Laringomalasia, Kondisi Kelainan Bawaan pada Laring
Congenital laryngomalacia atau laringomalasia adalah suatu kelainan bawaan lahir di mana kondisi struktur laring (saluran napas atas) belum matang ketika bayi dilahirkan.
Saat bayi menarik napas, bagian laring di atas pita suara, jatuh, dan menghalangi jalan napas bayi untuk sementara. Inilah yang menyebabkan timbulnya suara dengkuran.
Hal ini senada dengan penjelasan dari dr. Syahrial, M. H, Sp.THT-KL (K), Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher Konsultan Laring Faring RS Pondok Indah – Pondok Indah.
"Pada kondisi ini, ketika bayi bernapas akan terisap oleh aliran udara inspirasi (kolaps) sehingga menutupi saluran napas itu sendiri dan menyebabkan sumbatan napas sehingga bayi tampak sesak," jelas dr. Syahrial.
Lalu, apa ya penyebab suara napas bayi terdengar sangat berisik seperti dengkuran?
Apakah berbahaya bagi bayi dan membutuhkan pengobatan serius? Simak selengkapnya, Moms.
Baca Juga: Mengenal Hemangioma, Tumor Jinak pada Bayi yang Bisa Ganggu Pernapasan
Penyebab Laringomalasia
Foto ilustrasi laringomalasia (Sumber: Orami Photo Stock)
Sayangnya, penyebab laringomalasia masih belum diketahui secara jelas, Moms.
"Penyebab pasti dari laryngomalacia belum diketahui pasti. Diduga karena tulang rawan laring yang belum matang sehingga bersifat lentur disertai gangguan integrasi saraf laring," ungkap dr. Syahrial.
Namun menurut para ahli respiratori anak di Rumah Sakit Anak Monroe Carell Jr Vanderbilt, Nashville, Texas, kondisi ini dianggap sebagai perkembangan abnormal tulang rawan laring atau bagian lain dari pita suara.
Penyebabnya diduga akibat dari kondisi neurologis yang memengaruhi saraf pita suara. Jika disertai penyakit GERD, kondisi ini dapat menyebabkan pernapasan bayi menjadi lebih buruk.
"Hampir 60 persen lebih bayi dengan laryngomalacia memiliki penyakit refluks asam lambung yang menyertainya. Refluks menyebabkan iritasi dan pembengkakan pada laring yang berpotensi memperberat sumbatan," tambah dr. Syahrial.
Penyebab lainnya diduga merupakan kelainan yang diturunkan oleh orang tua, meskipun bukti untuk penyebab ini masih belum cukup kuat.
Terkadang kelainan bawaan ini juga dihubungkan dengan cacat lahir tertentu, seperti disgenesis gonad dan sindrom Costello.
Namun, anggota keluarga dengan sindrom tertentu tidak selalu memiliki gejala yang sama dan tidak semuanya menyebabkan laringomalasia.
Baca Juga: Mengenal Harlequin Ichthyosis, Kondisi Kulit Bersisik pada Bayi yang Bisa Bikin Susah Bernapas
Posisi Tidur Bagi Penderita Laringomalasia
Foto bayi tidur tengkurap (Sumber: Orami Photo Stock)
Menurut American Thoracic Society, bagi penderita laringomalasia, posisi tidur telentang umumnya bisa menyebabkan suara dengkuran menjadi lebih terdengar dan menjadi lebih parah.
Dengan mengubah posisi selain telentang, bisa meredakan suara napas yang mendengkur dan sekitar 10 persen bayi, gejala akan memburuk saat tidur, terutama saat tidur telentang.
Akan lebih baik jika Si Kecil tidur dalam posisi tengkurap dan miring ke kanan atau kiri. Hal ini juga senada dengan penjelasan dr. Syahrial.
"Gejala dan kondisi bayi akan membaik ketika bayi dalam posisi tengkurap atau miring.
Untuk memperbaiki gejala saat menyusui dapat dilakukan modifikasi tekstur dengan mengentalkan susu formula/ASI, dan posisi tegak saat menyusui," jelas dr. Syahrial.
Nah upaya-upaya yang sudah disebutkan di atas, biasanya bisa membantu Si Kecil untuk tidak mengeluarkan suara dengkuran yang cukup parah, Moms.
Namun dalam beberapa kasus, suara bayi mendengkur tidak bisa sepenuhnya hilang di saat posisi sudah tengkurap atau telentang, tapi posisi inilah yang terbaik bagi penderita laringomalasia.
Perawatan Laringomalasia
Foto ilustrasi pemberian obat (Sumber: Orami Photo Stock)
Moms tidak perlu terlalu cemas, ya, sebab sebagian kasus kondisi ini bisa hilang dengan sendirinya ketika Si Kecil beranjak usia 1 tahun.
Namun apabila kondisi Si Kecil tidak kunjung sembuh atau semakin memburuk, ada pengobatan dan pembedahan yang mungkin bisa dilakukan.
Melansir dari Cleveland Clinic, berikut pengobatan yang umum dilakukan bagi penderita congenital laryngomalacia
1. Obat-obatan
Jika kondisi mendengkur ini disebabkan oleh GERD, maka dokter kemungkinan akan memberikan obat untuk mengobati gejala anti-refluks.
