06 Desember 2024

Karakter Anak: Perkembangan, Jenis, dan Cara Mengasahnya

Si Kecil tipe sanguinis atau melankolis, Moms?

Karakter anak terkadang dapat terbentuk dengan cepat, bahkan secara tidak Moms sadari.

Pernah terkejut melihat Si Kecil tiba-tiba sangat bergantung dan menginginkan kehadiran Moms di setiap kegiatan di sekolah?

Atau, anak tiba-tiba menjadi banyak bertanya dan memiliki rasa penasaran yang lebih dalam dari sebelumnya?

Jangan heran, Moms, itu merupakan wujud karakter anak usia dini yang sudah mulai terbentuk.

Apakah buah hati Moms sudah menunjukkan perilaku yang sedikit berbeda dan menunjukkan karakteristik dirinya?

Agar tidak salah kaprah, perhatikan informasi di bawah ini, yuk!

Tahapan Perkembangan Karakter Anak Berdasarkan Usia

Karakteristik Usia Anak
Foto: Karakteristik Usia Anak (Orami Photo Stocks)

Setiap buah hati memiliki tahap pertumbuhan yang berbeda-beda. Demikian juga dalam pembentukan karakter anak.

Pada umumnya, karakter anak mulai tampak saat Si Kecil menginjak usia-usia tertentu.

Berikut ini karakter anak usia dini dan contohnya berdasarkan tahapan usia:

1. Usia 0-1 Tahun: Merespons Orang Lain

Meski mereka masih sangat kecil, bayi di usia tersebut sudah menunjukkan sifatnya dalam merespons suatu objek.

Apakah respons yang ditunjukkan sangat aktif atau sedikit pasif merupakan gambaran dari karakter tersebut.

Mereka juga masih sangat bergantung pada orang lain dan senang saat bertatap muka, disentuh, digendong, diajak bercanda, diajak berbicara, dan diajak bermain.

2. Usia 1-2 Tahun: Eksplorasi Hal Baru dan Mengembangkan Rasa Ingin Tahu

Karakter anak yang sangat ingin tahu banyak hal umumnya terbentuk di usia 1-2 tahun.

Rasa ingin tahunya akan membuat dia menemukan hal-hal baru dan bereksplorasi dengan lingkungannya.

Biasanya mereka membutuhkan alat atau tempat untuk mengembangkan keingintahuannya tersebut.

Dalam menilai sesuatu, anak akan lebih meyakini apa yang mereka lihat dan bukan secara logika.

Karena itu, dampingi anak-anak saat menonton televisi. Orang tua juga perlu memberikan contoh sikap yang baik demi membentuk karakter anak yang baik pula.

“Sebab pada kebanyakan anak, rasa ingin tahu tersebut dapat memudar,” ungkap dr. Bruce D. Perry, M.D., Ph.D., seorang professor of psychiatry and behavioral sciences di Feinberg School of Medicine di Chicago, Illinois, dilansir dari Learning Lift Off.

Maka dari itu pastikan untuk mendorong rasa ingin tahu anak-anak, Moms bisa membawa mereka ke tempat-tempat baru dan mengajari hal-hal baru.

Moms juga bisa mengajukan pertanyaan untuk membuat mereka tetap tertarik dengan dunia di sekitar.

3. Usia 2-3 Tahun: Menunjukkan Ego, Kemauan dan Cara Pandang Sendiri

Orang tua tidak perlu heran saat Si Kecil tiba-tiba mulai menunjukkan egonya serta punya kemauan dan cara pandang sendiri terhadap suatu hal.

Contohnya, saat hendak bepergian, mereka tiba-tiba membuka lemari pakaian dan memilih sendiri baju yang ingin dipakai saat itu.

Bahkan, saat anak memilih tas dan sepatu yang diinginkan saat berbelanja di mal.

Ini merupakan salah satu karakter anak yang akan tampak di usia tersebut.

Mudah merasa kasihan juga merupakan karakter selanjutnya yang terbentuk saat mereka berusia 3 tahun.

Jadi, jangan heran jika dia tiba-tiba menangis saat menonton film yang menyedihkan, atau melihat tangan Moms tergores pisau.

Meskipun demikian, sifat humoris dan suka menghibur akan mulai tampak di usia tersebut.

Dia akan senang menyembunyikan sesuatu dan pura-pura bertanya pada Moms.  Lucu juga, ya, Moms!

4. Usia 3-5 Tahun: Mulai Ingin Bermain dan Bergaul dengan Teman Sebaya

Senang menjadi pusat perhatian biasanya menjadi salah satu karakter anak yang terbentuk di usia tersebut.

