Mengenal Masokis, Termasuk dalam Salah Satu Kelainan Seksual
Pernahkah Moms mendengar istilah masokis?
Ini merupakan jenis kelainan seksual yang bisa terjadi pada siapa saja, termasuk Moms atau Dads.
Setiap pasangan tentunya memiliki cara tersendiri untuk mendapatkan dan memenuhi kepuasan seksual.
Namun, ada beberapa pasangan yang memenuhi kepuasan seksual dengan cara yang tidak biasa.
Pasangan tersebut memenuhi kepuasan seksual dengan cara disakiti, seperti ditampar, dipukul, dan sebagainya.
Perilaku seksual yang menyimpang ini dikenal juga dengan sebutan masokis atau masokisme.
Yuk, kenali lebih lanjut, Moms!
Baca Juga: Mengenal Parafilia: 10 Kelainan Seksual yang Jarang Diketahui
Apa Itu Masokis?
Menurut Cambridge Dictionary, masokis adalah kelainan seksual di mana seseorang mendapat kenikmatan seksual karena disakiti atau dikendalikan oleh orang lain.
Namun, jika dilihat dari KBBI, masokis adalah sifat menyakiti pasangan sebelum melakukan hubungan seks.
Masokis juga dihubungkan dengan kegiatan yang berbau kekejaman atau kekerasan untuk memberikan kepuasan seksual.
Secara umum, keadaan tersebut dikaitkan dengan BDSM (bondage, dominance, sadism, dan masochism).
Mengutip laman Britannica, istilah masokis diambil dari nama Chevalier Leopold von Sacher-Masoch.
Ia adalah orang Austria yang banyak menulis tentang cara mendapatkan kepuasan seksual dengan cara dipukuli dan dikendalikan.
Jumlah rasa sakit yang terlibat dapat bervariasi, mulai dari penghinaan dengan sedikit kekerasan, hingga pencambukan atau pemukulan yang parah.
Salah satu jenis masokisme seksual disebut dengan asfiksiofilia.
Kondisi tersebut adalah ketika seseorang menerima kepuasan seksual dengan membatasi pernapasannya.
Aktivitas masokistik yang dilakukan oleh penderita asfiksiofilia terkadang dapat berbahaya dan fatal.
Tak hanya itu, seorang masokis juga mungkin menggunakan tali, jerat, atau kantong plastik untuk mengalami keadaan asfiksia (gangguan pernapasan) untuk mencapai orgasme.
Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan rangsangan seksual.
Terlepas dari itu, masokisme terkadang dapat berujung pada kematian yang tidak disengaja.
Journal of Cognitive and Behavioral Psychotherapies mengatakan, perilaku masokis lebih banyak dimiliki pria daripada wanita.
Baca Juga: 5 Manfaat Vibrator untuk Meningkatkan Gairah Seksual
Gejala Masokis
Untuk mengetahui ada/tidaknya preferensi seksual masokis, Moms perlu memahami gejala-gejalanya.
Menurut DSM-5, untuk diagnosis, individu ini harus mengalami gairah seksual berulang dan intens yang disebabkan oleh pukulan, hinaan, diikat, atau bentuk penderitaan lainnya.
Lebih jelasnya, berikut adalah gejala yang ditimbulkan dari seorang pengidap masokis:
- Memiliki gairah seksual berulang dan intens saat dipukul, diikat, dihina, atau dari bentuk penyiksaan lainnya.
- Memiliki fantasi atau dorongan seksual yang intens saat dihina, dipukuli, diikat, atau dibuat menderita, setidaknya selama 6 bulan.
- Kelainan seksual ini secara signifikan mengakibatkan masalah dalam bidang sosial, pekerjaan, atau hal penting lain dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila seorang individu memenuhi kriteria masokisme, ada pula hal lain yang harus dievaluasi guna memastikan hal-hal berikut:
- Melibatkan Asfiksiofilia
Saat individu membatasi pernapasannya untuk mencapai gairah yang diinginkan.
- Berada dalam Lingkungan yang Terkendali
Individu tersebut hidup dalam lingkungan yang secara khusus membatasi kesempatan untuk terlibat dalam perilaku seksual masokis.
- Dalam Remisi Penuh
Penderitanya tidak mengalami kesulitan atau gangguan di bidang penting kehidupan, setidaknya selama 5 tahun saat berada dalam lingkungan yang tidak terkendali.
Baca Juga: 9+ Gerakan Pemanasan Sebelum Berhubungan Seks, Bikin Lama!
Penyebab Masokis
Berdasarkan Psychology Anywhere Anytime, ada sejumlah hal yang diyakini sebagai penyebab masokis.
