Ibu Hamil Menderita Talasemia, Berbahayakah?
Talasemia adalah kondisi darah yang menyebabkan tubuh membuat lebih sedikit sel darah merah yang sehat dan lebih sedikit jumlah hemoglobin. Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Talasemia dapat menyebabkan anemia, suatu kondisi yang terjadi ketika seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat atau sel darah merahnya terlalu kecil. Banyak orang dengan talasemia menjalani hidup sehat. Namun sebaliknya, talasemia juga dapat menyebabkan kondisi kesehatan memerlukan perawatan yang serius.
Terdapat dua jenis talasemia yaitu talasemia alfa dan talasemia beta. Talasemia alfa adalah kondisi di mana protein hemoglobin alfa terdiri atas 4 gen yang berasal dari kedua orang tua, masing-masing mewariskan 2 gen.
Sementara talasemia beta adalah kondisi dimana protein hemoglobin beta terdiri atas 2 gen yang berasal dari orang tua, yang masing-masing mewariskan 1 gen.
Ibu Hamil Bisa Menularkan Talasemia kepada Anak
Foto: Orami Photo Stock
Karena talasemia bersifat genetik, tentu saja ibu hamil memiliki kemungkinan menularkan talasemia pada anaknya. Dikutip dari Royal College of Obstetricians and Gynecologists (RCOG), sekitar 70 ribu bayi di seluruh dunia menderita talasemia hasil turunan setiap tahunnya.
Sementara secara global ada sekitar 100 juta individu yang menjadi pembawa, dan paling umum terjadi di Mediterania juga Asia. Sementara itu, ada sekitar 1.000 orang yang terkena talasemia di Inggris dan 79 persen terjadi di India, Pakistan dan Bangladesh.
Dr. Rahul Bhargava, direktur di klinik kelainan darah dan transplantasi sumsum Fortis Memorial Research Institute, Gurugram, mengatakan bahwa tragisnya adalah bahwa sebagian besar anak-anak yang lahir dengan talasemia tersebut meninggal karena komplikasi jantung pada usia dini.
"Untuk mencegah hal di atas, sangat penting untuk memahami talasemia dan penatalaksanaannya selama kehamilan," katanya seperti dikutip dari indianexpress.com.
Berbahayakah talasemia apabila terjadi pada ibu hamil? Apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir dampak buruk talasemia kepada bayi yang akan dilahirkan?
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan ibu hamil yang mengidap talasemia.
Baca Juga: Dads, Ini 5 Manfaat Bawang Putih untuk Kesuburan Pria yang Perlu Diketahui
Perlu Konsultasi dengan Ahli
Foto: babycentre.co.uk
Jika Moms atau ibu hamil lainnya menderita talasemia atau memiliki riwayat keluarga talasemia, berbicara dengan ahli atau penasihat genetik adalah hal pertama yang harus dilakukan. Hal ini juga berlaku bagi ibu yang ingin merencanakan kehamilan.
Penasihat genetik adalah orang yang dilatih untuk membantu ibu hamil memahami tentang bagaimana penyakit ini menjadi genetik, cacat lahir, dan kondisi medis lainnya dan bagaimana mereka dapat memengaruhi kesehatan ibu dan sang bayi.
Bisa Menyebabkan Masalah Medis Lainnya
Foto: parenting.firstcry.com
Talasemia dapat menjadi penyebab banyak masalah kesehatan lainnya karena meningkatnya kelebihan zat besi dalam tubuh, termasuk komplikasi untuk organ utama, tulang dan hormon, yang berhubungan dengan kemungkinan gagal jantung, osteoporosis dan pubertas yang tertunda atau tidak lengkap.
Komplikasi ini juga dikaitkan dengan peningkatan risiko ibu dan bayi selama kehamilan, dengan risiko kardiomiopati dan diabetes ibu yang lebih tinggi serta terbatasnya pertumbuhan janin. Oleh karena itu, biasanya, perempuan dengan talasemia sebelum hamil akan memerlukan terapi induksi ovulasi untuk mencapai kehamilan.
