7 Penyebab Oligospermia, Kondisi Saat Jumlah Sperma Sedikit

Daftar isi artikel
Pernahkah Moms mendengar mengenai istilah oligospermia?
Oligospermia ini tentu saja akan menjadi sebuah kondisi yang sangat mengkhawatirkan terlebih ketika pasangan sedang melakukan program hamil.
Dilansir dari sebuah jurnal yang dipublikasikan di National Library of Medicine, oligospermia adalah sebuah kondisi yang dapat memengaruhi kesuburan pria.
Yuk, Dads simak selengkapnya di bawah ini.
Baca Juga: (Alergi Sperma) Cairan Semen Memengaruhi Peluang Kehamilan
Apa Itu Oligospermia?
Menurut dr. Nugroho Setiawan, Sp. And, Subsp. S.P.A.P. (K), oligospermia adalah kondisi jumlah sperma saat dilakukan analisis sperma dengan syarat terpenuhi minimal 2 kali pemeriksaan ditemukan konsentrasi sperma di bawah 15 juta per mililiternya.
Pengobatannya disesuaikan penyebabnya dan memang keadaan ini bisa menyebabkan gangguan kesuburan pada pria.
Nah membahas lebih dalam, yang dimaksud dengan jumlah sperma sedikit adalah bila saat ejakulasi, jumlah sperma yang dikeluarkan tubuh lebih sedikit dari normal.
Perlu diketahui bahwa jumlah sperma yang rendah dapat mempersulit upaya Dads untuk membuat Moms hamil.
Apakah Pria dengan Oligospermia Masih Bisa Memiliki Anak?

Dilansir dari Healthline, sebagian laki-laki yang memiliki kondisi oligospermia masih bisa membuahi sel telur meski jumlah sperma yang dikeluarkan lebih sedikit.
Kendati demikian, peluangnya mungkin lebih kecil karena diperlukan lebih banyak usaha daripada pasangan yang tidak memiliki masalah kesuburan.
Namun, ada juga kemungkinan bahwa jadi laki-laki dengan oligospermia tidak memiliki masalah atau kesulitan membuahi meski jumlah spermanya sedikit.
Semua ini tergantung pada kualitas sperma yang ada. Jika spermanya sedikit tetapi berkualitas, Dads bisa jadi tetap berpeluang besar untuk memiliki anak.
Gejala Oligospermia

Dilansir dari Mayo Clinic, ciri utama dari laki-laki yang memiliki kondisi oligospermia sendiri adalah jumlah sperma yang sedikit dan ketidakmampuan atau kesulitan untuk membuahi.
Setelah itu, mungkin tidak ada tanda yang jelas atau gejala yang lebih jelas dari oligospermia.
Pada beberapa laki-laki, masalah mendasar seperti kelainan kromosom yang diturunkan, ketidakseimbangan hormon, vena testis yang melebar atau kondisi yang menghalangi jalannya sperma pun bisa menjadi tanda atau gejalanya.
- Kurangnya volume sperma.
- Masalah fungsi seksual seperti dorongan seks rendah atau kesulitan mempertahankan ereksi (disfungsi ereksi).
- Nyeri, bengkak, atau adanya benjolan di area testis.
- Berkurangnya rambut di wajah atau bagian lainnya.
Beberapa penyebab oligospermia yang paling umum juga meningkatkan risiko pria untuk masalah kesuburan lainnya.
Berikut sejumlah faktor yang sering disebut sebagai penyebab sperma sedikit.
Baca Juga: Berapa Lama Sperma Bertahan di Rahim? Ini Jawabannya!
Penyebab Oligospermia

