Peer Pressure: Jenis, Contoh, Dampak, dan Cara Mengatasi
Peer pressure adalah tekanan dari teman sebaya untuk mengikuti perilaku, gaya, atau sikap mereka agar diterima atau dianggap bagian dari kelompok tersebut.
Tekanan ini bisa bersifat positif atau negatif, tergantung pada perilaku atau norma yang didorong oleh kelompok teman sebaya.
Usia Anak Bisa Mulai Mengalami Peer Pressure
Ketika kita berpikir mengenai tekanan teman sebaya, mungkin mayoritas kita akan membayangkan ini hanya dialami oleh remaja.
Nyatanya, peer pressure bisa juga dialami oleh anak yang masih lebih kecil.
Melansir laman Scientific American, peer pressure bisa dialami mulai pada usia anak balita, karena pada usia tersebut, anak mulai dapat mengubah perilaku sesuai mayoritas kelompok.
Baca Juga: 14 Rekomendasi Buku Parenting, Bantu Orang Tua Mendidik Anak
Anak Remaja Rentan Mengalami Peer Pressure
Meski bisa dimulai pada usia yang dini, namun, memang kerentanan peer pressure dialami paling tinggi pada usia anak 14 tahun, menurut jurnal Developmental Psychology.
Seiring bertambahnya usia anak, teman sebayanya akan memainkan peran yang lebih besar dalam hidup mereka.
Teman dapat memengaruhi segalanya, mulai dari jenis musik yang mereka dengarkan, apa yang mereka kenakan, hingga cara mereka berbicara.
Contoh sederhana dari peer pressure pada anak perempuan misalnya, adalah saat sedang muncul tren tas, baju, sepatu, atau aksesori sekolah lainnya.
Dalam satu kelompok bermain, bisa saja yang dianggap teman adalah mereka yang mempunyai barang-barang yang sama ini.
Kemudian anak yang tadinya tidak mempunyai barang tersebut meminta untuk dibelikan oleh orangtuanya, bahkan sampai merengek agar ia bisa dianggap teman lagi.
Atau contoh lainnya adalah pada remaja laki-laki.
Pada masa peralihan menuju masa dewasa ini, anak laki-laki kerap mulai mengalami masa-masa nakal mereka.
Pada usia ini bisa saja mereka mulai mengenal rokok atau minuman beralkohol.
Nah, peer pressure ini bisa merupakan tindakan saat salah satu anak meminta anak lainnya mencoba rokok atau minum minuman beralkohol seperti dirinya.
Ia berdalih jika temannya tidak mau mencobanya, maka ia bukan temannya, atau menganggapnya sebagai teman yang kurang akrab.
Mungkin kita lebih sering melihat pengaruh buruk banyak terjadi pada anak laki-laki yang mengalami peer pressure negatif.
Ini juga dijelaskan dalam studi di Adolescent Research Review yang menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih rentan terhadap tekanan yang berisiko dibanding remaja perempuan.
Baca Juga: Ciri Pola Asuh Permisif dan Dampak Buruknya pada Anak
Jenis Peer Pressure dan Contohnya
Berikut ini adalah beberapa jenis peer pressure:
1. Peer Pressure Positif
Peer pressure pada anak umumnya lebih sering dianggap memberikan efek negatif.
Namun pada kenyataannya, peer pressure tidak selalu buruk, Moms.
Terkadang, peer pressure dapat digunakan untuk memengaruhi anak secara positif.
Dengan mempelajari norma-norma yang ditetapkan oleh sebuah kelompok bermain, ini bisa menjadi bagian positif agar anak belajar bagaimana hidup bersama dan bersosialisasi dengan orang lain.
Peer pressure positif adalah dorongan dari teman sebaya untuk melakukan hal-hal yang baik dan menghindari perilaku yang merugikan.
Contoh Peer Pressure Positif:
- Mendorong teman untuk belajar lebih giat agar mendapat nilai yang lebih baik.
- Menyimpan uang untuk pembelian besar seperti dan mendorong teman untuk melakukan hal yang sama.
- Tidak menyukai lelucon yang menyinggung atau bergosip.
- Menganggap rendah atau meremehkan perilaku ilegal atau berisiko, seperti minum alkohol atau merokok di bawah umur.
2. Peer Pressure Negatif
Peer pressure negatif adalah tekanan untuk melakukan hal-hal yang merugikan atau tidak diinginkan, seperti berperilaku buruk, terlibat dalam kenakalan remaja, atau mengikuti gaya hidup yang tidak sehat.
Contoh Peer Pressure Negatif:
- Meyakinkan teman untuk bolos sekolah.
- Mendorong seseorang untuk membeli rokok elektrik secara online.
- Menekan teman untuk minum atau mencoba narkoba.
- Mendorong rekan untuk melawan seseorang atau menggertak seseorang.
Baca Juga: 9 Dongeng Anak Islami Terpopuler, Kaya Pesan Moral!
Bentuk Peer Pressure pada Anak
Setelah memahami jenis peer pressure yang positif dan negatif, berikut ini bentuk dari tekanan teman sebaya ini seperti melansir dari laman Mental Health Center Kids:
1. Direct Peer Pressure (Tekanan Langsung)
Tekanan ini terjadi ketika seseorang secara eksplisit diminta atau didorong oleh teman-temannya untuk melakukan sesuatu.
