10 Hadits Menjaga Lisan, Yuk Terapkan agar Tak Menyakiti Sesama
Sudah tahu hadits menjaga lisan?
Moms, salah satu yang harus kita jaga adalah ucapan atau lisan supaya jangan sampai menyinggung perasaan orang lain.
Lidah ini sering kali tajam sehingga ucapan menyinggung perasaan orang lain. Moms harus ajarkan pada Si Kecil untuk menjaga ucapannya terhadap orangtua dan orang lain.
Jika dibiasakan sedari kecil, mereka akan berhati-hati dalam berkata. Moms, berikut ini adalah hadits menjaga lisan yang bisa jadi panduan kita.
Adab Berbicara dengan Orang Lain
Sebelum membahas berbagai hadits tentang menjaga lisan, pahami dulu adab berbicara dengan orang lain, yuk!
- Berkata yang Baik atau Diam: Salah satu ajaran utama dalam Islam adalah untuk selalu memilih kata-kata yang baik atau lebih baik diam jika tidak ada hal positif yang dapat disampaikan.
- Menghindari Ghibah (Gosip): Islam melarang ghibah, yaitu membicarakan keburukan orang lain di belakang mereka. Ini dianggap sebagai tindakan yang merusak hubungan antar sesama.
- Menjaga Lisan: Seorang Muslim harus menjaga lisannya dari perkataan yang bathil, dusta, dan segala ucapan yang tidak bermanfaat.
- Mendengarkan dengan Baik: Memberikan perhatian penuh saat orang lain berbicara adalah bentuk penghormatan dan menunjukkan rasa hormat terhadap pendapat mereka.
- Bersikap Sabar dan Toleran: Dalam perdebatan atau diskusi, penting untuk bersikap sabar dan menghormati pandangan orang lain tanpa memaksakan pendapat kita sendiri.
- Berbicara dengan Tujuan yang Baik: Setiap ucapan harus memiliki tujuan positif dan konstruktif, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Hadits Menjaga Lisan, Upaya agar Mengucap yang Baik
Moms, menjaga lisan itu tidak hanya ketika kita berucap kepada orang lain.
Ketika kita berbicara tentang orang lain juga termasuk adab menjaga lisan.
Tanpa sadar kita menceritakan seseorang kepada kawan kita. Akhirnya, perbincangan bisa berisi tentang si orang tersebut alias bergibah ria.
Nah, Moms berikut ini hadits menjaga lisan yang wajib kita tahu disertai tulisan Arab dan artinya.
Bukan hanya untuk mengajari Si Kecil, tetapi juga bisa untuk diri sendiri.
1. Gibah Itu Dilarang
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَأكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ اَفَرَاَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنَّ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُولُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَهُ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu gibah?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”
Beliau berkata, “Gibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka.” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?”
Beliau menjawab, “Bila demikian, itu berarti kamu telah melakukan gibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya.”
Moms, hadits menjaga lisan di atas Nabi Muhammad melarang kita membicarakan orang lain atau bergunjing.
Sekali pun apa yang kita ceritakan tersebut benar adanya.
2. Bergunjing Sama Saja dengan Zina
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكُ ذَلِكَ لاَمَحَااَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِيْنَا هُمَا النَّظَرُ، وَاْلأُذُنَانِ زِيْنَا هُمَا الاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِيْنَاهُ الْكَلاَمُ، وَالْيَدُ زِيْنِاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِيْنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوِى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّ بُهُ
“Setiap anak Adam telah mendapatkan bagian zina yang tidak akan bisa dielakkannya. Zina pada mata adalah melihat. Zina pada telinga adalah mendengar. Zina li dah adalah berucap kata. Zina tangan adalah meraba. Zina kaki adalah melangkah. (Dalam hal ini), hati yang mempunyai keinginan angan-angan, dan kemaluanlah yang membuktikan semua itu atau mengurungkannya.”
