Kenali Gejala Thalasemia pada Bayi dan Cara Pengobatannya
Gejala thalasemia pada bayi seringkali salah dikenali sebagai sakit biasa karena gejalanya mirip dengan anak yang kelelahan.
Tak heran kalau banyak Moms yang salah mengenalinya. Gejala thalasemia pada bayi yang dasar memang mirip dengan gejala anak kelelahan, mulai dari tampak letih, gampang lemas, dan pucat.
Jadi tak heran kalau Moms mungkin menganggapnya sebagai hal yang wajar.
Padahal, Moms tahu bahwa Si Kecil bahkan tidak banyak melakukan aktivitas fisik dalam kesehariannya.
Jika Moms melihat kalau Si Kecil sering mengalami gejala-gejala ringan ini, ada baiknya Moms segera membawanya ke dokter anak karena bisa jadi yang ditunjukkan Si Kecil adalah gejala gangguan kesehatan serius, salah satunya adalah thalasemia.
Baca Juga: Berjuang dengan Talasemia Beta Mayor Sejak Usia 7 Bulan, Si Kecil Conan Meninggal Dunia
Apa Itu Thalasemia?
Thalasemia adalah sekelompok kelainan darah genetik yang memiliki satu kesamaan, yaitu produksi hemoglobin yang cacat, protein yang memungkinkan sel darah merah untuk membawa dan menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Ada banyak mekanisme berbeda pada kerusakan sintesis hemoglobin dan karenanya ada banyak jenis thalasemia.
Dalam laman The Royal Children’s Hospital Melbourne disebutkan bahwa thalasemia dibagi menjadi beberapa jenis.
Untuk memahami berbagai jenis thalasemia tersebut Moms perlu terlebih dahulu mengetahui mengenai hemoglobin.
Hemoglobin terdiri dari dua rantai protein yaitu rantai alfa dan rantai beta. Sehingga ada dua jenis utama thalasemia, tergantung apakah yang terpengaruh rantai alfa hemoglobin ataukah beta hemoglobin.
Baca Juga: Kelainan Darah Hemofilia: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Gejala Thalasemia pada Bayi
Dalam thalasemia, gejala thalasemia pada bayi bisa berbeda tergantung dari jenisnya.
Gejala thalasemia pada bayi bisa berbeda-beda, tergantung jenisnya, apakah thalasemia tersebut berjenis alfa atau beta.
Baik itu gejala thalasemia alfa maupun beta, keduanya memang bervariasi mulai dari tidak ada, ringan, hingga berat, atau yang juga dikenal dengan sebutan gejala thalasemia minor, thalasemia intermedia, dan thalasemia mayor.
Untuk gejala thalasemia pada bayi yang mayor menjadi yang paling parah karena menjadi tingkatan paling tinggi dibanding ketiganya.
Bayi dengan thalasemia beta intermedia mungkin memiliki tanda dan gejala pada usia dini (bayi yang berusia 0-1 tahun) atau hanya dapat terpengaruh di kemudian hari, seperti menderita anemia ringan hingga sedang.
Gejala thalasemia pada bayi dengan jenis beta mayor mungkin menunjukkan gejala anemia sebelum berusia 2 tahun.
Namun, kebanyakan mereka tampak sehat saat baru lahir sehingga sangat sulit untuk mendeteksinya.
Meski tergantung dari jenisnya, tapi sebenarnya kita bisa melihat gejala thalasemia pada bayi secara garis besar alias gejala yang paling umum terjadi.
Kebanyakan gejala thalasemia pada bayi bisa berupa hal-hal seperti di bawah ini!
- Terlihat pucat.
- Lemas dan tidak bertenaga.
- Berkurangnya nafsu makan.
- Diare.
- Mudah tersinggung.
- Mudah kelelahan.
- Demam berulang kali.
- Urine berwarna gelap.
- Perut membengkak dan agak mengeras, karena beberapa jenis talasemia dapat membuat limpa membesar.
“Dengan thalasemia parah, bayi tidak tumbuh dengan baik dan mungkin memiliki penyakit kuning (jaundice) dan gagal berkembang,” kata Antonis Kattamis, MD, kepala devisi hematologi/onkologi anak di National and Kapodistrian University of Athens dan Aghia Sophia Children’s Hospital di Athena, seperti dikutip dari ASH Clinical News.
Jika ada gejala thalasemia bayi bertipe alpha HbH (tiga gen rantai alfa yang bermutasi), ia mungkin mulai mengalami gejala pada tahun-tahun pertamanya.
Saat gejala thalasemia bayi bertipe aplha HbH itu terjadi, tidak segera diobati maka dapat memengaruhi organ dan tulang bayi.
