01–0,03 mg/kgBB per hari, dibagi ke dalam 2–3 jadwal konsumsi.
- Dosis bisa ditingkatkan sampai tidak lebih dari 0,25–0,5 mg setiap 3 hari, hingga kejang dapat dikontrol.
- Untuk dosis pemeliharaan 0,1–0,2 mg/kgBB per hari, dibagi ke dalam 3 jadwal konsumsi.
- Lansia: Dosis awal 0,5 mg dikonsumsi tiap malam selama 4 hari.
Gangguan Panik
- Dewasa: 0,25 mg 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga 1 mg per hari setelah 3 hari. Dosis maksimal 4 mg per hari.
Baca Juga: 7 Cara Menghitung Dosis Obat untuk Anak, Perlu Diperhatikan, Nih Moms!
Efek Samping
Sama seperti obat lainnya, clonazepam juga memiliki efek samping yang umumnya terjadi, yaitu:
- Pusing
- Kantuk
- Kelelahan
- Gangguan ingatan
- Peningkatan produksi air liur
- Gangguan koordinasi dan keseimbangan tubuh
Jika efek samping di atas semakin parah, hubungi dokter segera. Jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius, seperti:
- Batuk
- Depresi
- Sulit bernapas
- Tidak enak badan
- Gangguan tidur
- Gangguan suasana hati
- Gerakan mata yang tidak disengaja atau tidak biasa
- Muncul tanda terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti sakit tenggorokan
- Kecemasan berlebih
- Bertindak tanpa beripikir panjang (impulsif)
- Serangan panik
- Keinginan untuk melukai diri atau bunuh diri
Maka sebaiknya segera konsultasi ke dokter ya, Moms.
Baca Juga: Kejang Otot: Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dan Cara Mencegahnya
Perhatian dan Peringatan
Foto: canva.com
Jika memiliki riwayat alergi dengan obat ini atau benzodiazepine, maka tidak dianjurkan untuk mengonsumsi clonazepam, Moms.
Obat benzodiazepine termasuk diazepam, alprazolam, lorazepam, dan lain-lain.
Moms juga tidak boleh mengonsumsi obat ini jika memiliki riwayat kesehatan berikut:
- Glaukoma sudut sempit
- Penyakit hati yang parah
- Kesulitan bernapas yang parah
- Riwayat ketergantungan alkohol
Untuk memastikan kondisi Moms aman saat mengonsumsi clonazepam, maka beritahu dokter jika memiliki riwayat penyakit berikut:
- Gangguan fungsi hati
- Gangguan fungsi ginjal
- Depresi, masalah suasana hati, kecenderungan pikiran atau perilaku untuk bunuh diri
- Masalah pernapasan
- Gangguan kelemahan otot yang disebut myasthenia gravis
- Gangguan tidur yang disebut sindrom apnea tidur
- Porfiria (kelainan enzim genetik yang menyebabkan gejala yang memengaruhi kulit atau sistem saraf)
Saat minum obat ini mungkin bisa menimbulkan kecenderungan pikiran untuk bunuh diri saat minum obat kejang.
Untuk itu, pastikan kalau Moms sudah melakukan pemeriksaan rutin saat menggunakan obat clonazepam.
Keluarga atau kerabat lainnya juga mengetahui jika terjadi gejala perubahan suasana hati.
Baca Juga: Amfetamin, Obat Golongan Psikotropika yang Bantu Atasi ADHD
Interaksi dengan Obat Lainnya
Beberapa obat memang bisa mengakibatkan interaksi dengan clonazepam.
Sehingga, efek obat bisa ditambah, dikurangi, atau menimbulkan risiko lain saat dikonsumsi bersamaan.
Moms konsultasikan ke dokter jika menggunakan salah satu dari obat-obatan berikut saat akan mengonsumsi clonazepam:
Obat untuk mengobati asam lambung, seperti simetidin
- Obat lain untuk mengobati epilepsi, seperti asam valproat, fenitoin, fenobarbital, atau karbamazepin
- Obat-obatan untuk mengobati TBC ( tuberkulosis), misalnya rifampisin dan isoniazid
- Obat-obatan untuk mengobati depresi, seperti amitriptyline
Apakah Clonazepam Aman Digunakan bagi Ibu Hamil dan Menyusui?
U.S. Food and Drug Administration (FDA) memasukkan clonazepam ke dalam golongan obat dengan kategori kehamilan D.
Obat ini memiliki risiko yang bisa membahayakan kondisi janin. Namun, pemberian obat untuk ibu hamil masih bisa dilakukan untuk kondisi yang mengancam jiwa.
Mengutip dari NHS, obat ini tidak direkomendasikan digunakan saat menyusui.
Kandungan obat ini bisa masuk dalam ASI. Hal ini dikhawatirkan dapat memengaruhi bayi.
Moms itulah tadi informasi seputar clonazepam. Semoga bermanfaat!
- https://www.nhs.uk/medicines/clonazepam/
- https://www.gooddoctor.co.id/hidup-sehat/obat/clonazepam/
- https://www.alodokter.com/clonazepam
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.