Ada beberapa penyebab seorang laki-laki mengidap oligospermia. Yuk, simak lebih dalam mengenai kondisi ini!
1. Kegemukan atau Obesitas
Penyebab oligospermia yang pertama adalah kegemukan atau obesitas.
Pria yang memiliki kadar lemak berlebih atau angka indeks massa tubuh (IMT) tinggi (di atas 30) umumnya memiliki masalah dengan jumlah sperma.
Kondisi tubuh yang gemuk akan menurunkan kadar testosteron, yaitu hormon yang memproduksi sperma.
Bila Dads termasuk bertubuh gemuk, biasanya dokter akan menyarankan untuk menurunkan berat badan untuk memperbaiki kesuburan.
2. Infeksi
Ada beberapa kondisi infeksi yang dapat mengganggu produksi sperma atau kesehatan sperma, seperti radang pada epididimis (epididimitis) atau pada testis (orkitis).
Selain itu, infeksi yang disebabkan penyakit menular seksual seperti gonore atau HIV juga bisa meningkatkan faktor risiko pria terkena oligospermia.
3. Masalah Ejakulasi
Lebih spesifik lagi, masalah ejakulasi yang dimaksud di sini adalah ejakulasi terbalik (retrograde).
Hal ini terjadi manakala Dads orgasme, sperma malah masuk ke kandung kemih, alih-alih didorong ke luar dari tubuh melalui penis.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah ini antara lain diabetes, cedera tulang belakang, dan operasi kandung kemih, prostat, atau uretra.
Selain itu, masalah ini juga bisa disebabkan oleh konsumsi obat tertentu, seperti:
- Alpha blockers
- Testosterone replacement therapy
- Penggunaan steroid anabolik dalam jangka panjang
- Obat kanker (kemoterapi)
- Obat antijamur
- Antibiotik tertentu
- Beberapa jenis obat maag.
4. Ketidakseimbangan Hormon
Hipotalamus, hipofisis, dan testis memproduksi hormon yang diperlukan untuk menghasilkan sperma.
Bila ada perubahan pada hormon-hormon yang dihasilkan oleh ketiga organ tersebut, produksi sperma pun akan terganggu.
Perubahan pada hormon bisa juga berasal dari sistem lain di tubuh, seperti tiroid atau kelenjar adrenal.
5. Antibodi Tubuh Menyerang Sperma
Ini terjadi bila antibodi tubuh pria menganggap sperma sebagai zat asing dan berusaha menghancurkannya.
6. Varikokel
Ini adalah masalah kesehatan berupa pembengkakan pada pembuluh darah yang menyebabkan testis menjadi kering. Para ahli belum bisa menyimpulkan penyebab utama kondisi ini.
Dalam situs Mayo Clinic disebutkan, varikokel kemungkinan besar terkait dengan pengaturan suhu tubuh di area testis.
7. Bahan Kimia dan Logam Berat
Paparan yang tinggi atau dalam jangka panjang terhadap bahan kimia seperti:
- Benzen
- Toluena
- Xilena
- Herbisida
- Pestisida
- Pelarut organik
- Material pengecatan
Hal yang sama juga berlaku bila Dads sering terpapar logam berat seperti timbal.
Lalu, kapan Dads harus ke dokter ketika mengalami gejala ini? Yuk, simak!
Baca Juga: 4 Ciri-Ciri Sperma yang Baik dan Sehat, Pria Wajib Tahu!
Cara Mengatasi Oligospermia
Dads, cara mengatasinya tergantung dari penyebabnya. Jadi, harus dicari terlebih dahulu penyebabnya, ya.
Umumnya, kondisi ini bisa diatasi dengan beberapa cara seperti mengutip dari Pacific Fertility Center Los Angeles.
Perubahan Gaya Hidup
- Diet Sehat: Mengonsumsi diet seimbang yang kaya akan antioksidan, vitamin, dan mineral dapat meningkatkan kesehatan sperma.
- Olahraga Teratur: Melakukan aktivitas fisik secara teratur membantu menjaga berat badan yang sehat dan keseimbangan hormon.
- Menghindari Zat Berbahaya: Berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol, dan menghindari obat-obatan terlarang dapat berpengaruh positif terhadap produksi sperma.
Pengobatan Medis
- Terapi Hormonal: Jika ditemukan ketidakseimbangan hormon, obat-obatan seperti human menopausal gonadotropin (hMG) dapat diberikan untuk merangsang produksi sperma.
- Antibiotik: Untuk kasus yang disebabkan oleh infeksi, antibiotik dapat digunakan untuk mengobati infeksi yang memengaruhi kualitas sperma.
- Operasi: Pilihan pembedahan mungkin diperlukan untuk memperbaiki masalah anatomi, seperti varikokel atau saluran sperma yang tersumbat.
Baca Juga: 7 Penyebab Sperma Kekuningan, Pertanda Tidak Subur?
Kapan Harus ke Dokter?

Ketika sudah meraasakan gejala oligospermia, sebaiknya Dads harus segera ke dokter.
Moms dan Dads harus pergi ke dokter ketika menemukan gejala:
- Permasalahan ereksi dan ejakulasi, dorongan seksual rendah atau masalah lain terkait fungsi seksual.
- Rasa sakit, tidak nyaman, bengkak di area testikel.
- Pernah mengalami masalah di area testikel, prostat, dan seks.
- Pernah melakukan operasi di area selangkangan, testis, penis atau skrotum.
Nah, itu dia Moms dan Dad penjelasan mengenai oligospermia.
Ketika mengalami gejala yang sudah disebutkan dan Moms serta Dads sedang berusaha untuk memiliki anak, sebaiknya langsung menghubungi dokter andrologi, ya.
- https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7566408/
- https://www.healthline.com/health/mens-health/oligospermia#fertility
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/low-sperm-count/symptoms-causes/syc-20374585
- https://www.pfcla.com/blog/low-sperm-count-treatment
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Baca selanjutnya
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.