Sebab, seperti yang disinggung di atas, GERD berperan penting sebagai salah satu penyebab yang membuat kondisi ini menjadi lebih buruk.
Maka penting agar refluks tetap terkendali agar laringomalasia tidak turut memburuk.
2. Operasi
Pembedahan laringomalasia dilakukan dengan memotong atau memangkas jaringan yang lemah dan terkulai di atas kotak suara.
Biasanya tindakan ini disebut sebagai supraglottoplasty dan pastinya dilakukan di bawah anestesi, ya Moms sehingga penderitanya tidak akan merasakan sakit saat operasi.
3. Pemasangan Selang Makan (NGT)
Menurut dr. Syahrial, pemasangan selang makan ini dilakukan bagi penderita yang sudah mengalami gangguan menyusu, gangguan makan, gangguan metabolik, dan gangguan tumbuh kembang.
"Tatalaksana selain kontrol postur tubuh, pemasangan selang makan (NGT) dan pengontrolan asam lambung, kemungkinan harus dilakukan tindakan operasi.
Hal ini juga berlaku apabila bayi mengalami kebiruan sampai memerlukan perawatan intensif (ICU)," jelas dr. Syahrial.
Baca Juga: Pernapasan Dada dan Pernapasan Perut, Mana yang Lebih Baik?
Tanda dan Gejala Laringomalasia pada Bayi
Foto bayi menangis (Sumber: Orami Photo Stock)
Bayi yang lahir dengan laringomalasia dapat menunjukkan gejala sesaat setelah dilahirkan. Bahkan gejalanya menjadi semakin jelas hanya dalam beberapa minggu pertama kehidupan.
Tidak jarang, pernapasan yang terdengar seperti dengkuran ini memburuk sebelum kemudian membaik dengan sendirinya, biasanya sekitar 4-8 bulan.
Dirangkum dari data Genetic and Rare Disease Information Center, beberapa gejala yang ditunjukkan bayi 18-20 bulan dengan laringomalasia meliputi:
- Mengi atau napas terdengar grok grok. Sering kali menjadi lebih buruk ketika bayi sedang menyusu, gelisah, menangis atau tidur telentang.
- Kesulitan makan.
- Suara bernada tinggi.
- Berat badan buruk.
- Sering tersedak saat makan.
- Sleep apnea.
- Sianosis atau membiru.
- Menarik leher dan dada setiap bernapas.
- Aspirasi (menghirup makanan ke paru-paru).
- Refluks gastroesofagus.
Itu dia Moms, beberapa gejala bayi kemungkinan mengalami laringomalasia.
Baca Juga: Bayi Mengeluarkan Suara Saat Tidur Apakah Normal?
Tingkat Keparahan Laringomalasia dan Bahayanya
Foto bayi tengkurap (Sumber: Orami Photo Stock)
Laringomalasia memiliki berbagai tingkat keparahan, mulai dari ringan, sedang atau berat.
Menurut data yang diperoleh dari Children's Hospital, sekitar 99 persen bayi dengan laringomalasia memiliki laringomalasia ringan atau sedang.
Meski demikian, Moms tetap perlu waspada dan memahami tingkat keparahan laringomalasia pada bayi berikut ini.
1. Laringomalasia Ringan
Bayi dengan laringomalasia ringan memiliki pernapasan yang bising (stridor inspirasi).
Tidak ada obstruksi jalan napas yang signifikan, tidak ada kesulitan makan, atau gejala lain yang berhubungan dengan laringomalasia.
Pernapasan bayi yang bising mungkin terasa mengganggu, tetapi tidak menyebabkan masalah kesehatan lainnya.
Bayi dengan laringomalasia ringan biasanya akan membaik dengan sendirinya pada usia 12 hingga 18 bulan.
Meskipun bayi Moms mungkin menderita laringomalasia ringan, tetap penting untuk selalu memperhatikan tanda dan gejala laringomalasia karena bisa saja memburuk sewaktu-waktu.
2. Laringomalasia Sedang
Foto ilustrasi ibu dan bayi (Sumber: Orami Photo Stock)
Bayi dengan laringomalasia sedang memiliki pernapasan yang bising atau stridor inspirasi. Mereka mungkin juga mengalami:
- Kesulitan makan tanpa penambahan berat badan yang buruk (gagal tumbuh)
- Regurgitasi makanan (muntah atau gumoh)
- Tersedak makanan
- Refluks gastroesofageal (memuntahkan asam dari lambung)
- Retraksi dada dan/atau leher ringan hingga sedang (dada dan/atau leher tenggelam saat bernapas), tetapi tidak ada distres berat
Bayi dengan laringomalasia sedang biasanya akan membaik pada usia 12 hingga 18 bulan, tetapi mungkin memerlukan pengobatan untuk refluks gastroesofageal.
Jika asam lambung mencapai bagian atas kerongkongan dan kotak suara, kondisi ini dapat menyebabkan pembengkakan jaringan floppy di atas pita suara.
