Obesitas: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya, Pahami, Ya Moms!
Moms, pernahkah mengalami kesulitan membedakan seseorang masuk kelompok kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas?
Seseorang dikatakan obesitas bila bobot tubuhnya, bahkan dari fisiknya, terlihat sangat gemuk melebihi orang yang kelebihan berat badan (overweight).
Untuk tahu lebih jelas dan rinci mengenai obesitas, gali lebih dalam, yuk!
Baca Juga: Serba-serbi Diet Keto yang Dianggap Ampuh Turunkan Berat Badan
Apa Itu Obesitas?
Foto: orang gemuk (Orami Photo Stock)
Obesitas adalah kumpulan lemak yang berlebih dan tidak normal di dalam tubuh sehingga berisiko buruk bagi kesehatan.
Agar tahu berat badan kita masuk kategori obesitas atau tidak, perhitungan yang perlu dilakukan adalah indeks massa tubuh atau Body Mass Index (IMT atau BMI).
Perhitungan IMT ini menggunakan perbandingan berat badan (dalam kg) dibagi hasil perkalian dari tinggi badan (dalam m).
IMT = Berat Badan (kg) / [Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)]
Jadi, hasilnya nanti dalam satuan kg/m kuadarat, Moms. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, seseorang dikatakan mengalami obesitas bila IMT-nya lebih dari 27.
Sementara gemuk, yang mungkin kerap kali Moms tertukar dengan obesitas, IMT-nya berada di angka lebih dari 25 sampai 27.
Seseorang yang mengalami obesitas perlu mendapatkan penanganan segera, setidaknya menurunkan berat badannya agar lebih sehat dan ideal.
Sebab, obesitas berisiko menyebabkan berbagai penyakit seperti:
- Penyakit jantung
- Diabetes
- Tekanan darah tinggi
- Kanker
Baca Juga: 9 Menu Sarapan Pagi untuk Diet yang Ampuh Turunkan Berat Badan!
Apa Saja Gejala Obesitas?
Foto: ilustrasi orang susah tidur (Orami Photo Stock)
Gejala obesitas yang paling kentara adalah fisik tubuh seseorang tampak sangat gemuk.
Namun sebenarnya, tubuh gemuk yang berlebihan saja tidak bisa menandakan seseorang mengalami obesitas.
Ini karena perhitungan IMT tidak mampu mengukur lemak tubuh.
IMT hanya mengukur apakah tubuh masuk ke dalam golongan kurus, normal, gemuk, atau obesitas, terlepas dari jumlah lemak di tubuhnya.
Itu sebabnya, ada beberapa orang yang perhitungan IMT-nya menunjukkan hasil obesitas, tetapi penampilan fisik tubuhnya tidak gemuk bahkan justru berotot.
Hal ini biasanya dialami para atlet maupun binaragawan yang tubuhnya berotot. Mereka bisa tergolong obesitas meski tidak ada kelebihan lemak pada tubuhnya.
Hanya saja, obesitas yang berbahaya bagi kesehatan yakni yang disebabkan oleh penumpukan lemak tubuh ya, Moms!
Tak hanya itu, obesitas juga bisa memiliki tanda-tanda berikut:
- Susah tidur, misalnya mengalami sleep apnea
- Sakit punggung atau sendi
- Keringat berlebih
- Infeksi pada lipatan kulit
- Kelelahan
- Sesak napas (dyspnea)
- Kulit di beberapa bagian tubuh membengkak dan menggelap (acanthosis nigricans)
- Muncul stretch mark
- Muncul varises di kaki
Baca Juga: Cara Menurunkan Berat Badan setelah Melahirkan, Salah Satunya Konsumsi Air Mineral yang Cukup
Apa Penyebab Obesitas?
Foto: makan junk food (Orami Photo Stock)
Penyebab obesitas adalah karena asupan kalori seseorang lebih banyak daripada yang ia keluarkan melalui aktivitas, misalnya kegiatan sehari-hari maupun olahraganya.
Alhasil, tubuh menyimpan pasokan kalori tersebut dalam bentuk lemak.
Timbunan lemak di dalam tubuh inilah yang lama-lama menyebabkan kenaikan berat badan hingga ada di kategori obesitas.
Sebab idealnya, kalori yang Moms konsumsi dari makanan dan minuman sehari-hari sebaiknya sebanding dengan aktivitas yang Moms jalani.
Jika Moms makan dalam jumlah banyak, usahakan Moms juga melakukan kegiatan sehari-hari dan olahraga yang sebanding dengan asupan Moms.
Nah, ketika asupan Moms terlalu banyak sedangkan aktivitas sehari-hari Moms kebanyakan hanya dihabiskan dengan duduk dan bersantai, tentu kalori yang masuk tidak dapat tersalurkan sehingga tertimbun di dalam tubuh.
Kalori inilah yang berubah menjadi lemak hingga meningkatkan berat badan menjadi obesitas.
Begitu pula sebaliknya, bila asupan Moms terlalu sedikit tetapi kegiatan yang dilakukan sangat menguras tenaga, persediaan lemak di tubuh bisa menyusut.
Coba ingat-ingat kembali, sudah sehatkah asupan makanan dan minuman Moms selama ini?
Ataukah masih gemar makan makanan cepat saji (fast food), minum minuman berkalori tinggi, dan tidak berolahraga?
Beberapa hal tersebut bisa jadi awal mula penyebab obesitas.
Baca Juga: Mengenal Kaheksia, Kondisi Turun Berat Badan secara Drastis karena Suatu Penyakit
Apa Faktor Risiko Kondisi Ini?
