Dongeng Sage: Pengertian, Ciri-ciri, dan Contohnya
Dongeng sage adalah salah satu jenis cerita rakyat yang menggabungkan unsur sejarah dengan imajinasi atau fantasi masyarakat.
Cerita ini sering kali menceritakan kisah-kisah kepahlawanan, keberanian, kesaktian, dan keajaiban tokoh tertentu di masa lalu.
Meskipun banyak cerita sage yang bersifat fiktif, mereka tetap mengandung pesan moral yang mendalam dan nilai-nilai kehidupan yang penting untuk dipelajari oleh generasi berikutnya.
Ciri-ciri Dongeng Sage
Untuk membedakan dongeng sage dengan jenis dongeng lainnya, berikut ini beberapa ciri-ciri dongeng sage yang perlu diketahui:
1. Mengandung Peristiwa Sejarah yang Terkait dengan Fantasi
Dongeng sage menceritakan peristiwa sejarah yang sudah dipadukan dengan unsur fantasi atau khayalan masyarakat.
Meskipun mengangkat kejadian nyata atau sejarah masa lalu, cerita dalam sage sering kali diperkaya dengan elemen imajinasi, seperti kesaktian tokoh, keajaiban, atau hal-hal luar biasa yang tidak dapat dijelaskan secara logika.
2. Ada Unsur Kepahlawanan, Keberanian, dan Kesaktian
Cerita dalam dongeng sage sering kali melibatkan tokoh-tokoh yang memiliki sifat kepahlawanan, keberanian, atau bahkan kesaktian.
Tokoh utama biasanya digambarkan sebagai sosok yang mampu mengatasi tantangan besar atau menghadapi musuh yang kuat dengan kemampuan luar biasa, baik fisik maupun magis.
3. Mengandung Pesan Moral
Setiap dongeng sage mengandung pesan moral yang dapat dipetik oleh pendengar atau pembacanya.
Pesan moral ini bisa berupa pelajaran tentang kejujuran, keberanian, kebaikan hati, atau akibat dari tindakan buruk.
Hal ini membuat sage tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang penting.
4. Menyebar Secara Lisan
Dongeng sage tidak ditulis di buku-buku pada awalnya, melainkan disampaikan secara lisan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Cerita-cerita ini berkembang melalui tradisi dari mulut ke mulut dan sering kali diwariskan oleh orang tua kepada anak-anak mereka, sehingga tetap hidup dan dikenal luas di masyarakat.
5. Latar Belakang Kerajaan atau Istana
Sebagian besar cerita sage berlatar belakang kerajaan, istana, atau tempat-tempat yang dianggap memiliki kekuatan atau keajaiban.
Latar belakang ini sering digunakan karena berkaitan dengan kekuatan magis, kedudukan sosial tinggi, dan tema kepahlawanan yang sering diangkat dalam cerita tersebut.
Contoh Dongeng Sage
Berikut ini beberapa contoh dongeng sage populer dari Nusantara yang dapat Moms ceritakan pada Si Kecil.
1. Roro Jonggrang
Dongeng Roro Jonggrang berasal dari Jawa Tengah dan merupakan salah satu cerita sage yang paling terkenal di Indonesia.
Cerita ini berkisah tentang seorang putri cantik bernama Roro Jonggrang yang hidup di Kerajaan Prambanan.
Suatu hari, kerajaan tersebut diserang oleh Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Bandung Bondowoso, seorang pemuda sakti.
Dalam pertempuran, Prabu Baka, ayah Roro Jonggrang, tewas di tangan Bandung Bondowoso, dan Kerajaan Prambanan pun jatuh ke tangan Kerajaan Pengging.
Bandung Bondowoso, yang terpesona oleh kecantikan Roro Jonggrang, berniat untuk menikahinya.
Namun, Roro Jonggrang merasa marah karena ia tahu bahwa Bandung Bondowoso adalah pembunuh ayahnya.
Untuk menolak lamaran tersebut, Roro Jonggrang mengajukan syarat yang sangat berat, yaitu agar Bandung Bondowoso membangun seribu candi dalam semalam.
Roro Jonggrang berharap bahwa syarat tersebut tidak akan bisa diselesaikan, sehingga ia bisa menolak lamaran itu.
Namun, Bandung Bondowoso yang memiliki kekuatan magis, memanggil roh-roh halus untuk membantunya membangun candi-candi tersebut.
Pekerjaan itu hampir selesai pada malam hari, dan hanya ada lima candi yang belum selesai serta dua sumur yang belum selesai dibangun.
