Kembali Mewabah, Ini 5 Gejala Difteri pada Anak yang Harus Segera Ditangani
Difteri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Penyakit yang menginfeksi saluran pernapasan atas ini bahkan bisa sampai menginfeksi kulit dan selaput lendir.
Selain menyerang orang dewasa, difteri ternyata juga dapat menyerang si kecil, lho, Moms. Kira-kira apa, ya, penyebab penyakit ini? Yuk, kita simak ulasan berikut:
Penyebab dan Penularan Difteri
Bakteri Corynebacterium diphtheria yang merupakan penyebab penyakit difteri dapat menyebar dengan mudah, terutama kepada mereka yang tidak mendapatkan vaksin difteri.
Mudahnya proses penyebaran ini membuat Moms harus semakin waspada akan penularannya. Nah, berikut hal-hal yang harus Moms waspadai untuk si kecil:
- Terhirup percikan ludah dari penderita yang bersin atau batuk
- Menyentuh barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, seperti mainan
- Bersentuhan dengan luka terbuka yang dimiliki penderita
Setelah terinfeksi, selanjutnya bakteri tersebut akan menghasilkan racun yang dapat membunuh sel-sel dalam tenggorokan. Sel-sel mati tersebut akan membentuk lapisan tipis abu-abu pada tenggorokan. Racun tadi juga berpotensi menyebar dalam aliran darah dan merusak jantung, ginjal, serta sistem saraf.
Gejala Difteri
Penyakit difteri memiliki masa inkubasi umumnya 2-5 hari. Gejala awal yang muncul pada si kecil biasanya berupa:
- Sakit tenggorokan ringan dan demam tinggi
- Pembengkakan kelenjar limfa pada bagian leher
- Lemah dan lesu
- Kesulitan bernapas atau bernapas dengan cepat
- Hidung mengeluarkan lendir bahkan sesekali darah
Selain itu, karena kuman difteri dapat mengeluarkan zat racun (eksotoksin), penyakit ini juga dapat menimbulkan kematian secara mendadak dan kelumpuhan pada saraf-saraf tepi.
Pengobatan dan Pencegahan Difteri
Ketika si kecil tertular difteri, Moms harus segera membawanya ke dokter. Sebab, dokter akan melakukan perawatan dalam ruang isolasi di rumah sakit. Langkah pengobatan akan dilakukan dengan 2 jenis obat, yaitu antibiotik dan antitoksin.
Antibiotik diberikan guna membunuh bakteri dan menyembuhkan infeksi. Dosis penggunaan antibiotik tergantung pada tingkat keparahan gejala dan lama menderita difteri.
Setelah keluar dari ruang isolasi, sangat penting bagi penderita untuk tetap menyelesaikan konsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter, yaitu selama 2 minggu.
Tadi adalah langkah pengobatan. Untuk pencegahan difteri dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
- Imunisasi dasar lengkap (DPT-HB sebanyak 3 kali)
- Imunisasi DT saat anak menginjak usia sekolah dasar
- Lanjut imunisasi TD
Baca juga: Apa Saja 5 Imunisasi Wajib bagi Bayi?
Cara lain untuk melakukan pencegahan adalah dengan:
- Menjaga kebersihan lingkungan dan badan.
- Menghindari kontak langsung dengan penderita.
- Menjaga kebugaran tubuh
- Mengonsumsi makanan bergizi
Semoga anak-anak kita terhindar dari difteri, ya, Moms.
(MDP)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.