Mengenal Kain NTT Melalui Beragam Jenis dan Motif Tenun yang Bernilai Seni Tinggi
Apakah Moms tahu tentang kain NTT?
Tak hanya memiliki kekayaan alam yang indah, Nusa Tenggara Timur atau NTT adalah provinsi yang sangat kaya akan warisan budaya seperti kain tenun.
Meski memiliki berbagai adat yang sedikit berbeda, tetapi untuk urusan kain tradisional, tenun menjadi salah satu kain NTT yang sangat mereka banggakan.
Kain NTT ini dikenal dengan nama tenun.
Selain itu, menenun sendiri diketahui sebagai kegiatan membuat sehelai kain dengan cara memasukkan benang pakan secara horizontal pada benang-benang, di mana biasanya telah diikat dan dicelupkan ke pewarna yang dibuat dari akar dan pepohonan.
Baca Juga: 7 Motif Kain Batik Sidomukti dan Filosofinya, Cocok Dijadikan Busana!
Mengenal Kain Tenun sebagai Kain NTT
Foto: tenun NTT (indonesia.go.id)
Faktanya, kegiatan menenun telah dikembangkan oleh setiap suku di Nusa Tenggara Timur secara turun-temurun demi pelestarian seni tenun itu.
Selain itu, tenun bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur dipandang sebagai harta berharga milik keluarga yang bernilai tinggi.
Harganya menjadi sangat tinggi karena tingkat kesulitan dalam proses pembuatan. Selain itu, model motif tenun yang dihasilkan penenun juga berbeda-beda.
Tak heran, proses menenun itu menghasilkan harga kain yang cukup mahal. Harga kain NTT bahkan bisa dijual hingga ratusan juta Rupiah.
Bahkan saking berharganya hasil karya tersebut, kain bekas pakai tersebut juga masih memiliki harga jual yang tinggi.
Dahulu kala, kain tenun dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yakni sebagai busana biasa.
Namun kemudian, cara memakai kain NTT ini berkembang untuk kebutuhan adat, seperti upacara, tarian, perkawinan, dan pesta.
Hingga kini, kain tenun juga biasa digunakan sebagai selendang, sarung, selimut, hingga pakaian.
Masyarakat Nusa Tenggara Timur diperkirakan sudah ada sejak 3.500 tahun yang lalu. Kerajaan pertama masyarakat NTT telah berkembang pada abad 3 Masehi.
Sejak itulah diperkirakan masyarakat setempat sudah mengenal seni dan budaya, seperti misalnya kegiatan menenun.
Baca Juga: 8 Jenis Kain untuk Gamis, Adem dan Nyaman!
Jenis dan Motif Kain NTT
Foto: kain tenun NTT (tripsumba.com)
Menurut proses produksi, jenis dan motif kain NTT ini terbagi menjadi beberapa jenis. Yaitu, tenun ikat, tenun buna, dan tenun lotis atau sotis atau songket.
Berikut penjelasannya:
1. Tenun Ikat
Seperti namanya, tenun ikat memiliki proses pembentukan motif dengan cara pengikatan benang. Di NTT, benang lungsi lah yang akan diikat dan akan menghasilkan motif yang unik.
Dalam pembuatan kain tenun ikat, maka benang akan digabungkan secara memanjang dan melintang.
2. Tenun Buna
Sementara untuk proses tenun buna adalah menenun untuk membuat corak atau motif pada kain dengan menggunakan benang yang terlebih dahulu telah diwarnai.
Alhasil, teknik ini menghasilkan motif dengan berbagai warna yang begitu memikat mata.
Baca Juga: 12 Jenis Kain untuk Dress, Mulai dari Katun hingga Brokat!
3. Tenun Lotis
Ini adalah kain khas NTT yang sering disebut dengan kain songket dan memiliki proses pembuatan yang mirip dengan tenun buna.
Warnanya identik dengan warna dasar gelap seperti hitam, cokelat, biru tua, dan merah hati.
Perajin tenun biasa menggunakan pewarna alami seperti tauk, mengkudu, kunyit, dan tanaman lainnya.
Namun di zaman modern, banyak perajin yang juga telah beralih menggunakan zat warna kimia karena umumnya lebih banyak keunggulan.
Yakni, bisa mempercepat proses pengerjaan, tahan luntur dan sinar, tahan gosok, serta warnanya juga lebih beragam.
Selain itu, di masyarakat NTT, motif tenun dapat mencirikan dari mana si pemakai berasal. Sebab, dalam motif tenun tergambar ciri khas suatu suku atau pulau yang ia diami.
Motif di kain tenun merupakan wujud dari kehidupan masyarakat dan bentuk ikatan emosional yang erat dengan masyarakat tersebut.
Masyarakat NTT begitu bangga dan senang menggunakan tenunan asal sukunya, dan sebaliknya mereka akan canggung dan malu jika menggunakan tenunan dari suku lain.
Tiap kerajaan, kelompok suku, wilayah dan pulau juga menciptakan sejumlah pola atau motif hiasan yang khas pada tenunannya.
Kemudian, diturunkan dengan cara mengajarkan kepada anak cucu mereka supaya kelestarian seni tenun terus terjaga.
Misalnya, tenun dari Sumba Timur memiliki motif tengkorak.
Di Maumere, motifnya lebih menggambarkan hujan, pohon, dan juga ranting.
Bisa jadi motif-motif itu terinspirasi dari masyarakat zaman dahulu yang keluar rumah dan melihat alam sekitar, sehingga muncullah motif alam tersebut.
- https://www.indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/tenun-ntt-harta-keluarga-yang-bernilai-tinggi
- https://pariwisataindonesia.id/headlines/kain-tenun-ikat-khas-ntt/
- https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/12/18/kain-tenun-ntt
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.