Demi ASI Eksklusif, Saya Rutin Membawa Bayi Bekerja
Sharing dari Wenny Mustikasari, Mom dari Nawal Patrisha Aksanisari Dimiko dan Nannete Alima Aksanisari Dimiko
Ada banyak Moms yang memutuskan untuk membawa bayi mereka ketika mereka bekerja keluar kota atau saat berlibur. Dan saya termasuk salah satunya! Terutama saat usia anak-anak masih di bawah 2 tahun dan masih dalam periode ASI Eksklusif. Beruntungnya saya, sebagai seorang juru bahasa atau interpreter, pekerjaan saya sangat fleksibel. Memungkinkan untuk membawa Si Kecil ikut kerja, demi ASI Eksklusif.
Komitmen Membawa Bayi Bekerja
Ketika pertama kali jadi Mom, sekitar 12 tahun yang lalu, saya masih agak ragu, kurang percaya diri dengan kemampuan saya menyusui Nawal, bayi pertama saya. Tapi, berbekal tekad bulat, saya berkomitmen setidaknya akan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan untuk Nawal. Saya baru mulai bekerja ke luar rumah saat Nawal sudah mulai MPASI, selebihnya saya selalu membawa pompa, botol hingga cooler box (yes, box, bukan bag) ukuran kecil yang masih sangat bulky untuk ukuran masa kini.
Tiga tahun kemudian, saat Nanette, bayi kedua saya lahir. Kembali mau mengulang sukses, saya pun juga memiliki komitmen kuat untuk menyusuinya hingga setidaknya 6 bulan eksklusif, atau selama mungkin sampai ia berusia minimal 2 tahun. Tapi yang istimewa, saya sudah memutuskan untuk mulai bekerja ke luar saat Nanette baru berusia 6 minggu. Sudah pasti Si bayi mungil saya ikut serta, dong. Keputusan ini bukan tanpa tantangan ya, apalagi saat itu tidak banyak ibu-ibu yang membawa bayinya kemanapun pergi. Saya pun ingat betul ketika itu saya tidak punya banyak tempat curhat buat berbagi.
Menuai banyak pengalaman
Ada banyak pelajaran penting yang dapat saya petik dari pengalaman saya membawa serta bayi selama berkomitmen memberikan ASI Eksklusif. Tapi saya ingin juga berbagi berapa support system sangat penting termasuk yang utama untuk mendukung cita-cita mulia saya.
Sebagai Mom, ada banyak pilihan. Bisa nanny atau baby sitter, atau mendapatkan bantuan dari suami, ibu, mertua atau kerabat dekat lainnya. Saya pribadi memilih memekerjakan nanny, karena lebih nyaman, dan bisa lebih mudah menegur bila ada yang kurang pas. Pastikan mereka cukup berpengalaman, atau bisa memahami keinginan dan kebutuhan kita, ya Moms. Bila perlu, buatkan to do list yang wajib mereka kerjakan.
Misalnya, sejak awal saya berkomitmen tidak memberikan dot, empeng, atau ASI lewat botol susu. Untuk Si Bungsu saya, Nanette. ASI hanya diberikan via feeding cup atau dengan bantuan sendok. Nanny saya awalnya juga sempat enggan menjalankannya, karena khawatir Nanette akan tersedak. Dia bilang sepanjang bekerja ia belum pernah memberikan ASI dengan cara begitu. Bahkan di awal ia sempat meminta saya membelikan botol dan dot untuk Nanette, hahaha. Apa saya turuti? Iya, saya turuti, tapi setelah itu tak henti saya menginspirasinya. Dan setelah ia melihat bagaimana Nanette minum ASI perah melalui feeding cup atau sendok, baru dia sadar, wah ternyata bisa dan aman. Hore!
