05 November 2024

12 Ragam Pakaian Adat Yogyakarta dan Filosofi di Baliknya

Dari kebaya hingga batik khas Yogyakarta

Masyarakat Yogyakarta dikenal sangat memegang teguh adat istiadatnya, termasuk dalam melesterarikan pakaian adat Yogyakarta.

Selain untuk upacara adat dan pernikahan, pakaian adat Yogyakarta juga dikenakan oleh mereka yang berada di destinasi wisata seperti keraton, maupun pagelaran acara budaya.

Pakaian adat Yogyakarta memiliki tampilan yang unik.

Tak heran pakaian ini mudah dikenali dan dibedakan dengan busana adat dari daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Deretan Nama Pakaian Adat Yogyakarta dan Ciri Khasnya

Pakaian adat Yogyakarta yang punya kemiripan dengan pakaian adat Jawa Tengah, dibedakan atas 2 kelompok, yaitu pakaian adat untuk pria dan pakaian adat untuk wanita.

Sementara menurut fungsinya, melansir Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta pakaian adat Yogyakarta terbagi atas pakaian sehari-hari, upacara adat dan busana pengantin.

Untuk lebih mengenal wujud dan gambaran pakaian adat Yogyakarta, simak penjelasan lengkapnya berikut!

1. Kebaya Yogyakarta

Kebaya Yogyakarta (Pinterest.com)
Foto: Kebaya Yogyakarta (Pinterest.com)

Kebaya merupakan busana tradisional Jawa yang digemari perempuan Indonesia karena tampilannya yang anggun.

Sebenarnya, bukan hanya Yogyakarta saja yang memiliki kebaya, melainkan daerah-daerah lain di Indonesia seperti Solo, Jawa Barat, Bali dan lainnya.

Dulunya, kebaya Yogyakarta umumnya dipakai oleh perempuan priyayi dan bangsawan.

Kalau sekarang, siapapun bisa mengenakannya.

Sebagai pelengkap, kebaya ditambah perhiasan, sanggul, dan alas kaki.

2. Surjan

Pakaian Adat Yogyakarta Surjan
Foto: Pakaian Adat Yogyakarta Surjan (Istockphoto.com)

Surjan merupakan pakaian adat Yogyakarta yang biasanya dikenakan kaum pria.

Esensinya surjan adalah lurik atau model kemeja berlengan panjang.

Kainnya memiliki tekstur tebal dengan motif vertikal, berwana gelap dan dilengkapi dengan kancing.

Namun, dalam perkembanganya motif lurik ternyata tidak hanya garis-garis membujur saja.

Tetapi terdapat motif kotak-kotak sebagai hasil kombinasi garis vertikal dengan horisontal.

Selanjutnya muncul surjan ontrokusuma yang bermotif bunga.

Jenis dan motif kain yang digunakan untuk membuat surjan ontrokusuma terbuat dari kain sutra bermotif hiasan berbagai macam bunga.

Biasanya surjan jenis ini dipakai pejabat dan kalangan bangsawan keraton.

Ketika dikenakan, surjan dipadukan dengan jarik dan blangkon.

3. Pinjung

Pinjung (Instagram/therealdisastr)
Foto: Pinjung (Instagram/therealdisastr)

Pinjung adalah pakaian adat Yogyakarta yang umum dikenakan oleh Abdi Dalem keraton Kasultanan Yogyakarta.

Pinjung, kain yang digunakan sebagai penutup dada, sering dilengkapi dengan kemben. Bisa juga dipadukan dengan baju batik atau lurik.

Di masa sekarang, pinjung sudah dikenakan oleh hampir semua kalangan perempuan Yogyakarta, dilengkapi dengan selendang, perhiasan dan alas kaki.

4. Busana Pranakan

Busana Pranakan
Foto: Busana Pranakan (Batikgiriloyo.com)

Busana pranakan adalah pakaian dinas harian yang dikenakan para Abdi Dalem jaler atau pria.

Mengutip laman Kraton Jogja, busana ini konon terinspirasi dari baju kurung yang dikenakan para santri putri di Banten ketika Sultan berkunjung ke sana pada abad ke-19.

Bahan yang digunakan untuk membuat baju pranakan berupa kain lurik berwarna biru tua dan hitam.

Kemudian, dikombinasi corak garis berjumlah 3-4 atau disebut telupat (telu-papat).

Pranakan memiliki potongan bagian depan yang berhenti di ulu hati, serta belahan di bagian lengan yang mempermudah saat akan wudu.