Hal-hal tersebut, antara lain:
1. Trauma
Teori dari bidang psikoanalisis menyebut bahwa adanya trauma masa kanak-kanak, seperti pelecehan seksual atau pengalaman masa kecil yang signifikan, dapat memicu penyimpangan seksual ini.
Seiring waktu, pengalaman tersebut dapat menumbuhkan kecenderungan penyimpangan seksual yang justru menikmati kesakitan dari trauma atau pelecehan.
2. Pelarian
Teori lain menunjukkan bahwa perilaku sadomasokistik (aktivitas seksual yang menyiksa pasangan) adalah bentuk pelarian.
Melalui fantasi seksualnya, pengidap akan merasa baru dan berbeda.
3. Fantasi Seksual
Penyimpangan seksual awalnya mungkin karena memiliki fantasi seksual terlarang, gairahnya akan menjadi lebih kuat ketika ditekan.
Ketika mempraktikkannya, seseorang dalam keadaan tertekan akan semakin terangsang.
Dalam kasus masokisme seksual, perilaku masokistik menjadi terkait erat dengan perilaku seksual.
4. Kekerasan Seksual
Meskipun sepenuhnya tidak dapat dipastikan, memiliki pengalaman buruk terhadap kekerasan seksual dapat menjadi penyebab seseorang mengidap masokis.
Selain kekerasan seksual, pengalaman yang menjadi pemicunya juga bisa dikarenakan kekerasan fisik hingga kesedihan yang mendalam.
5. Faktor Lingkungan
Kelainan seksual ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang memengaruhi pola pikir, perilaku, kecenderungan seksual dan gaya hidup.
Baca Juga: 15 Faktor Suami Malas Berhubungan Intim, Apa Solusinya?
Siapa yang Dapat Mengalami Masokis?
Umumnya, usia rata-rata terjadinya gangguan seksual masokis adalah 19 tahun.
Namun pada beberapa pasien, hasrat seksual yang terkait dengan kekerasan atau penghinaan dapat berkembang lebih awal, misalnya saat memasuki usia 12 tahun.
Perilaku seksual masokis yang biasa terlihat pada masa dewasa awal tersebut sering kali dimulai dengan permainan masokis atau sadis selama masa kanak-kanak.
Seseorang dengan masokis akan mengalami gairah seksual ketika menerima rasa sakit, penderitaan, dan penghinaan secara fisik atau psikologis.
Fantasi, dorongan seksual, atau perilaku di mana individu dipukuli, diikat, dipermalukan, atau mengalami rasa sakit juga termasuk hal yang mencirikan gangguan ini.
Sebuah penelitian Journal of Sexual Medicine, menunjukkan bahwa fantasi yang berkaitan dengan masokisme seksual cukup umum.
Berdasarkan hasil studi, sebanyak 12% wanita dan hampir seperempat pria sebagai partisipan menanggapi cerita erotis seksual bertema masokis.
Sekitar 5% wanita dan 12% pria mengaku pernah terlibat dalam fantasi dalam fantasi dengan tema masokis, seperti dipukul, dicambuk, dipukul, atau diikat.
Sebanyak 50% orang dewasa yang aktif secara seksual juga senang digigit atau dicakar selama aktivitas seksual jika dilakukan suka sama suka.
Prevalensi perilaku seksual masokis ini diketahui lebih tinggi pada wanita lesbian dan biseksual.
Baca Juga: Ini 16 Cara Mengetahui Suami Puas atau Tidak saat Seks
Diagnosis Masokis
Untuk mengetahui seseorang benar mengidap masokis, umumnya dokter akan melakukan beberapa langkah seperti:
1. Pemeriksaan Fisik
Diagnosis masokis dimulai dengan menanyakan aktivitas seksual pasien secara menyeluruh.
Dokter juga akan menanyakan aktivitas serta riwayat penyakit pasien, termasuk kemungkinan adanya kejadian atau trauma di masa lalu.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hal ini dilakukan untuk melihat adanya efek konsumsi alkohol atau obat-obatan tertentu yang dapat menjadi penyebab.
3. Evaluasi Psikologis
Dokter akan mengevaluasi kesehatan psikologis dengan berbincang dengan penderita mengenai gejala yang dirasakan, pikiran pasien, riwayat seksual masa lalu, mood, dan sebagainya.
Pasien juga akan diminta mengisi kuisioner terkait kondisi yang dialami.
Cara Mengatasi Masokis
Untungnya, ada beberapa pilihan pengobatan untuk masokis.
Jika Moms atau Dads mengalami gejala dan memerlukan bantuan untuk mengelola gejala tersebut atau ingin mengatasi gangguan masokis, berikut ini cara mengatasinya
1. Psikoterapi
Maksud dan tujuan terapi adalah untuk mengungkap dan mengatasi penyebab mendasar dari perilaku yang tidak diinginkan dan menyusahkan.