Keuntungan Direct Breastfeeding
Begitu memutuskan memerah ASI saat berjauhan dari bayi, otomatis Moms akan menentukan jadwal memompa ASI kan. Nah, kalau membawa bayi saat bekerja, kita punya kuasa penuh waktu menyusui kapan saja dan di mana saja. Karena pekerjaan saya menuntut saya untuk bekerja dengan interpreter atau juru bahasa lainnya, biasanya saya akan menyampaikan kondisi ini ke mereka, bahwa mungkin saya akan menyusui bayi di tengah-tengah waktu kerja, atau bayi saya akan saya bawa di dekat booth atau ruang tempat saya kerja. Untungnya rekan-rekan mendukung, karena saya selalu mengomunikasikan kondisi saya dengan detail, lengkap dengan antisipasi beberapa keadaan yang mungkin terjadi. Mulai dari bayi rewel atau gumoh. Hahaha. Dengan mengomunikasikan ini kepada mereka, paling tidak mereka tahu apa yang harus mereka lakukan bila itu terjadi.
Baca Juga : Perjuangan Menyusui Bayi BBLR, Dimulai dengan Dot hingga Akhirnya Bisa Direct Breastfeeding
Bekal Penting selama Menjalani ASIX
Selama masa ASI Eksklusif dan memilih direct breastfeeding, justru saya tidak perlu membawa banyak barang saat bepergian. Modal saya “hanya” nursing cover, selendang atau jarik gendong, feeding cup (bila pengasuh memberikan ASI perah saat saya bekerja), cairan pembersih yang food grade, dan pakaian serta popok untuk ganti.
Manajemen laktasi juga penting sekali. Saat harus bekerja dan tidak bisa memberikan ASI langsung pada bayi, sementara payudara mulai terasa penuh, saya segera memompa. Botol kaca kosong dan cool bag selalu standby dekat saya untuk kemudian dibawa pulang dan dibekukan. Jaga-jaga jika ada saatnya bepergian tanpa SI Bayi mungil. Kapan? Misalnya saat saya nonton, kencan sama suami. Penting, lho Moms tetap happy dan menikmati quality time bareng pasangan. Apalagi saya tahu betul kalau anak-anak dititipkan pada orang yang tepat. Tenang!
Tiba Saatnya MPASI
Setelah memasuki masa MPASI, ceritanya jadi sedikit berbeda. Selain memberikan ASI langsung, saya juga bertekad menyiapkan dan memasak sendiri MPASI untuk Nanette. Supaya semua bisa berjalan lancar, saya selalu menyiapkan perencanaan yang matang. Diawali dengan membuat perencanaan perjalanan atau itinerary saat berada di tempat tujuan. Dengan begitu, saya bisa mengatur jadwal dan menu makanan bayi dengan lebih tertata rapi.
Setelah itinerary dibuat, yang hampir pasti tidak berubah adalah daftar kebutuhan barang yang akan menunjang pemberian ASI dan MPASI selama melakukan perjalanan. Saya pribadi punya beberapa barang wajib yang harus saya bawa saat bepergian di masa MPASI. Di antaranya, mini slow cooker, kompor listrik portable atau kukusan listrik mini, hand-blender, saringan, penghancur makanan manual, alat makan untuk bayi (pastikan bpa-free dan lebih baik bila ada indikator panasnya), spatula kayu, pan/penggorengan kecil, dan alat-alat masak (pisau, talenan). Saat bayi berusia 6-12 bulan, mungkin hampir semua alat dalam daftar itu wajib hukumnya saya bawa karena masih harus menghaluskan makanan, mengukus, dll. Tapi untuk bayi yang lebih besar (usia 12-24 bulan), perlengkapannya bisa lebih sedikit, biasanya saya hanya membawa alat makan dan rice cooker multi guna.
