Mengenal Hemiparesis, Kondisi Lemahnya Salah Satu Sisi Tubuh
Hemiparesis merupakan kondisi medis yang bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari karena menyebabkan kelemahan pada satu sisi tubuh, baik sisi kanan maupun kiri.
Kondisi ini paling sering terjadi setelah seseorang mengalami stroke dan dapat berdampak besar pada kualitas hidup penderitanya.
Namun, dengan penanganan yang tepat, harapan untuk pemulihan tetap ada.
Baca Juga: Cara Menyembuhkan Stroke Sebelah Kiri yang Wajib Dipahami
Apa Itu Hemiparesis?
Melansir laman American Stroke Association, hemiparesis adalah kondisi kelemahan atau berkurangnya kemampuan bergerak pada satu sisi tubuh, yang sering terjadi setelah seseorang mengalami stroke.
Hemiparesis memengaruhi bagian tubuh mulai dari wajah, lengan, hingga kaki pada salah satu sisi.
Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari seperti berjalan, berpakaian, atau bahkan makan.
Gejala Hemiparesis
Hemiparesis ditandai oleh kelemahan pada salah satu sisi tubuh, yang dapat memengaruhi lengan, kaki, atau wajah.
Gejala hemiparesis dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi kerusakan otak. Berikut adalah beberapa gejala umum yang sering muncul:
- Kehilangan keseimbangan saat berdiri atau berjalan sehingga berisiko terjatuh
- Kesulitan untuk bergerak atau berjalan dengan stabil
- Penurunan kekuatan otot sehingga sulit untuk mengangkat benda atau melakukan gerakan sederhana seperti meraih sesuatu
- Kehilangan kontrol motorik halus sehingga sulit menulis, memegang benda kecil, atau mengancingkan pakaian
- Kelelahan otot meskipun hanya digunakan untuk aktivitas ringan, sehingga mengurangi kemampuan fisik secara keseluruhan
Baca Juga: Sering Nyeri Otot? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Penyebab Hemiparesis
Berikut penjelasan mengenai penyebab hemiparesis secara lengkap.
1. Stroke
Stroke adalah penyebab paling umum dari hemiparesis.
Melansir laman WebMD, pasokan oksigen ke bagian otak terputus saat stroke terjadi, sehingga menyebabkan sel-sel otak di area tersebut mati.
Jika area otak yang rusak mengontrol gerakan, kelemahan pada satu sisi tubuh dapat terjadi.
Biasanya, sisi tubuh yang terkena berlawanan dengan sisi otak yang mengalami kerusakan.
2. Cedera Otak Traumatis
Trauma fisik yang mengakibatkan kerusakan pada otak, seperti akibat kecelakaan mobil atau jatuh, dapat menyebabkan hemiparesis.
Cedera ini bisa memengaruhi fungsi otak yang mengontrol gerakan dan kekuatan otot di satu sisi tubuh.
3. Tumor Otak
Tumor yang tumbuh di otak dapat menekan area yang bertanggungjawab untuk gerakan dan menyebabkan hemiparesis.
Pertumbuhan tumor dapat merusak jaringan otak atau mengganggu aliran darah ke area otak tersebut, sehingga dapat mengakibatkan kelemahan pada satu sisi tubuh.
4. Infeksi Otak
Infeksi seperti meningitis atau ensefalitis dapat menyebabkan peradangan pada otak dan merusak area yang mengendalikan gerakan tubuh.
Jika peradangan terjadi di salah satu sisi otak, hemiparesis bisa menjadi salah satu dampaknya.
5. Penyakit Autoimun dan Inflamasi
Kondisi seperti multiple sclerosis atau lupus, yang menyerang sistem saraf, juga dapat menyebabkan hemiparesis.
Dalam kondisi ini, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan saraf, merusak jalur komunikasi antara otak dan otot.
6. Cedera Saraf Tulang Belakang
Kerusakan pada saraf tulang belakang, seperti akibat cedera atau penyakit, dapat mempengaruhi sinyal saraf ke otot dan menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan di satu sisi tubuh.
Baca Juga: 10 Latihan Keseimbangan Tubuh untuk Anak yang Mudah dan Menyenangkan!
Diagnosis Hemiparesis
Diagnosis hemiparesis dimulai dengan pemeriksaan medis yang menyeluruh untuk menentukan penyebab kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
Dokter akan melakukan evaluasi fisik dan beberapa tes penunjang untuk memahami tingkat keparahan hemiparesis dan mencari tahu penyebabnya.
Lebih lanjut, berikut adalah beberapa langkah dalam proses diagnosis hemiparesis:
1. Pemeriksaan Riwayat Medis dan Gejala
Dokter akan melakukan wawancara mengenai riwayat kesehatan pasien, termasuk apakah pasien pernah mengalami stroke, cedera kepala, atau memiliki kondisi medis lain yang dapat menyebabkan hemiparesis.
Pasien juga diminta untuk menjelaskan gejala yang dialami, seperti kapan kelemahan muncul, apakah ada kesulitan berbicara, berjalan, atau masalah keseimbangan.
2. Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengevaluasi kekuatan otot, refleks, dan koordinasi gerakan.
Dokter akan memeriksa apakah pasien dapat menggerakkan tangan, kaki, atau wajah secara normal, serta apakah ada kehilangan sensasi di area tertentu pada tubuh.
Tes neurologis juga dilakukan untuk menilai fungsi otak dan sistem saraf.
3. Tes Pencitraan Otak
Jika diperlukan, dokter akan melakukan tes pencitraan seperti CT scan atau MRI untuk memeriksa kerusakan otak yang mungkin menjadi penyebab hemiparesis.
