Jurus Ampuh Bertahan Hidup sebagai Ibu Bekerja dengan 2 Batita tanpa ART
Oleh Tyas Permana, 28 Tahun, Pegawai BUMN dan Seorang Ibu Dua Anak
Menjadi ibu yang bekerja dengan toddler dan baby mengajarkan saya banyak hal. Apalagi saya memutuskan tidak menggunaan jasa ART untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga maupun untuk mengasuh anak-anak.
Saya harus bertahan hidup agar tetap waras dengan segala kerepotan yang harus saya hadapi setiap harinya.
Bukan tanpa alasan saya memilih untuk tidak menggunakan jasa ART. Keputusan tidak menggunakan ART maupun nanny saya ambil karena ada rasa khawatir meninggalkan anak-anak dengan orang asing di rumah sendirian. Apalagi saya tinggal jauh dari orang tua maupun saudara.
Setelah hampir 5 tahun hidup tanpa ART dan 3 tahun tanpa nanny saya punya beberapa trik yang saya terapkan agar bisa survive dalam menjalani kehidupan ini. Trik ini bisa juga banget Moms gunakan.
Baca Juga: Anak Terlambat Bicara VS Anak Banyak Bicara: Saya Merasakan Keduanya
1. Menyelamatkan Diri
Saya mencontoh prinsip apabila ada kecelakaan pesawat. Kita harus menyelamatkan diri kita terlebih dahulu agar bisa menyelamatkan orang lain. Begitu pula dengan keadaan di rumah.
Saya harus isi diri saya dengan banyak tenaga (cukup makan, cukup istirahat) dan banyak tabungan ‘happy’ agar bisa mengurus kebutuhan keluarga dengan keadaan selalu happy.
Dulu saya selalu monomorsatukan anak hingga saya lupa dengan kebutuhan tubuh saya sendiri. Lalu saya sakit, stres, dan rumah malah makin nggak terurus. Oleh karena itu sekarang saya balik, saya harus sehat dan happy dulu agar bisa membuat seluruh keluarga sehat dan happy juga. Happy wife, happy family kan?
2. Menurunkan Standar dan Ekspektasi
Semua standar dan ekspektasi saya turunkan. Mulai dari kebersihan, kerapian, masakan enak, bahkan karir. Dulu saya risih apabila rumah belum dipel, sekarang bisa nyapu aja sudah bersyukur yang penting nggak ada benda berbahaya, minyak, maupun air berserakan di lantai.
Dulu baju untuk tidur harus disetrika, sekarang yang penting baju ke kantor dan baju anak-anak yang harus disetrika. Selebihnya biarkan sajalah hehehe, kalau sempat disetrika, kalau nggak sempat di-laundry setrika, atau biarkan saja menumpuk.
Saya juga biasanya membedakan menu makanan untuk sarapan, makan siang, dan malam. Sekarang yang penting saya masak untuk bekal suami dan anak-anak, satu menu untuk tiga kali makan.
Apalagi karir, saya termasuk pekerja yang karirnya gitu-gitu aja dan memang saat ini saya tidak berharap lebih. Yang penting setiap waktu anak saya butuh, saya bisa selalu hadir mendampingi mereka.
Tapi kembali lagi, semuanya itu pilihan, setiap keluarga memiliki pilihannya masing-masing.
Baca Juga: Minat Beli Rumah Subsidi? Pelajari Kelebihan dan Kekurangannya!
3. Berbagi Peran dengan Suami
Dari awal menikah kami sudah melakukan pembagian pekerjaan masing-masing.
Suami mengurusi segala urusan laundry, mulai dari memilah baju kotor, mencuci, dan menjemur. Sedangkan saya mengurus dapur, mulai dari mengolah makan hingga mencuci perabotan dan peralatan makan yang kotor.
Untuk beres-beres rumah kami melakukan bersama-sama, apabila kami lelah ya sudah besok lagi beres-beres rumahnya. Yang penting main dengan anak dulu.
4. Memilih Daycare Terbaik
Hidup jauh dari sanak saudara dan tanpa bantuan nanny, menitipkan anak ke daycare adalah salah satu solusi terbaik menurut saya dan suami. Dekat dengan kantor, ada supervisornya, cocok dengan program yang ditawarkan, menu makan yang diberikan sehat, itu sudah cukup untuk saya.
Tapi ternyata kemarin ketambahan bonus daycare dengan playground luas dan ada kolam renangnya, diawasi oleh dokter tumbuh kembang, mendapat laporan perkembangan anak setiap 3 bulan serta pemeriksan gigi tiap 6 bulan.
5. Melakukan Food Preparation
Sebenarnya lebih enak lagi kalau bisa katering harian, enggak perlu masak, terima beres. Tapi, saya memutuskan untuk memasak sendiri karena suami saya berangkat kantor pukul 05:00 jadi harus bawa bekal sekalian masak untuk anak-anak juga.
Nah biar enggak repot saya menerapkan food preparation untuk bahan-bahan mentah saya. Jadi setiap pagi tinggal cemplung-cemplung saja. Masakan yang dibuat juga yang simple seperti sup dan ayam goreng. Melelahkan memang ketika menyiapkannya, tapi percaya deh ini membantu sekali setiap pagi.
Baca Juga: Serunya Menjalani Kehamilan Pertama Jauh dari Suami sambil Berjuang Mendapatkan Beasiswa
6. Jangan Lupa Bahagia
Dalam keadaan seperti ini kita harus belajar untuk membuat diri kita bahagia dari hal sekecil apapun yang kita rasakan. Ini juga butuh latihan lho, Moms. Bisa makan siang di kantor dengan tenang tanpa diganggu kewajiban harus ngepel tumpahan sereal itu juga sudah jadi nikmat yang luar biasa.
Apalagi kalau kita punya waktu luang untuk melakukan hobi. Disempatkan untuk piknik juga, Moms. Enggak perlu ke Disneyland, main di taman kompleks rumah dengan anak-anak saja harus dibuat senang agar tidak stres atau bisa juga mengerjakan hobi.
Dan yang paling penting apabila ada perasaan enggak enak di dalam hati, komunikasikan dengan suami atau teman. Moms juga bisa bergabung dengan Whatsapp Group Orami. Moms bisa curhat di sana, jangan pernah memendam perasaan sendiri, nanti yang ada stres, terus ujung-ujungnya jadi enggak happy.
Ibunya saja nggak happy gimana mau bikin suasana rumah yang happy? Setuju tidak Moms?
Itulah beberapa tips yang bisa saya bagikan berdasarkan pengalaman. Terus semangat ya, Moms! Semoga ini menjadi amal ibadah kita.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.