Roro Jonggrang yang cemas melihat pekerjaan Bandung Bondowoso hampir selesai, akhirnya menggagalkan upaya tersebut dengan cara membangunkan penduduk desa untuk menyalakan api dan menumbuk lesung padi agar terdengar seperti suara pagi hari.
Para roh halus yang bekerja mengira matahari telah terbit, sehingga mereka meninggalkan pekerjaan mereka.
Saat Bandung Bondowoso menyadari bahwa usahanya gagal, ia merasa sangat marah.
Dalam kemarahannya, ia mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah arca batu untuk melengkapi candi yang belum selesai.
Roro Jonggrang pun berubah menjadi arca yang kini dikenal sebagai Candi Roro Jonggrang di kompleks Candi Prambanan.
Candi-candi lainnya yang dibangun oleh Bandung Bondowoso disebut Candi Sewu, meskipun jumlahnya tidak mencapai seribu.
Dongeng sage tentang Roro Jonggrang ini mengandung pesan moral tentang kecerdikan, keberanian, serta pengorbanan, dan hingga kini menjadi salah satu legenda yang populer di Indonesia.
2. Malin Kundang
Dongeng Malin Kundang adalah salah satu dongeng sage yang sangat terkenal dari Sumatra Barat, Indonesia.
Berikut cerita lengkapnya yang mengandung pesan moral inspiratif.
Di sebuah desa pesisir di Sumatera, tinggal seorang janda miskin bernama Ibu Rubayah dan anaknya yang bernama Malin Kundang.
Suami Ibu Rubayah telah lama meninggalkan mereka dan tidak pernah kembali.
Meskipun hidup serba kekurangan, Ibu Rubayah berusaha keras untuk membesarkan Malin Kundang dengan penuh kasih sayang.
Malin Kundang tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan pemberani, meski agak nakal.
Karena hidup mereka yang serba pas-pasan, Malin merasa ingin merantau ke negeri yang lebih jauh untuk mencari peruntungan.
Suatu hari, datanglah seorang nakhoda kapal dagang yang mengajak Malin untuk bergabung dalam pelayaran.
Meskipun awalnya ibu Malin tidak setuju, akhirnya ia merelakan kepergian anaknya dengan pesan, "Nak, jika engkau berhasil, jangan lupakan ibumu dan kampung halaman ini."
Malin Kundang berlayar dan bekerja keras di negeri seberang.
Bertahun-tahun kemudian, Malin menjadi seorang pedagang kaya raya dengan banyak kapal.
Namun, ia tidak pernah mengirim kabar kepada ibunya.
Suatu hari, Malin Kundang yang telah menikah dengan seorang putri bangsawan kembali ke kampung halamannya dengan kapal besar.
Ibu Rubayah, yang menantikan kepulangannya, segera mengenali kapal tersebut dan berharap itu adalah anaknya.
Saat kapal berlabuh, Ibu Rubayah dengan penuh harapan menyambut Malin, namun Malin Kundang yang sudah kaya raya dan malu dengan ibunya yang tampak tua dan miskin, malah mengingkari ibunya.
Ia menyebut ibunya sebagai seorang pengemis dan tidak mengenalinya.
Hati Ibu Rubayah hancur karena diperlakukan demikian oleh anaknya sendiri.
Dengan penuh kesedihan dan kemarahan, ia berdoa kepada Tuhan, memohon agar memberikan keadilan.
Tak lama setelah doa itu, langit menjadi gelap, angin bertiup kencang, dan badai besar melanda kapal Malin Kundang.
Kapalnya hancur dihantam ombak, dan tubuh Malin Kundang perlahan-lahan berubah menjadi batu.
Batu itu kini dikenal sebagai Batu Malin Kundang yang terletak di tepi pantai, yang konon adalah bentuk kutukan kepada Malin Kundang, anak yang durhaka kepada ibunya.
Cerita Malin Kundang mengandung pesan moral yang sangat dalam, yaitu pentingnya menghormati dan berbakti kepada orang tua.
Kisah ini mengajarkan bahwa tindakan durhaka terhadap orang tua akan mendatangkan akibat yang sangat buruk, yang tidak hanya berdampak pada kehidupan dunia, tetapi juga mengarah pada hukuman yang sangat berat.
3. Sangkuriang dan Gunung Tangkuban Perahu
Contoh dongeng sage selanjutnya yakni Sangkuriang dan Gunung Tangkuban Perahu.
Diceritakan bahwa pada zaman dahulu, di Jawa Barat, hiduplah seorang putri raja bernama Dayang Sumbi.