Oh iya, cara kita bepergian juga akan berpengaruh pada apa saja yang perlu kita siapkan. Misalnya, bila memilih bepergian dengan pesawat lebih dari dua jam, harus dipastikan makanan yang dimasak matang, supaya tidak lekas basi, bawa buah-buah segar yang mudah dimakan, misalnya pisang, jeruk. Bila ingin membawa buah-buah yang perlu dikupas sebelum makan, kupas dan potong-potong dulu sebelum dibawa pergi, simpan dalam wadah kedap udara. Siapkan juga snack kesukaan bayi karena biasanya dalam perjalanan, ada beberapa bayi yang menjadi susah makan karena perubahan lokasi atau kondisi. Bila itu terjadi, snack kesukaan akan membantu kita memastikan bayi mendapatkan asupan gizi yang dibutuhkannya.
Sebagian besar maskapai penerbangan akan memberikan makanan siap saji untuk bayi-bayi kita, dan rata-rata memiliki kualitas yang baik. Ini bisa jadi alternatif snack yang dapat bayi konsumsi selama dalam perjalanan. Bila kita bepergian menggunakan kendaraan pribadi, pastikan kita punya info yang memadai tentang lokasi rumah sakit, pom bensin sepanjang perjalanan kita. Enaknya lagi, bila kita bepergian menggunakan kendaraan pribadi, kita bisa berhenti saat bayi harus makan.
Bahan makanan yang berkualitas akan menjadi asupan giziyang dibutuhkan bayi-bayi kita, sedapat mungkin belanjalah bahan-bahan segar di tempat tujuan. Mengapa demikian? Karena Moms tidak perlu repot lagi menyimpan bahan makanan mentah yang berisiko menjadi busuk atau menurun kualitasnya. Dan bila Moms memilih memberikan serealia pada pola makan bayi, maka bawalah beras atau serealia lain kesukaannya secukupnya saja. Buah, sayur, dan sumber protein hewani lain bisa dibeli di lokasi tujuan. Dan ternyata strategi ini punya keuntungan lain, loh Moms. Setidaknya ini yang saya lihat dari Nanette. Ia tumbuh jadi anak yang senang mencoba makanan-makanan baru, dan saat masa balita dulu, tidak pernah lama mengalami fase sulit makan. Senangnya!
Baca Juga : Jurus Ampuh Bertahan Hidup sebagai Ibu Bekerja dengan 2 Batita tanpa ART
Yang seru, ketika usia Nannette 10 bulan, saya yang berkomitmen memberikan direct breastfeeding dan mulai menikmati sesi MPASI-nya, saya mendapat tawaran bekerja selama seminggu di Swedia. Lalu bagaimana? Sudah pasti Nannette ikut serta. Berdua saja? Tentu tidak, ada Eyang Ti, alias Ibu saya jadi tim sukses. Total waktu perjalanan selama 22 jam sukses saya lalui bareng Ibu dan Nannete. Cihuy! Sepanjang perjalanan nannete sangat kooperatif. Jika tidak sedang menyusu ia anteng di baby crib yang disediakan oleh maskapai. Saya pede mengajak Nannete karena sebelumnya saya sudah sempat mengajaknya road trip keliling Jawa dan bekerja selama 3 hari ke Singapura. Sudah pasti semua daftar di atas lengkap saya terapkan. Hasilnya? Nannete super koperatif, menikmati penerbangan, perjalanan, dan udara Swedia yang sejuk.
Pesan paling penting, pastikan bayi selalu mendapat waktu berkualitas saat direct breastfeeding. Belaian mesra, tatapan ke mata Si Kecil jangan pernah lepas. Biarkan ia “bercerita” melalui gumaman, tatapan, dan sentuhan-sentuhannya. Satu lagi, salah satu keuntungan membawa bayi saat bekerja adalah suntikan langsung hormon endorfin yang keluar saat kita sedang menyusui, akan membantu kita tetap relaks meskipun kita sedang bekerja.
Baca Juga : Dengan Senang Hati, Saya Berbagi Kisah Hamil dan Melahirkan di Denmark, Negara Paling Bahagia di Dunia
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.