Bayi dengan thalasemia memiliki ukuran sel darah merah yang lebih kecil daripada bayi yang tidak terpengaruh. Selain itu, jumlah sel darah merahnya juga sangat rendah (anemia).
Diagnosa untuk thalasemia mayor dan minor sekarang tidak hanya dengan uji klinis dan darah konvensional saja, tetapi juga dengan tes molekuler dan genetik.
Tes-tes ini memungkinkan diagnosis yang akurat dilakukan kapan saja, bahkan sebelum kelahiran bayi.
Baca Juga: Mengenal Anemia Hemolitik, Kelainan Darah yang Bisa Dialami Si Kecil
Cara Pengobatan Thalasemia pada Bayi
Thalasemia beta mayor seharusnya tidak memerlukan perawatan karena tidak akan membuat bayi sakit.
Sementara pengobatan thalasemia beta intermedia lebih rumit, karena tergantung pada tingkat keparahan penyakit.
Bayi mungkin hanya menderita anemia ringan dan tidak memerlukan perawatan.
Berikut cara pengobatan saat Moms melihat gejala thalasemia pada bayi, yaitu dengan melakukan hal-hal ini!
1. Rutin Kontrol ke Dokter
Cara pengobatan yang pertama adalah rutin mengunjungi dokter untuk kontrol. Bayi dengan thalasemia butuh perawatan dan pengawasan dari ahlinya.
Meskipun Moms sudah mengetahui gejala thalasemia pada bayi, tetap saja Moms harus berkonsultasi dengan dokter untuk memantau dan menentukan tindakan medis seperti apa yang harus dilakukan.
2. Terapi Transfusi Darah
Bayi dengan talasemia beta intermedia seringkali membutuhkan transfusi darah sesekali atau secara teratur, tergantung pada tingkat keparahan gejalanya.
Jika bayi lahir dengan thalasemia beta mayor atau talasemia alpha HbH parah, transfusi darah secara teratur akan membantunya tumbuh.
Transfusi darah bisa dilakukan setidaknya satu kali dalam sebulan, tapi ada juga yang melakukannya dua kali sebulan jika tingkat thalasemia sudah semakin parah.
Baca Juga: Seringkali Dianggap Sama, Ini Perbedaan Darah Rendah dan Kurang Darah
3. Mengonsumsi Suplemen Secara Teratur
Mengonsumsi suplemen secara teratur juga sangat penting sebagai tindakan pengobatan pada gejala thalasemia pada bayi.
Suplemen yang perlu dikonsumsi adalah asam folat. Suplemen ini bisa membantu bayi membangun sel darah merah yang lebih sehat.
Mengonsumsi suplemen secara teratur bisa menjadi pengobatan alternatif yang lebih terjangkau jika dibandingkan dengan transfusi darah.
4. Mengonsumsi Makanan yang Bergizi
Ingin mengobati bayi yang terkena thalasemia secara alami, Moms bisa memberikan asupan makanan yang bergizi.
Selayaknya suplemen, untuk makanan yang bergizi sebaiknya mengandung asam folat.
Makanan dengan asam folat tinggi bisa dijumpai pada kacang-kacangan, pisang, roti gandum, dan sebagainya.
Moms bisa mengolah makanan yang mengandung asam folat tinggi sebagai MPASI.
Tidak hanya makanan yang mengandung asam folat saja, makanan yang mengandung vitamin C dan E juga bagus dikonsumsi oleh bayi yang menderita thalasemia.
Baca Juga: Cara Membedakan Darah Haid dan Darah Kista berdasarkan Bentuk dan Gejalanya
5. Lakukan Aktivitas Fisik yang Terukur
Cara pengobatan thalasemia yang terakhir adalah mengajak Si Kecil melakukan aktivitas fisik yang terukur.
Bayi membutuhkan aktivitas fisik untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Melakukan aktivitas fisik bisa merangsang saraf motorik dan kemampuan organ tubuh lainnya.
Tapi sebaiknya Moms mengukur aktivitas fisik tersebut supaya tidak memicu kelelahan yang berlebihan.
Intinya, perawatan gejala thalasemia pada bayi harus dimulai dengan segera. Jadi mulai sekarang, Moms bisa mulai memperhatikan apakah Si Kecil memiliki gejala thalasemia pada bayi?
Jika ada, segera bawa ke dokter supaya bisa mendapatkan pengobatan yang lebih cepat.
- https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Thalassaemia_an_overview/
- https://www.marchofdimes.org/find-support/topics/planning-baby/thalassemia
- https://www.cedars-sinai.org/health-library/diseases-and-conditions---pediatrics/b/beta-thalassemia-in-children.html#:~:text=Key%20points%20about%20beta%20thalassemia,Treatment%20includes%20regular%20blood%20transfusions.
- https://emedicine.medscape.com/article/958850-overview
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK5451
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.