Enam kancing di leher depan melambangkan keenam rukun iman, dan lima kancing di ujung lengan melambangkan kelima rukun Islam.

5. Janggan Hitam

Janggan Hitam
Foto: Janggan Hitam (Fcebook.com/Kraton Jogja)

Kalau busana pranakan dikenakan oleh Abdi Dalem jaler (pria), janggan hitam dipakai oleh Abdi Dalem estri (perempuan) dalam menjalankan tugas di Kraton Yogyakarta.

Janggan merupakan baju dengan model menyerupai surjan yang dilengkapi kancing hingga menutup leher.

Warna kain yang digunakan harus hitam.

Janggan sendiri berasal dari kata 'jangga' berarti leher, yang melukiskan keindahan dan kesucian kaum perempuan keraton, dan perempuan Jawa pada umumnya.

Sementara warna hitam janggan menggambarkan simbol ketegasan, kesederhanaan, dan kedalaman, juga sifat kewanitaan yang suci dan bertakwa.


6. Blangkon

Blangkon
Foto: Blangkon (Istockphoto.com)

Ketika mengenakan pakaian adat untuk acara resmi, pria Jawa kerap mengenakan tutup kepala berupa blangkon.

Dikenal 2 jenis blangkon, yaitu blangkon Yogkarta dan Solo.

Ada beberapa perbedaan blangkon Yogyakarta dan Solo, salah satunya pada bagian belakang atau mondolan blangkon.

Mondolan blangkon Solo berbentuk datar, sementara blangkon Yogyakarta berbentuk monjol.

Selain itu, blangkon Solo terbuat dari kain batik berwarna kecoklatan, sedangkan blangkon Jogja dibuat dengan kain batik yang warnanya senderung putih.

Menurut artikel yang tayang di UPT Perpustaan Universitas Sebelas Maret, blangkon gaya Yogyakarta memiliki berbagai motif dengan makna khusus, seperti:

  • Motif Modang memiliki makna kesakitan meredam angkara morko
  • Motif Celengkewengen menggambarkan keberanian juga berarti sifat kejujuran dan kepolosan
  • Motif Kumitir menyimbolkan tidak mau berdiam diri dan selalu berusaha keras dalam kehidupan
  • Motif Blumbangan, berasal daari kata blumbang yang berarti kolam atau tempat yang penuh dengan air, sumber kehidupan
  • Motif Jumputan berarti mengambil beberapa unsur yang baik
  • Motif Taruntum bermakna bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari 2 hal, seperti gelap terang, bungah susah, kaya miskin
  • Motif Wirasat memiliki makna pengharapan supaya dikabulkan semua permohonnnya secara materi
  • Motif Sido Asih, bermakna harapan mendapat perhatian dari sesama dan saling mengasihi

7. Batik Yogyakarta

Batik Yogyakarta
Foto: Batik Yogyakarta (Istockphoto.com)

Batik merupakan salah satu identitas Yogyakarta, sehingga sering disebut sebagai Kota Batik.

Awalnya batik yang merupakan seni gambar atau lukis di atas kain, hanya dikerjakan terbatas dalam lingkungan keraton saja.

Hasilnya digunakan untuk pakaian raja, keluarga kerajaan serta para pengikutnya.

Di masa sekarang siapapun bisa mengenakannya, bahkan sudah diakui menjadi warisan budaya oleh UNESCO.

Motif batik Yogyakarta memiliki ciri khas, yaitu banyak bidang putih bersih dan motif geometrisnya dibuat besar-besar.

Jauh lebih besar dibandingkan motif geometris batik Surakarta.

Selain itu, berlatar belakang putih, hitam, cokelat dan abu-abu.

Motif batik Yogyakarta terdiri dari beberapa jenis, antara lain:

  • Motif Parang Rusak Barong

Motif ini hanya boleh digunakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono, dan digunakan untuk menerima tamu utusan dari berbagai negara atau untuk upacara perkawinan.

  • Motif Slobog

Batik ini bermotif kotak-kotak yang membentuk segitiga.

Kain batik yang khas dengan unsur geometris jenis ini umumnya digunakan dalam acara pelantikan pejabat ataupun melayat.

  • Motif Sidomukti

Ini adalah motif batik khas dari keraton. Sesuai dengan namanya Sidomukti yaitu sejahtera dan mulia.

Pemakaian motif ini diharapkan membawa kebahagiaan, kesejahteraan, dan kecukupan.