Contoh:
- Seorang teman mengajak anak untuk mencoba merokok dengan berkata, "Cobalah sekali saja, tidak ada yang tahu."
- Teman-teman menantang seorang anak untuk melompat dari ketinggian tertentu sambil berkata, "Kalau kamu berani, coba lompat dari situ."
2. Indirect Peer Pressure (Tekanan Tidak Langsung)
Tekanan ini terjadi ketika seseorang merasa perlu menyesuaikan diri dengan kelompoknya tanpa ada permintaan langsung.
Biasanya melalui pengamatan perilaku teman-teman.
Contoh:
- Seorang anak merasa harus mengenakan pakaian tertentu karena semua teman-temannya berpakaian seperti itu.
- Anak yang melihat teman-temannya belajar dengan rajin dan meraih nilai bagus mungkin merasa terdorong untuk belajar lebih giat tanpa ada yang memintanya secara langsung.
3. Cyber Peer Pressure (Tekanan Dunia Maya)
Ini adalah jenis tekanan dari teman sebaya yang terjadi di dunia maya atau melalui media digital.
Contoh:
Seorang anak merasa tertekan untuk memposting foto-foto tertentu di media sosial untuk mendapatkan "likes" atau komentar positif, mengikuti tren yang populer di kalangan teman-temannya.
Baca Juga: 5 Tips Mendidik Anak agar Pantang Menyerah dan Tak Putus Asa
Tanda-tanda Anak Mengalami Peer Pressure
Tekanan sosial dari teman sebaya bisa berkisar dari yang halus hingga yang nyata, yang berarti bahwa beberapa bentuk tekanan sosial dari teman sebaya dapat lebih mudah dikenali daripada yang lain.
Mampu mengidentifikasi tanda-tanda bahwa anak tengah menghadapi peer pressure dapat membantu Moms memulai percakapan yang mendukung.
Ada beberapa tanda bahwa anak mungkin tengah mengalami peer pressure, antara lain:
- Menghindari sekolah atau situasi sosial lainnya.
- Menjadi sangat sadar akan citra diri atau penampilan.
- Perubahan perilaku.
- Mengekspresikan perasaan, seperti mereka merasa tidak cocok akan satu hal yang biasanya ia sukai.
- Suasana hati yang kurang baik.
- Mulai membuat perbandingan sosial.
- Sulit tidur.
- Mencoba gaya rambut atau pakaian baru.
Banyak dari tanda-tanda tekanan teman sebaya juga bisa menjadi tanda dari hal-hal lain, seperti intimidasi atau masalah kesehatan mental. Setiap perubahan dalam perilaku atau suasana hati patut diselidiki ya Moms.
Apalagi saat peer pressure ini mengarah pada hal-hal negatif, seperti mencoba rokok, minuman keras, atau menyebabkan anak jadi bolos sekolah.
Peer pressure jelas bisa memicu kenakalan remaja, jadi sebagai orangtua Moms perlu memerhatikan perkembangan anak di lingkungan bermain dan teman-teman sekolahnya.
Moms pun bisa mengontrol atau mengajak anak bicara jika Moms merasakan ada kejanggalan.
Ingat, kenakalan remaja memang sudah biasa terjadi, akan tetapi Moms tetap bisa menyelamatkan anak dari hal-hal yang tidak diinginkan agar anak bisa tetap memiliki masa depan yang cerah.
Tipe Anak yang Rentan Mengalami Peer Pressure
Anak-anak tertentu lebih rentan mengalami peer pressure dibandingkan yang lain.
Berikut adalah beberapa tipe anak yang cenderung lebih rentan terhadap tekanan dari teman sebaya:
1. Anak yang Kurang Percaya Diri
Melansir studi di Frontiers in Public Health, tekanan teman sebaya memiliki efek lebih tinggi pada anak yang punya rasa percaya diri rendah.
Anak yang kurang percaya diri umumnya juga punya keinginan untuk diakui dan diterima.
Ini yang mungkin membuat mereka melakukan apa saja untuk mendapatkan pengakuan.
2. Anak yang Kurang Mendapat Dukungan di Rumah
Anak-anak yang merasa kurang didukung atau diabaikan di rumah mungkin mencari dukungan dan penerimaan dari teman-teman mereka.
Ini membuat mereka mencari pengakuan dan dukungan dari teman-teman untuk mengisi kekosongan tersebut.
3. Anak yang Kesepian
Anak-anak yang merasa kesepian atau terisolasi mungkin mencari teman-teman untuk mengatasi perasaan tersebut, meskipun teman-teman tersebut memberikan pengaruh negatif.
Mereka lebih cenderung menerima tekanan agar tidak merasa sendirian.
Anak dengan tipe di atas, cenderung mudah dipengaruhi oleh orang lain dan mengikuti arus tanpa mempertimbangkan konsekuensi.
Mengapa Anak yang Kurang Percaya Diri Rentan Mengalami Peer Pressure?