Butuh Pengawasan Tim Kesehatan
Dengan cukup banyaknya resiko medis yang ada, tim kesehatan multidisiplin dibutuhkan untuk pengawasan. Perempuan dengan talasemia, harus dinilai oleh ahli jantung dan hematologis sebelum dan selama kehamilan mereka untuk memastikan pemeliharaan hemoglobin dan merencanakan kehamilan sesuai yang diingkan.
Terapi kelasi besi yang kompleks harus dirancang untuk perawatan kondisi medis selama kehamilan. Selain itu perempuan hamil dengan talasemia beta mayor juga direkomendasikan untuk transfusi darah.
Untuk perempuan dengan talasemia beta imtermediate, transfusi harus dipertimbangkan jika ada tanda anemia yang memburuk dan menghambat pertumbuhan janin.
Baca Juga: Merencanakan Kehamilan, Cek 10 Tanda Fisik Memasuki Masa Subur
Pemeriksaan Rutin Tiap Bulan
Foto: verywellfamily.com
Pemeriksaan bulanan selama kehamilan dan setiap dua minggu di trimester akhir sangat disarankan untuk semua perempuan hamil dengan talasemia.
Meskipun tidak ada bukti spesifik mengenai waktu atau cara persalinan, pemantauan janin terus-menerus sangat disarankan karena perempuan dengan talasemia dianggap berisiko lebih tinggi mengalami persalinan operatif.
Philip Owen, Chairman of the RCOG Guidelines Committee, mengatakan saran tersebut dianjurkan agar serangkaian rekomendasi komprehensif bisa dilakukan untuk mendukung dan memberi pengobatan terbaik bagi perempuan dengan talasemia sebelum dan selama kehamilan.
“Talasemia adalah kondisi darah bawaan yang umum, dimana skrining pasangan dan konseling genetik harus direkomendasikan sehingga bermanfaat bagi semua perempuan yang sedang hamil atau ingin memulai keluarga," katanya.
Hindari Stres
Foto: ecologyway.info
Stres kehamilan dapat membuat gejala talasemia lebih buruk. Jantung dan hati perempuan paling rentan selama kehamilan, seperti sistem endokrin yang mengeluarkan hormon dalam tubuh.
Masing-masing sistem ini harus dipantau secara ketat sebelum dan selama kehamilan pada perempuan dengan talasemia.
Perempuan dengan talasemia memiliki peningkatan risiko terkena diabetes tipe 1 dan stres kehamilan dapat memperburuk kondisi ini. Diabetes perlu dikontrol dengan baik sebelum dan sepanjang kehamilan.
Kebutuhan Multivitamin
Foto: healthyeating.sfgate.com
Asam folat merupakan kebutuhan nutrisi penting selama minggu-minggu awal kehamilan normal dan hal yang sama berlaku untuk perempuan dengan talasemia.
Selain membantu mencegah cacat tabung saraf pada bayi yang sedang berkembang, asam folat akan membantu mengurangi risiko ibu terkena jenis anemia khusus yang disebut anemia megaloblastik. Nutrisi dan suplemen lain mungkin diperlukan seperti yang ditentukan oleh dokter.
Baca Juga: Tidak Kalah Hits, Ini 5 Oleh-oleh khas Surabaya yang Tradisional Banget
Melahirkan Bayi Talasemia
Foto: momjunction.com
Anak-anak atau bayi dengan talasemia biasanya lahir secara normal, tetapi akan segera mengalami gejala pucat, sakit kepala, mudah lelah, sesak napas, penyakit kuning, dan pembesaran limpa.
Bayi talasemia mungkin tidak ingin makan dan mereka sering muntah setelah menyusu.
Jika bayi yang lahir memiliki tanda atau gejala talasemia setelah lahir, penyedia layanan kesehatan dapat memeriksa darahnya untuk mengetahui kondisinya.
Tes darah dilakukan untuk memeriksa sel darah merah bayi, ukuran, warna dan bentuk. Hal-hal ini dapat membantu penyedia layanan kesehatan mengetahui jenis talasemia yang mungkin dimiliki bayi tersebut.
Secara umum, Talasemia diobati dengan obat-obatan tertentu dan dalam beberapa kasus dibutuhkan transfusi darah reguler.
(RIE/ERN)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.