Lebih khusus lagi, terapi perilaku kognitif (CBT) sangat efektif dalam menata kembali pikiran dan keyakinan yang dapat membuat individu dengan masokin terlibat dalam perilaku berbahaya.
Terapi kognitif meliputi restrukturisasi distorsi kognitif dan pelatihan empati.
Restrukturisasi distorsi kognitif adalah mengoreksi keyakinan pada diri bahwa masokis membahayakan diri sendiri dan bukanlah hal yang keren.
Sementara terapi kognitif-perilaku dilakukan untuk membantu pasien menyalurkan dorongan seksual mereka dengan cara yang lebih sehat.
Pasien juga bisa diminta membayangkan hal-hal negatif yang bisa menimpa mereka saat melakukan masokisme seksual untuk mengurangi keinginan mereka mengulangi kesalahan yang sama.
2. Terapi Kelompok
Terapi kelompok melibatkan sesi reguler dengan sejumlah kecil pecandu seks lainnya. Sesi ini dipimpin oleh seorang terapis seks.
Jenis terapi ini sangat bermanfaat karena masing-masing anggota kelompok dapat saling mendukung dan belajar dari pengalaman masing-masing.
Mengikuti terapi ini dapat membantu pasien mengatasi berbagai rintangan untuk sembuh dari kecanduan seks, seperti rasa bersalah, penolakan terhadap diri sendiri, dan kesulitan untuk berhenti.
3. Terapi Keluarga dan Pasangan
Perilaku masokis dapat berdampak negatif pada hubungan dengan keluarga dan kerabat.
Terapi dengan keluarga atau pasangan dapat memberikan pasien kesempatan untuk mengatasi emosi, perilaku problematik, dan konflik yang belum terselesaikan.
Apalagi jika salah satu faktor penyebab masokis berhubungan dengan keluarga, metode terapi ini bisa sangat membantu.
Pasien juga bisa memperoleh dukungan yang lebih kuat dari orang-orang terdekat sehingga bisa lebih termotivasi untuk sembuh melalui terapi ini.
4. Pengobatan
Selain mengikuti terapi, penderita masokis juga akan diminta meminum obat, seperti penekan hormon dan antidepresan.
Obat penekan hormon diminum dengan tujuan mengurangi frekuensi ereksi, sedangkan obat antidepresan digunakan untuk mengurangi munculnya dorongan seksual.
Agar berhasil, pasien masokis harus mau menjalani proses pengobatan dalam jangka panjang.
Sekali saja tidak mengindahkan anjuran terapis, bukan tidak mungkin kelainan seksual itu akan kembali lagi dan berakibat buruk pada dirinya maupun lingkungan sekitar.
Baca Juga: Eksibisionisme, Penyimpangan Seksual dengan Menunjukkan Alat Kelamin pada Orang Asing
Cara Mencegah Masokis
Pencegahan perilaku menyimpang ini bisa dimulai dari anak-anak.
Moms bisa mengajarkan mereka mengenali perilaku orang dewasa yang tidak pantas untuk dilakukan, cara menolak bujukan dan berani melaporkan perilaku tercela pada orang tua.
Penting juga untuk mengajarkan anak-anak bersikap tegas untuk mengatakan ‘tidak’ jika ada orang dewasa yang berbicara atau menyentuhnya sehingga membuatnya merasa tidak nyaman.
Sementara intervensi untuk orang dewasa di titik beratnya adalah pada pemaparan terhadap ingatan atas trauma tersebut melalui diskusi atmosfer terapeutik yang aman dan suportif.
Baca Juga: 7 Manfaat Mendesah saat Bercinta, Bisa Tingkatkan Gairah!
Itulah informasi seputar masokis yang perlu Moms dan Dads ketahui.
Jika mengalami gejalanya, akan lebih baik jika Moms atau Dads segera mencari pertolongan profesional, seperti psikolog atau psikiater.
Jangan sampai kelainan seksual ini berdampak buruk pada kehidupan Moms dan Dads secara keseluruhan.
- https://www.researchgate.net/publication/287779215_Sexual_abuse_and_masochism_in_women_Etiology_and_treatment
- https://www.researchgate.net/publication/47660252_Why_Are_the_Paraphilias_Mental_Disorders
- https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/masochist
- https://www.webmd.com/sexual-conditions/guide/paraphilias-overview
- https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/sexual-masochism-disorder
- https://www.msdmanuals.com/home/mental-health-disorders/sexuality-and-sexual-disorders/sexual-masochism-disorder
- https://www.psychologistanywhereanytime.com/sexual_problems_pyschologist/psychologist_sadomasochism.htm
- https://kbbi.web.id/sado.--%20masokis-2
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.