Foto: orang kegemukan (Orami Photo Stock)
Melansir dari Mayo Clinic, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami obesitas, yakni:
1. Genetik
Gen yang diwarisi dari keluarga dapat berpengaruh pada jumlah simpanan lemak dan letak pendistribusian lemak di dalam tubuh.
Selain itu, genetika berperan dalam proses tubuh, seperti:
- Mengubah makanan menjadi energi.
- Mengatur nafsu makan.
- Pembakaran kalori selama berolahraga.
Bahkan, bukan hanya karena memiliki gen yang sama, keluarga juga biasanya memiliki kebiasaan makan dan aktivitas yang cenderung sama.
Hal-hal inilah yang kemudian berpengaruh pada obesitas.
2. Gaya Hidup
Berikut beberapa gaya hidup yang menjadi faktor risiko obesitas:
- Pola Makan Tidak Sehat
Misalnya makan makanan tinggi kalori, gemar makanan cepat saji, kurang konsumsi buah dan sayur, dan suka minuman berkalori tinggi.
- Senang Minuman Berkalori Tinggi
Misalnya minuman ringan dengan banyak gula, alkohol, dan lainnya sehingga meningkatkan berat badan.
- Enggan Berolahraga dan Tidak Banyak Bergerak
Kebiasaan terlalu banyak duduk, berbaring, dan bermalas-malasan padahal masih mampu berolahraga bisa mengarahkan Moms pada obesitas.
3. Lingkungan Sekitar
Orang-orang dan kondisi lingkungan sekitar tempat tinggi dapat memengaruhi cara makan, keinginan untuk aktif bergerak, dan makanan serta minuman yang dikonsumsi.
Risiko Moms mengalami kelebihan berat badan dapat meningkat bila memiliki hal-hal berikut:
- Tidak ada sarana dan fasilitas untuk berolahraga.
- Belum mengerti cara membuat makanan sehat.
- Berada di lingkungan dengan pilihan makanan sehat yang terbatas.
- Banyak pilihan makanan berkalori tinggi, misalnya restoran cepat saji.
- Memiliki teman atau saudara yang juga obesitas.
- Tidak ada keinginan untuk mengubah asupan makanan, pola makan, dan rutinitas berolahraga.
4. Faktor Risiko Lainnya
Selain yang disebutkan sebelumnya, faktor risiko obesitas lainnya adalah sebagai berikut:
- Usia
- Kehamilan
- Kurang tidur
- Stres
- Konsumsi obat-obatan tertentu
Baca Juga: Bukan Cuma Pengobatan, Manfaat Akupuntur Juga Bisa Menurunkan Berat Badan
Bagaimana Cara Mengobati Obesitas?
Foto: olahraga (Orami Photo Stock)
Cara mengobati obesitas merupakan suatu rangkaian penanganan yang membutuhkan keseriusan pengidapnya.
Dengan begitu, tujuan penanganannya yakni untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang ideal bisa terwujud.
Di awal pengobatan, orang dengan obesitas biasanya ditargetkan untuk menurunkan beberapa persen berat badannya, belum terlalu banyak.
Jadi, pengobatan akan dilakukan secara bertahap. Metode pengobatan yang dilakukan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan obesitas.
Semakin besar berat badan yang berhasil diturunkan, semakin besar pula manfaatnya.
Berikut cara mengobati obesitas yang umumnya dilakukan:
1. Mengubah Pola Makan
Bagi orang yang mengalami obesitas, mengubah pola makan ini dilakukan agar berat badan bisa turun dan mencapai target ideal.
Biasanya, ahli gizi dan dokter menyarankan untuk mengurangi asupan kalori dan menerapkan kebiasaan makan yang sehat.
Termasuk mengganti sumber makanan, membuat jadwal makan teratur, hingga makan makanan rendah kalori dalam porsi banyak untuk mempertahankan rasa kenyang.
2. Olahraga Rutin
Penurunan berat badan tidak hanya soal mengatur asupan makanan. Moms juga perlu berolahraga secara teratur untuk mengatasi obesitas.
Orang dengan obesitas biasanya disarankan untuk melakukan aktivitas fisik intensitas sedang minimal 150 menit seminggu.
Namun, umumnya dokter akan menyesuaikan ini dengan kondisi tubuh masing-masing orang.
Intinya, tetaplah bergerak untuk membantu mempercepat pembakaran kalori. Moms bisa melakukannya dengan latihan aerobik secara teratur.
3. Perubahan Perilaku
Tak lupa, mulai ubah perilaku dan kebiasaan Moms selama menjalani pengobatan untuk obesitas.
Hal ini bisa dimulai dari mengubah gaya hidup guna menurunkan dan mempertahankan berat badan.
Kelola juga stres dan hal-hal lainnya yang bisa memicu obesitas.
Agar lebih semangat, Moms bisa bergabung dengan komunitas obesitas untuk mendapatkan dukungan dan sharing pengalaman terkait kondisi ini.
Tetap semangat, ya!
- https://www.who.int/health-topics/obesity#tab=tab_1
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obesity/symptoms-causes/syc-20375742
- https://www.cdc.gov/obesity/adult/causes.html
- https://www.nhs.uk/conditions/obesity/
- https://medlineplus.gov/obesity.html
- https://www.healthline.com/health/obesity
- http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/page/3/bagaimana-cara-mengukur-indeks-massa-tubuh-imt-berat-badan-normal
- https://www.clinicbarcelona.org/en/assistance/diseases/obesity/symptoms
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.