Memahami Drone Parenting dan Plus Minusnya
Apakah Moms pernah mendengar tentang drone parenting? Drone parenting adalah pola asuh dan cara mendidik anak yang banyak diterapkan oleh para orang tua millennial zaman sekarang.
Berbeda dengan helicopter parenting yang cenderung mengontrol anak dari jarak dekat, drone parenting lebih memberi kebebasan pada sang anak.
Dengan drone parenting, orang tua tidak mengekang anak, namun memberikan mereka ruang untuk mengeksplor hal-hal baru.
Menurut psikolog Vera Itabiliana, M.Psi, terdapat plus dan minus dari drone parenting. Yuk kita pahami lebih lanjut!
Baca juga: 5 Perbedaan Ibu Millennial dan Ibu Zaman Dulu
Kelebihan Drone Parenting
1. Lebih ekspresif
Dengan tidak mengontrol anak secara ketat, anak pun jadi berani mengutarakan perasaan dan pendapatnya.
Sehingga, anak jadi lebih ekspresif dan tidak ragu mengemukakan apa yang ada di pikirannya. Anak pun jadi mudah diajak diskusi bersama orang tua.
Faktor ini membuat anak punya pikiran yang terbuka dan lebih cerdas, karena pendapatnya tidak dibatasi oleh larangan orang tua. Ia juga mampu memahami serta memberikan feedback atas sebuah permasalahan.
2. Melek teknologi
Berbeda dengan generasi zaman dulu, anak yang dibesarkan oleh orang tua millennial pasti akan melek teknologi.
Orang tua juga biasanya membiarkan anak mengeksplor berbagai game juga video di gadget-nya. Apalagi saat ini sudah banyak game edukatif yang dibuat khusus untuk anak-anak.
Baca juga: 3 Kesalahan yang Sering Dilakukan Ibu Baru, Moms Juga Pernah?
Kekurangan Drone Parenting
1. Anak sulit diatur
Drone parenting memang membanggakan pola mendidik yang tidak mengekang, namun karena terlalu dibiarkan bebas, terkadang anak jadi sulit diatur.
Anak akan sulit beradaptasi terhadap peraturan di luar rumah, seperti di sekolah atau lingkungan masyarakat, karena ia terlalu terbiasa dibebaskan oleh orang tua.
Hal ini bisa dihindari dengan memberlakukan kebebasan terbatas pada anak. Moms tetap harus melatih anak untuk disiplin dengan menetapkan beberapa peraturan di rumah.
Misalnya, setiap kali ia habis bermain, ia harus merapikannya sendiri. Atau menetapkan bahwa jam tidurnya adalah jam 9 malam setiap harinya. Dengan begitu, anak akan lebih terbiasa pada peraturan yang ada di kehidupannya nantinya.
2. Kecanduan teknologi
Melek teknologi merupakan hal yang bagus, namun jika berlebihan tentunya akan menghambat aspek perkembangan lainnya.
“Saya sering sekali mendapati pasien yang berkonsultasi bahwa anaknya telat berbicara. Salah satu penyebab utama balita telat berbicara adalah karena ia terlalu sering menggunakan gadget dan tidak berinteraksi dengan orang tua,” jelas Vera.
Vera menjelaskan bahwa tidak semua edukasi anak harus diberikan melalui gadget. Moms bisa mengajarkan anak melalui buku, jalan-jalan ke taman untuk melihat dan belajar mengenai bermacam-macam warna, juga menyusun puzzle kayu.
“Anak butuh stimulasi yang variatif untuk perkembangan yang maksimal, jadi jangan sampai orang tua dan anak terlalu mendewakan gadget,” ujarnya.
Drone parenting memang baik, apalagi dengan sifat anak zaman sekarang yang tidak suka banyak diatur dan dikontrol. Namun Moms juga harus mengerti bahwa orang tua harus tetap memberikan batasan dan disiplin pada anak agar ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik.
(INT)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.