Namun demikian, jiwa sosialnya juga lebih matang karena pada usia ini anak sudah mulai bisa bergaul dengan orang lain.

Keinginan untuk bermain dengan teman sebaya merupakan bukti bahwa anak memiliki sifat yang suka bekerja sama dan berbagi.

Dalam bergaul dengan teman sebaya, tidak menutup kemungkinan akan timbul konflik kecil di antara anak-anak.

Dari situlah anak akan mengembangkan banyak sifat, seperti:

  • Pemarah
  • Pemaaf
  • Penghibur
  • Suka berbagi

Dari sedikit gambaran tersebut, orang tua bisa memahami pentingnya meningkatkan kedekatan dengan sang buah hati.

Hal ini akan membantu pembentukan karakter anak yang baik serta membantu mereka menghadapi ragam karakter yang ada di sekelilingnya.

Tipe Karakter Anak

Karakterisik Anak Usia Dini
Foto: Karakterisik Anak Usia Dini (Freepik.com)

Setiap anak dilahirkan dengan karakter khas masing-masing, yang juga menjadi pembedanya dengan orang lain.

Karakter anak yang berbeda ini memunculkan keragaman dan keunikan setiap anak.

Namun, di satu sisi perbedaan ini cukuplah menyulitkan, khususnya dalam hal membangun relasi dan memahami satu sama lain.

Melansir dari Parents, orang tua harus mengenali karakteristik anak dengan baik sejak dini. Apa sajakah itu?

1. Sanguinis

Si Kecil selalu tersenyum dan senang bercanda? Bisa jadi dia termasuk sanguinis, Moms.

Para sanguinis memiliki kecenderungan untuk mencari perhatian, kasih sayang, dukungan, dan pengakuan dari orang-orang di sekitar mereka.

Karakter anak sanguinis antara lain:

  • Energik
  • Ramah
  • Memberikan kesan ceria dalam kondisi apapun
  • Suka memotivasi orang lain

Anak dengan karakter sanguinis juga biasanya akan memulai pembicaraan, bersifat optimis, dan dapat dengan mudah berteman dengan siapapun.

Namun, mereka biasanya memiliki pola yang tidak teratur dalam menjalankan aktivitas, serta mudah emosional.

Karakteristik anak ini sangat sensitif terhadap apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka.

2. Melankolis

Berbeda dari tipe sanguinis yang gemar berbicara, karakter anak melankolis dikenal sebagai anak-anak yang tenang dan pendiam.

Mereka benar-benar seorang pecinta kesunyian dan ketenangan.

Sifat perfeksionis yang dimiliki melankolis membuat mereka menjadi mudah kecewa juga pesimis ketika usaha dan kerja keras mereka tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. 

Karakter anak melankolis juga memiliki ciri, seperti:

  • Sifat pemikir
  • Perfeksionis
  • Tidak suka diganggu

Mereka terbiasa melakukan pekerjaannya sendirian, meski begitu hasilnya selalu sistematis dan tepat waktu. 

Meski memilih sendirian, anak-anak ini sebenarnya membutuhkan dukungan, kepekaan, dan pengertian dari orang lain, terutama dari orang tua.

Dukungan dari orang terdekat membuat mereka lebih bersemangat dalam mengerjakan aktivitas mereka.

Mereka juga senang jika keluarga dan sahabat memberikan anak-anak ruang untuk berkreasi dan bekerja.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui cara mendidik anak ini.

3. Koleris

Anak-anak yang terlahir dengan sifat koleris biasanya cocok menjadi pemimpin saat dewasa kelak.

Anak berkepribadian koleris cenderung mencari kesetiaan dan penghargaan dari orang lain atas kemampuan dirinya.

Koleris memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Memiliki sikap tegas
  • Berorientasi pada tujuan
  • Dapat mengatur sebuah tindakan dengan cepat

Biasanya anak koleris juga menyukai tantangan dan dapat dengan mudah menyelesaikan tugas yang sulit sekalipun.

Kedisiplinan dan kemampuan mereka untuk tetap fokus terhadap suatu hal membuat dirinya berpotensi menjadi seorang pemimpin yang baik.

Namun, hal tersebut juga dapat menyebabkan diri mereka menjadi workaholic, keras kepala, dan tidak peka terhadap perasaan orang lain.

Terkadang, mereka memiliki sifat alpha yang cukup dominan. Cara mendidik anak alpha juga perlu Moms perhatikan.