Tes ini membantu mengidentifikasi adanya stroke, tumor, perdarahan, atau kerusakan lain di otak yang mempengaruhi gerakan tubuh.
4. Tes Elektromiografi (EMG)
Tes ini digunakan untuk memeriksa aktivitas listrik otot dan saraf yang mengendalikan gerakan.
EMG membantu menentukan apakah masalah kelemahan otot disebabkan oleh kerusakan saraf atau otot.
Baca Juga: Ini Penyebab dan Cara Mengatasi Sakit Sendi Saat Hamil
5. Tes Darah
Dokter mungkin juga akan memeriksa darah untuk mengetahui apakah ada infeksi, kelainan fungsi organ, atau gangguan autoimun yang dapat menyebabkan hemiparesis.
Tes darah juga dapat membantu mengevaluasi risiko stroke atau masalah pembekuan darah.
6. Evaluasi Tambahan
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin juga melakukan tes seperti angiografi untuk memeriksa aliran darah ke otak atau lumbal pungsi untuk mendeteksi infeksi atau perdarahan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang.
Pengobatan Kondisi Hemiparesis
Berikut beberapa metode penanganan yang umum diterapkan pada pasien penderita hemiparesis:
1. Fisioterapi
Fisioterapi adalah salah satu metode utama dalam penanganan hemiparesis.
Latihan-latihan fisik dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas, dan keseimbangan.
Terapi ini juga melibatkan latihan berjalan, koordinasi, dan aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan motorik halus.
Pasien biasanya diajari untuk melakukan latihan fisik yang dapat membantu mereka bergerak lebih bebas dan meningkatkan kontrol otot.
2. Terapi Okupasi
Terapi okupasi bertujuan untuk membantu pasien dalam mengatasi kesulitan dalam melakukan tugas sehari-hari, seperti makan, berpakaian, atau menggunakan toilet.
Terapi ini akan memberikan latihan dan strategi untuk mengembalikan kemampuan motorik tangan serta membantu pasien belajar cara menggunakan alat bantu untuk mendukung aktivitas sehari-hari.
3. Terapi Stimulasi Listrik
Stimulasi listrik merupakan prosedur di mana bantalan listrik kecil ditempatkan di otot-otot yang melemah untuk merangsang kontraksi otot.
Hal ini membantu memperkuat otot yang terkena hemiparesis dan meningkatkan kontrol gerakan.
Banyak alat stimulasi listrik ini dapat digunakan di rumah setelah dilatih oleh terapis.
4. Stimulasi Kortikal
Terapi ini melibatkan pemasangan elektroda di membran yang menutupi otak (dura).
Arus listrik kemudian dikirimkan ke otak untuk merangsang saraf selama sesi rehabilitasi.
Terapi stimulasi kortikal digunakan bersamaan dengan latihan rehabilitasi untuk meningkatkan fungsi saraf dan memperbaiki kemampuan motorik.
Baca Juga: 9 Obat Tradisional Badan Lemas dan Lesu agar Lebih Bertenaga
5. Terapi dengan Teknik mCIT (Modified Constraint-Induced Therapy)
Terapi ini dilakukan dengan cara membatasi penggunaan sisi tubuh yang normal sehingga pasien terdorong untuk menggunakan sisi yang mengalami kelemahan.
Metode ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan fungsi pada sisi yang lemah melalui latihan yang berulang.
6. Obat-obatan
Obat-obatan juga dapat digunakan untuk mengatasi penyebab dasar hemiparesis, seperti stroke atau infeksi otak.
Jika hemiparesis disebabkan oleh stroke, obat antikoagulan dan penghancur gumpalan darah (trombolitik) dapat digunakan untuk memperbaiki aliran darah ke otak.
Obat-obatan lain, seperti obat anti-inflamasi, dapat diberikan untuk mengurangi peradangan atau infeksi yang memengaruhi otak.
7. Penggunaan Alat Bantu
Dokter atau terapis fisik dapat merekomendasikan penggunaan alat bantu, seperti tongkat, alat bantu jalan, atau kursi roda, untuk membantu pasien bergerak lebih mudah.
Alat-alat ini dapat mencegah terjadinya cedera dan meningkatkan mobilitas pasien selama proses rehabilitasi.
8. Psikoterapi dan Dukungan Mental
Selain penanganan fisik, pasien hemiparesis mungkin juga memerlukan dukungan mental.
Psikoterapi dapat membantu pasien mengatasi stres, kecemasan, atau depresi yang mungkin muncul akibat keterbatasan fisik mereka.
Dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting dalam proses pemulihan.
Baca Juga: Gejala Penyempitan Tulang Belakang dan Penyebabnya
Komplikasi Hemiparesis
Jika tidak segera ditangani, hemiparesis dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:
- Kesulitan bernapas
- Kekakuan otot
- Penyusutan otot (atrofi)
- Kesulitan mengontrol buang air besar (inkontinensia tinja)
- Kesulitan buang air kecil (retensi urine) atau ketidakmampuan mengontrol buang air kecil (inkontinensia urine)
- Kelumpuhan
- Kerusakan otot yang bersifat permanen
Demikian informasi seputar hemiparesis yang sebaiknya diwaspadai.
Yuk, terapkan gaya hidup sehat agar terhindar dari kondisi ini, Moms.
- https://www.stroke.org/en/about-stroke/effects-of-stroke/physical-effects-of-stroke/physical-impact/hemiparesis
- https://www.healthline.com/health/hemiparesis
- https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/24952-hemiparesis
- https://www.webmd.com/stroke/what-is-hemiparesis
- https://www.stroke.org/en/about-stroke/effects-of-stroke/physical-effects/hemiparesis#:~:text=Hemiparesis%20is%20weakness%20or%20the,Loss%20of%20balance
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.