Oleh karena itu, bayi dengan laringomalasia sedang atau berat biasanya akan membutuhkan obat oral untuk mengobati refluks gastroesofageal.
3. Laringomalasia Parah
Bayi dengan laringomalasia berat memiliki pernapasan yang bising atau stridor inspirasi. Mereka mungkin juga mengalami gejala berikut:
- Kesulitan makan dengan penambahan berat badan yang buruk (gagal berkembang)
- Retraksi dada dan/atau leher yang signifikan (dada dan/atau leher tenggelam saat bernapas)
- Sianosis signifikan (berubah menjadi biru)
- Apnea yang mengancam jiwa (jeda saat bernapas)
- Masalah jantung atau paru-paru akibat kekurangan oksigen kronis (oksigen rendah)
- Gejala saluran napas cukup parah sehingga perlu mendapatkan perawatan unit gawat darurat atau rumah sakit
Laringoalasia yang parah hanya terjadi sekitar satu persen pada bayi dan ini biasanya memerlukan pembedahan.
Baca Juga: Bayi Ngorok saat Tidur, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Menurut dr. Syahrial, sebagian besar bayi atau sekitar 90 persennya laringomalasia ada dalam tahap ringan dan sembuh sendirinya ketika bertambahnya usia.
"Namun ada juga yang bergejala serius (seperti kesulitan bernapas, masalah asupan makanan, tidak mengalami kenaikan berat badan)," ungkap dr. Syahrial.
Lalu, apabila tidak dideteksi dini dan tidak ditangani secepatnya berisiko menjadi kondisi berat hingga gagal tumbuh kembang, kebiruan karena sumbatan napas, hingga terjadi henti napas.
Jadi, laringomalasia tidak akan menjadi kondisi bahaya jika Moms peka terhadap kondisi Si Kecil, ya!
Moms perlu waspada jika kondisi ini tidak diatasi karena bisa menimbulkan komplikasi berupa gagal tumbuh kembang.
Diagnosis Laringomalasia pada Bayi
Foto ilustrasi pemeriksaan bayi (Sumber: Orami Photo Stock)
Dokter sering mencurigai laringomalasia saat lahir atau segera setelahnya berdasarkan gejala dan pemeriksaan bayi.
Dalam memastikan diagnosis, spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) anak akan melakukan prosedur yang disebut laringoskopi fleksibel.
Untuk melakukan ini, dokter memasukkan tabung tipis melalui hidung atau mulut bayi untuk melihat jalan napas dan pita suara di kotak suara.
Dokter mungkin memeriksa kadar oksigen dan memerintahkan tes lain untuk memeriksa masalah menelan atau GER.
Tak hanya sampai di situ, dokter mungkin ingin melakukan tes diagnostik lanjutan untuk mengevaluasi sejauh mana masalah pernapasan memengaru Si Kecil dan untuk melihat apakah saluran napas bagian bawah terpengaruh.
Tes ini mungkin termasuk:
- Rontgen leher
- Fluoroskopi saluran napas
- Mikrolaringoskopi dan bronkoskopi (MLB)
- Esophagogastroduodenoscopy (EGD) dan pemeriksaan pH
- Evaluasi endoskopi fungsional menelan (FEES).
Baca Juga: 9 Fakta di Balik Kebiasaan Bayi Memasukkan Tangan ke Mulut, Yuk Cek!
Laringomalasia Umumnya Tidak Membutuhkan Pengobatan Serius
Foto ilustrasi perawatan laringomalasia (Sumber: nurse.org)
Dalam kebanyakan kasus, penyebab laringomalasia pada bayi bukanlah kondisi serius.
Meskipun kondisi ini dapat membuat napas bayi berisik, Moms tidak perlu terlalu khawatir selama bayi tetap bisa makan dan tumbuh dengan cukup baik.
Kebanyakan bayi dengan laringomalasia juga akan sembuh tanpa operasi ketika mereka berusia 18-20 bulan.
Akan tetapi, jika bayi dengan laringomalasia mengalami kesulitan bernapas, makan, dan menambah berat badan.
Maka gejala-gejala tersebut harus segera mendapatkan tindakan serius.
Umumnya untuk menangani laringomalasia yang lebih serius dokter akan menyarankan tindakan operasi yang dilakukan sebelum bayi berusia 1 tahun.
Pembedahan ini disebut dengan supraglottoplasty. Dokter melakukan prosedur tersebut melalui mulut bayi untuk mengencangkan jaringan floppy di atas kotak suara.
Tindakan ini akan meningkatkan pemberian makan dan pernapasan bayi.
Itulah informasi seputar laringomalasia pada bayi yang perlu Moms pahami. Semoga bermanfaat, ya.
- https://kidshealth.org/en/parents/laryngomalacia.html
- https://www.nationwidechildrens.org/conditions/laryngomalacia
- https://www.chop.edu/conditions-diseases/laryngomalacia
- https://www.childrenshospitalvanderbilt.org/medical-conditions/laryngomalacia
- https://www.thoracic.org/patients/patient-resources/resources/laryngomalacia.pdf
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22076-laryngomalacia
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.