9 Cara Deteksi Skoliosis Pada Anak Sejak Dini
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan. Jika didefinisikan, skoliosis merupakan kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang belakang lebih dari 10 derajat.
Kelengkungan abnormal ini bisa terjadi karena faktor genetik, kelainan kongenital atau bawaan lahir, (keturunan), kelainan pembentukan tulang atau kelainan neurologis dan habitual atau kebiasaan dalam membawa barang berat.
Skoliosis dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa. Selama ini masyarakat kurang menyadari tentang pentingnya edukasi skoliosis. Padahal, prevalensi skoliosis makin meningkat, yaitu sekitar 3% di dunia dan 4-5% di Indonesia.
Skoliosis bisa erjadi sejak balita dan kanak-kanak. Pada anak-anak skoliosis dapat berubah menjadi kondisi yang serius seiring dengan pertumbuhannya. Biasanya progresivitas skoliosis terjadi pada umur 10-18 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, skoliosis lebih banyak terjadi pada perempuan. Sekitar 80% kasus skoliosis adalah idiopatik atau tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
Skoliosis dapat menyebabkan nyeri di daerah punggung, bahu atau pinggul. Karena itu deteksi skoliosis secara akurat dan dini penting untuk dilakukan dengan cara mengecek dari belakang apakah ada tonjolan pada tulang bahu, pinggang dan pinggul yang memiliki kurva tidak seharusnya.
Baca Juga: Seperti Apa Tahapan Perkembangan Tulang Anak?
Deteksi skoliosis bisa dilakukan dengan cara:
- Mengecek dari belakang
- Bahu asimetris atau miring
- Tonjolan tulang bahu
- Kurva yang terlihat
- Pinggul miring
- Pinggang miring
- Mengecek dengan membungkuk
- Punuk di punggung atas
- Punuk di bawah punggung
Baca Juga: Sembarangan Tarik Tangan Anak Saat Bermain dapat Pengaruhi Tulangnya
Ada berbagai cara perawatan skoliosis, salah satunya yaitu dengan terapi non-operasi. Pada seminar media bertajuk Terapi Non Operasi: Harapan Baru Bagi Pasien Skoliosis di Jakarta (17/7/2017), ahli fisioterapi dan anatomi, Labana Simanihuruk, B.Sc-Brace & Rehab Clinician memaparkan bahwa terapi non operasi terbukti efektif dalam mengoreksi kemiringan yang besar.
Umumnya, terapi non operasi yang dilakukan adalah dengan penggunaan brace, olahraga dan latihan fisik dengan alat fisioterapi untuk mengurangi rasa nyeri.
“Brace sangat berperan mengoreksi kurva, terutama bagi pasien yang memiliki kemiringan lebih dari 30 derajat. Namun, jika kemiringan lebih dari 60 derajat, ia menyarankan untuk memilih terapi operasi,” katanya.
Lebih jauh ia mengatakan brace secara klinis telah terbukti dapat mengurangi lengkung pada kasus umum skoliosis dan khyposis, mengurangi rasa sakit, memperbaiki postur tubuh, memperlambat pertumbuhan kurva pada anak dan lainnya.
“Efektif atau tidaknya brace dapat dilihat dari kualitas desain dan pembuatan brace, serta kemampuannya dalam melakukan koreksi atau perbaikan kemiringan skoliosis. Selain itu, brace yang baik juga harus membuat pemakainya nyaman dan tidak mengganggu kesehariannya,” ujarnya.
Sumber: meetdoctor.com
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.