  • Motif Ceplok Kesatrian

Motif ini memiliki makna filosofis menerima kritikan dari segala arah yang diperuntukkan untuk Sultan dan kerabatnya.

  • Motif Truntum

Ini adalah motif batik Yogyakarta yang digunakan untuk akad nikah.

  • Motif Sido Asih

Sementara, motif Sido Asih digunakan untuk resepsi.

8. Sabukwala

Sabukwala (Lionmag.net)
Foto: Sabukwala (Lionmag.net)

Dalam budaya masyarakat Yogyakarta, terdapat upacara adat tetesan yaitu upacara sunat untuk anak perempuan.

Dalam upacara adat ini, anak perempuan akan mengenakan pakaian adat Yogyakarta yang dikenal dengan sebutan sabukwala.


Komponen dari pakaian tradisional sabukwala ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu kain cindhe, lonthong atau sabuk, ikat pinggang yang disebut kamus bludiran, dan slepe.

Selanjutnya, dalam pemakaiannya dilengkapi juga dengan ditambahkan aksesori di antaranya subang, gelang kana, dan kalung susun.

Hal ini dilakukan agar semakin mempercantik anak perempuan tersebut.

9. Semekan

Semekan
Foto: Semekan (Kratonjogja.id)

Pakaian adat Yogyakarta selanjutnya adalah Semekan.

Pakaian tradisional Semekan merupakan nama pakaian adat Yogyakarta yang berupa kain khusus dengan ukuran sebesar 250 cm x 60 cm.

Kain panjang ini biasanya dikenakan oleh para abdi dalem keparak.

Kain Semekan dililitkan di badan, dari bawah ketiak hingga atas pinggul, dari kiri ke kanan.

Sebelum Semekan, ubet-ubet yang merupakan komponen pentingnya, dilipat ke dalam agar tidak terlihat.

Untuk memperkuat Semekan, udet atau tali dipakai melingkar di bawah dada sebagai sabuk, memperkuat dan memperindah penampilan.

Beberapa perempuan Yogyakarta juga mengenakan kalung tradisional untuk menutupi atau menyamarkan bagian dada mereka yang tidak tertutupi kain semekan, atau sekedar aksesoris tambahan untuk memperindah penampilan.

11. Abdi Dalem

Abdi Dalem
Foto: Abdi Dalem (Jbbudaya.jogjabelajar.org)

Abdi dalem merupakan sebutan untuk pegawai keraton.

Mereka biasanya menggunakan pakaian khusus yaitu sikep alit dan langeran.

Sikep alit terdiri dari kain batik sawitan, baju berwarna biru tua dengan kancing baju yang terbuat dari tembaga atau kuningan, destar sebagai penutup kepala, serta keris yang diletakkan di bagian pinggang kanan belakang.

Langeran adalah pakaian yang terdiri dari kain batik, baju laken, kemeja putih berkerah tinggi dengan dasi kupu-kupu, dan keris model gayman atau ladrangan.

Lengkapan lain dari langeran termasuk selop hitam yang menambah kesan formal dan elegan pada pakaian ini.

Pakaian adat Yogyakarta ini biasanya dikenakan pada pertemuan khusus atau saat jamuan makan malam.

12. Baju Ageng

Baju Ageng
Foto: Baju Ageng (Kratonjogja.id)

Baju Ageng adalah pakaian adat Yogyakarta yang elegan dan formal, dikenakan oleh pejabat keraton saat bertugas.

Pakaian ini terdiri dari jas laken hitam dengan motif keemasan dan celana kain hitam yang dililitkan kain batik, topi memanjang berhias emas.

Dilengkapi dengan sepatu emas, pakaian ini memancarkan kesan kemewahan dan keanggunan.

Baju Ageng melambangkan status dan peran penting pejabat keraton, menggabungkan unsur tradisional batik dengan elemen formal modern.

Selain busana-busana di atas, ada beberapa ragam pakaian adat dan batik khas Yogyakarta yang sering dikenakan dalam acara adat di keraton.

Selain itu, juga memiliki macam-macam busana pengantin yang tak kalah unik.

  • http://repositori.kemdikbud.go.id/12697/1/PAKAIAN%20ADAT%20TRADISIONAL%20DAERAH%20ISTIMEWA%20YOGYAKARTA.pdf
  • https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/465-pakaian-adat-di-provinsi-diy
  • http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article
  • https://staff.blog.ui.ac.id/tari05/files/2018/05/BATIK-YOGYA_OK.pdf

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.