4. Plegmatis

Si Kecil dengan karakter anak ini biasanya memiliki pembawaan yang selalu merasa cukup terhadap apa yang dimiliki.

Bagi orang lain, karakter anak plegmatis terlihat lebih lambat, namun hal tersebut bukan karena mereka tidak sepintar dan setangkas orang lain.

Ini justru karena mereka memiliki penguasaan diri yang baik dan awas terhadap lingkungan sekitarnya.

Mereka bahkan mampu mengatakan hal yang tepat pada waktu yang tepat. Ciri lainnya adalah:

  • Sederhana
  • Mencari kedamaian dengan lebih banyak diam
  • Tidak mudah bergaul

Meskipun, sesungguhnya mereka menyukai berada di dekat orang banyak, dan mampu menyeimbangkan diri mereka sendiri.

Pada dasarnya anak dengan tipe ini tidak menyukai risiko dan tantangan, mereka juga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri terhadap suatu perubahan.

Walaupun mereka cenderung menghindari masalah yang dapat membebankan diri mereka, tetapi mereka dapat menyelesaikan tugas di bawah tekanan.

Anak dengan tipe ini juga merupakan individu yang setia serta selalu berusaha menghormati keluarga mereka dan membantu orang yang membutuhkan pertolongan.

Faktor yang Mempengaruhi Karakter Anak

Faktor yang mempengaruhi karakter anak sangat beragam dan melibatkan berbagai aspek dari lingkungan, keluarga, hingga genetik.

Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor utama yang berkontribusi pada pembentukan karakter anak:

1. Faktor Genetik

Karakteristik dasar anak sering kali dipengaruhi oleh faktor genetik yang diturunkan dari orang tua. Ini mencakup sifat fisik, kapasitas intelektual, dan beberapa perilaku dasar.

Genetik memberikan dasar bagi potensi anak, tetapi bukan satu-satunya penentu.

2. Latar Belakang Keluarga

Keluarga merupakan faktor paling signifikan dalam pembentukan karakter anak. Status sosial ekonomi, pendidikan orang tua, dan interaksi dalam keluarga sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.

Keluarga yang mendukung dan memberikan komunikasi positif dapat membantu anak mengembangkan karakter yang baik.

3. Lingkungan Sosial

Lingkungan di luar keluarga, termasuk teman sebaya dan komunitas, juga mempengaruhi karakter anak.

Anak-anak belajar dari interaksi mereka dengan orang lain dan sering kali meniru perilaku yang mereka lihat di luar rumah.

Oleh karena itu, lingkungan sosial yang positif sangat penting untuk perkembangan karakter.

4. Budaya

Budaya tempat anak dibesarkan membentuk nilai-nilai dan norma yang mereka anut.

Ini termasuk tradisi, kepercayaan, dan praktik sosial yang dapat mempengaruhi cara pandang anak terhadap dunia dan perilakunya sehari-hari.

5. Sikap dan Perilaku Orang Tua

Sikap orang tua berperan besar dalam pembentukan karakter anak.

Anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka, sehingga penting bagi orang tua untuk memberikan contoh yang baik dalam tindakan sehari-hari.

Pola asuh yang diterapkan juga mempengaruhi bagaimana anak memahami disiplin dan tanggung jawab.

6. Pendidikan

Pendidikan formal dan informal juga menjadi faktor penting dalam pembentukan karakter.

Pengalaman belajar yang positif dapat meningkatkan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan baik di masyarakat dan mengembangkan sifat-sifat seperti disiplin dan empati.

Cara Membentuk Karakter Anak

Sifat dan Karakter Anak
Foto: Sifat dan Karakter Anak (Orami Photo Stocks)

Walau Moms tidak bisa mengubah karakter anak sepenuhnya, tapi ada hal-hal yang bisa Moms berikan agar mereka tumbuh menjadi sosok positif, seperti:

  • Ramah
  • Rajin
  • Membawa hal positif bagi sekitar

Didikan karakter sejak dini ini bersifat umum, sehingga dapat diaplikasikan ke berbagai jenis karakter anak dengan tujuan yang sama.

Nantinya, anak akan mengolah didikan tersebut dan disesuaikan dengan karakternya masing-masing.

Melansir dari Learning Lift Off, berikut ini cara membangun karakter anak sedari dini yang bisa Moms ajarkan pada Si Kecil:

1. Menjadi Role Model

Orang tua yang menunjukkan kualitas karakter yang baik dapat menanamkan nilai-nilai tersebut pada anak sehingga mereka ingin menirunya.