Setelah tinggal beberapa lama di istana, Dayang Sumbi memutuskan untuk pindah ke sebuah desa kecil.
Ia ditemani oleh anjing kesayangannya yang bernama Si Tumang.
Namun, Si Tumang bukanlah anjing biasa, ia sebenarnya adalah seorang pangeran yang dikutuk Dewa menjadi anjing.
Suatu hari, ketika Dayang Sumbi sedang menenun kain, alat pintalnya terjatuh jauh.
Karena malas mengambilnya, Dayang Sumbi berkata, "Siapa yang mengambilkan alat pintalku, jika perempuan akan kujadikan adikku, dan jika laki-laki akan kujadikan suamiku."
Tanpa diduga, Si Tumang yang mendengar perkataan tersebut segera mengambilkan alat pintal tersebut.
Meskipun terkejut, Dayang Sumbi tidak bisa mengingkari janjinya dan akhirnya menikah dengan Si Tumang yang dapat berubah wujud menjadi manusia.
Mereka pun dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang.
Sangkuriang tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan suka berburu bersama Si Tumang.
Suatu hari, ibunya, Dayang Sumbi, menginginkan hati rusa untuk dimasak.
Ia pun meminta Sangkuriang untuk berburu rusa.
Malang, Sangkuriang tidak berhasil menemukan rusa, dan merasa putus asa, ia akhirnya memutuskan untuk membunuh Si Tumang dan membawa hati anjing tersebut untuk ibunya.
Dayang Sumbi sangat marah setelah mengetahui bahwa hati yang ia makan adalah milik Si Tumang, dan ia memukuli Sangkuriang dengan keras.
Sangkuriang yang merasa sedih dan terhina kemudian pergi meninggalkan rumah dan mengembara.
Setelah bertahun-tahun mengembara dan menimba ilmu, Sangkuriang kembali ke kampung halamannya.
Ia sangat terkejut melihat desa yang dulu dikenal sudah berubah.
Saat berjalan-jalan, ia bertemu dengan seorang wanita cantik di tepi telaga.
Karena terpesona dengan kecantikannya, Sangkuriang langsung melamarnya.
Tanpa ia ketahui, wanita tersebut adalah ibunya sendiri, Dayang Sumbi, yang diberi keabadian oleh para Dewa dan tetap awet muda.
Sangkuriang yang jatuh cinta pada wanita itu tidak percaya bahwa dia adalah ibunya.
Dayang Sumbi yang merasa cemas akhirnya mengajukan syarat kepada Sangkuriang.
Ia mengatakan bahwa Sangkuriang bisa menikahinya jika ia berhasil membuat telaga besar dan perahu dalam semalam.
Sangkuriang yang sangat ingin menikahi wanita tersebut, menggunakan kekuatan magisnya dan dibantu oleh ribuan jin, mulai bekerja keras untuk memenuhi syarat itu.
Namun, Dayang Sumbi diam-diam memanipulasi keadaan dengan menggelar kain sutra merah di timur desa, agar Sangkuriang mengira itu adalah tanda fajar pagi.
Ketika Sangkuriang melihat cahaya merah tersebut, ia mengira bahwa pagi sudah tiba dan berhenti dari pekerjaannya.
Ia marah karena gagal memenuhi syarat tersebut.
Dalam kemarahan, ia menghancurkan bendungan yang sedang dibuatnya dan menendang perahu yang hampir selesai.
Perahu tersebut terbalik dan menjadi sebuah gunung besar yang kini dikenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu, yang bentuknya menyerupai perahu terbalik.
Begitulah asal mula terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu, yang menjadi salah satu legenda terkenal di Jawa Barat, sebagai kisah tentang cinta yang tragis antara seorang ibu dan anak, serta akibat dari tindakan yang salah dan perbuatan durhaka.
Baca Juga: 3 Contoh Dongeng Mite yang Populer di Indonesia, Yuk Baca!
Demikian penjelasan tentang dongeng sage beserta contohnya.
Apakah Moms dan Dads sudah mengenalkan dongeng sage ini pada anak-anak?
- https://www.google.co.id/books/edition/Dongeng_Nusantara_Legenda_Danau_Toba_Ter/fHBUEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=dongeng+roro+jonggrang&pg=PA30&printsec=frontcover
- https://www.google.co.id/books/edition/101_Dongeng_Sebelum_Tidur/ECxgEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=dongeng+roro+jonggrang&pg=PA69&printsec=frontcover
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.