Moms, ternyata zina itu kategorinya beragam, termasuk zina lisan dengan membincangkan orang lain.
Mulai sekarang lebih hati-hati ya, Moms.
3. Jaminan Surga Jika Menjaga Lisan
مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barang siapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga.”
Bagi mereka yang menjaga lisan ada jaminan surga. Tentu saja juga dibarengi dengan ibadah lainnya.
4. Berpikir Sebelum Berucap
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam.”
Moms, hadits menjaga lisan di atas mengajari kita untuk berpikir dahulu sebelum berucap. Pelajaran berharga, Moms.
5. Diam Menjauhkan Kita dari Setan
عليك بطول الصمت فإنه مطردة الشيطان وعون لك علي أمردينك
"Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu." (HR. Ahmad).
Penting nih untuk diingat kalau diam itu lebih baik karena dapat menjauhkan kita dari godaan berbicara buruk.
6. Menjaga Aib Sesama Muslim
بِحَسْبِ امْرِيْ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ كُلٌ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
“Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib menjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya.”
Moms, larangan gibah atau membicarakan aib orang lain tertulis dalam hadits menjaga lisan di atas, ya.
Jika tahu keburukan atau aib seseorang, jangan kemudian dibicarakan kepada orang lain, Moms.
7. Jangan Asal Bicara
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat." (HR. Muslim no. 2988).
Sebelum berbicara tentang atau kepada orang lain mengenai sesuatu, haruslah dipikirkan terlebih dahulu.
Jangan asal bicara ya, Moms. Ada hadits menjaga lisan agar kita berpikir dahulu sebelum bicara.
8. Saling Menghormati dengan Tetangga
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya."(HR. Bukhari dan Muslim)
Moms, hadits menjaga lisan di atas mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga lisan dan menghormati tetangga.
Salah satunya dengan menjaga lisan.
Begitu pula ketika ada tamu yang datang ke rumah.
Kita juga diminta untuk menjaga lisan kita.
9. Menjaga Ukuran Makan dan Minum
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seseorang memenuhi bejana yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi seseorang itu sebagian (yang membuat kenyang) untuk menguatkan tulang-tulangnya. Apabila ia tidak mampu, maka sepertiga makanannya untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk napasnya.”
Moms, arti dari hadits kesembilan ini mengajarkan tentang pentingnya menjaga ukuran dalam makan dan minum, serta menghindari makan berlebihan.
Rasulullah Muhammad menjelaskan bahwa perut adalah salah satu wadah yang paling buruk jika dipenuhi terlalu banyak.
Dengan kata lain, memenuhi perut secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
10. Melakukan Kebaikan dalam Kapasitas
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling utama?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian.’ Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, kemudian orang seperti kami ini, bila salah satu di antara kami memiliki hasrat (kemauan) untuk berbuat baik namun tidak memiliki kemampuan?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Biarlah ia memperoleh berkah (pahala) dengan berbuat baik kepada keluarganya.'
Hadis ini mengajarkan bahwa meskipun memiliki akhlak yang baik adalah penting, Moms juga harus realistis tentang kemampuan Moms.
Namun, masih ada cara bagi Moms untuk mendapatkan pahala dengan melakukan kebaikan dalam kapasitas yang Moms mampu, termasuk melalui perlakuan baik terhadap keluarga kecil Moms.
Begitu pentingnya kedudukan hadits dalam Islam menjadikannya sebagai pedoman yang perlu dijalankan setiap muslim.
Moms, ternyata ada banyak hadits menjaga lisan yang bisa kita jadikan panutan. Semoga bermanfaat, ya!
- https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/mimbar-dakwah-sesi-108-pentingnya-menjaga-lisan-menurut-alquran-dan-hadits
- https://jatim.nu.or.id/keislaman/pentingnya-menjaga-lisan-dan-tulisan-BTWYe
- https://almanhaj.or.id/3197-menjaga-lisan-agar-selalu-berbicara-baik.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.