Moms bisa menunjukkan kualitas ini dengan menjadi contoh atau role model dan mulai dari hal-hal sederhana, antara lain:

  • Bersikap baik
  • Jujur
  • Dapat dipercaya
  • Adil
  • Penuh kasih sayang
  • Dapat menghormati
  • Peduli pada sesama

Anak pun akan berpikir bahwa perilaku tersebut dapat membawa kebahagiaan dan kedamaian bagi keluarga sehingga mencoba menanamkannya dalam diri mereka sendiri.

2. Menceritakan Kisah dan Kehidupan

Kasih Sayang Ibu
Foto: Kasih Sayang Ibu (Orami Photo Stock)

Moms dan Dads bisa menggunakan suatu cerita untuk mengajarkan pelajaran moral untuk membentuk karakter anak sedari dini. 

Di momen ini, Moms dapat menanamkan rasa cinta Tanah Air dan bangga menjadi bangsa Indonesia pada anak. 

Selain itu, menceritakan kisah-kisah tentang kehidupan Moms juga dapat memberi pelajaran mengenai nilai-nilai dan etika pada anak.

Mengajak anak berdiskusi mengenai cerita yang memiliki pesan moral juga dapat memperkuat nilai yang Moms ajarkan.

Sebaliknya ketika anak bercerita, seperti mengenai kehidupannya di sekolah ataupun temannya, dengarkan dan berilah respons yang baik.

Komunikasi dua arah dengan cara menarik dapat membuat anak tertarik untuk mempelajari dan membangun karakter yang baik.

3. Ajarkan untuk Mengendalikan Diri

Mengajari anak mengendalikan diri merupakan bagian penting dalam pembentukan karakter anak.

Kemampuan dalam mengendalikan diri akan memengaruhi pilihan dan pemikirannya hingga dewasa kelak.

Dalam membantu Si Kecil mengendalikan diri, Moms dapat mengajarkannya melakukan self-talk.

Ketika melakukan self-talk, anak harus mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak bereaksi secara berlebihan terhadap suatu hal.

Juga tidak menyalahkan orang lain atas kesalahannya, serta selalu berpikir sebelum bertindak.

Sehingga mereka dapat mengendalikan tindakannya.

4. Menunjukkan Empati

Empati
Foto: Empati (Freepik.com/shurkin_son)

Menunjukkan empati pada anak dapat memungkinkan orang tua untuk mengajarkan semua nilai karakter yang dimilikinya pada Si Kecil.

Ketika anak merasa bahwa orang tua memahami dan sangat memperhatikannya, maka mereka akan memiliki motivasi untuk mempelajari nilai dan karakter anak yang Moms ajarkan.

Bantu pula Si Kecil untuk mengembangkan rasa empati dalam dirinya sehingga anak dapat belajar memahami kondisi orang lain, dan berbagi pada sesama.

Hal ini tentu akan sangat mulia untuk dilakukan.

5. Memberi Peluang untuk Berlatih

Si Kecil tentu harus mempraktikkan apa yang dipelajarinya, termasuk mengenai pembentukan karakter anak.

Tak hanya sekadar melihat dan mendengar apa yang diajarkan oleh orang tua atau guru, anak juga membutuhkan pengalaman langsung untuk menghasilkan karakternya sendiri.

Misalnya, ketika anak memiliki kesempatan untuk membuat keputusan, maka bantulah dia melihat hal positif dan mengambil tindakan.

Ini dapat membantunya untuk memperkuat karakter yang mereka bangun.

Terkadang mungkin sulit untuk melakukannya, namun pastikan Moms membantu anak.

Membangun karakter anak memang bukan perkara yang mudah. Namun, Moms sebagai orang tua tetap harus mengambil tantangan ini.

Selain dari didikan orang tua, faktor temperamen serta lingkungan juga sangat berpengaruh pada karakter anak, lho.

Jika orang tua dapat memahami dan mendampingi buah hatinya dengan pola asuh yang sesuai, maka hubungan dengan anak juga bisa semakin harmonis.

Semoga berhasil membimbing Si Kecil agar bisa memiliki karakter yang positif, ya, Moms!

  • https://www.learningliftoff.com/10-key-characteristics-you-need-to-teach-your-child/
  • https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/development/social/5-qualities-to-nurture-in-your-child/
  • https://www.verywellfamily.com/child-personality-3287990
  • https://www.nymetroparents.com/article/how-to-raise-a-kid-with-character
  • https://www.verywellfamily.com/ways-to-build-character-in-children-620266
  • https://blog.schoolspecialty.com/strategies-for-building-childs-character/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.