Peer pressure atau tekanan dari teman sebaya lebih sering dialami oleh anak yang memiliki kepercayaan diri rendah karena beberapa alasan berikut:
1. Kebutuhan Akan Penerimaan
Anak dengan kepercayaan diri rendah cenderung lebih membutuhkan penerimaan dari teman-temannya.
Mereka mungkin merasa bahwa dengan mengikuti tekanan teman sebaya, mereka akan lebih diterima dan dihargai.
2. Kurangnya Keterampilan Menghadapi Tekanan
Anak dengan kepercayaan diri rendah mungkin kurang memiliki keterampilan untuk mengatakan "tidak" atau mempertahankan pendapat mereka.
Mereka mungkin merasa takut ditolak atau diolok-olok jika menolak mengikuti teman-temannya.
3. Mengganggap Orang Lain Lebih Berpengaruh
Anak yang tidak percaya diri mungkin lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya karena mereka menganggap pendapat teman-temannya lebih penting daripada pendapat mereka sendiri.
4. Punya Keinginan Menjadi Seperti Orang Lain
Anak dengan kepercayaan diri rendah sering merasa bahwa mereka tidak sebaik atau sepopuler teman-temannya.
Mereka mungkin mengikuti tekanan teman sebaya untuk mencoba menyesuaikan diri dan merasa setara dengan teman-temannya.
5. Kesulitan Mempertahankan Pendapat
Anak yang kurang percaya diri mungkin merasa takut terlibat dalam konflik atau perselisihan dengan teman-temannya.
Mereka mungkin lebih memilih untuk mengikuti apa yang diinginkan teman-temannya daripada mempertahankan pendapat mereka sendiri.
Dampak Positif Peer Pressure pada Anak
Tekanan teman sebaya tidak selalu menyimpang. Tekanan teman sebaya dapat memiliki dampak negatif dan positif. Berikut ulasannya:
Berikut ini beberapa dampak positif dari peer pressure pada anak.
1. Memberikan Dukungan
Teman dapat menjadi dukungan yang hebat ketika anak-anak mencoba hal-hal baru, mengeksplorasi ide-ide baru, atau membutuhkan seseorang untuk membantu mereka mengatasi masalah yang menantang.
Misalnya, teman sebaya dapat saling mendorong untuk melakukan hal-hal baru, seperti mencoba tim sepak bola atau ekstrakurikuler lain di sekolah.
2. Persahabatan
Merasa didukung oleh seseorang yang menerima temannya apa adanya dapat meningkatkan harga diri.
3. Pengalaman Baru
Terkadang anak perlu sedikit dorongan untuk melakukan sesuatu yang benar-benar ingin dilakukan tetapi tidak cukup berani.
4. Memberi Contoh Baik
Teman saling membantu menjadi orang yang lebih baik ketika mereka tidak menyukai perilaku negatif seperti bergosip atau bercandaan yang kurang pantas dan malah mendorong perilaku positif.
5. Berlatih Sosialisasi
Belajar tentang norma-norma sosial yang berbeda membantu anak mengetahui bagaimana beradaptasi dengan situasi yang berbeda dan memutuskan kelompok mana yang ingin dihabiskan waktu bersama dan mana yang tidak.
6. Melatih Kemandirian
Ketika anak merasa tertekan oleh teman-teman sebayanya untuk ikut dalam aktivitas yang positif seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial yang bermanfaat, ini dapat mendorong anak untuk mengembangkan minat mereka sendiri dan menjadi lebih mandiri dalam mengejar hobi atau minat yang mereka cintai.
Dampak Negatif Peer Pressure pada Anak
Berikut ini beberapa dampak negatif dari peer pressure pada anak.
1. Kecemasan dan Depresi
Berada di sekitar orang-orang yang menekan untuk melakukan hal-hal yang tidak disukai dapat membuat anak merasa cemas dan depresi.
2. Menarik Diri dari Lingkungan
Peer pressure yang negatif cenderung membuat anak merasa buruk tentang dirinya sendiri, dan ini dapat menyebabkan mereka menarik diri dari orang-orang yang mereka sayangi.
3. Gangguan Akademis
Tekanan sosial dari teman sebaya terkadang dapat menyebabkan anak mengalihkan fokus dari prioritas seperti prestasi akademis.
4. Kenakalan Remaja
Melansir laman American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, peer pressure yang negatif pada anak bisa mengarah pada kenakalan remaja.
Teman sangat mungkin saling menekan untuk melakukan hal-hal seperti minum alkohol, mencoba narkoba, melakukan aktivitas seksual, atau mengemudi dengan sembrono.
5. Berusaha Mengubah Penampilan
Jika teman sebaya terpaku pada penampilan, anak mungkin merasa tidak mampu dan ingin mengubah penampilan untuk menyesuaikan diri.
6. Penurunan Harga Diri
Anak yang terus-menerus mengikuti peer pressure negatif mungkin mengalami penurunan harga diri karena mereka merasa harus memenuhi ekspektasi teman-temannya.
Baca Juga: Ini Kewajiban Anak di Rumah Berdasarkan Usia, Kenalkan Yuk!
Cara Mengatasi Peer Pressure
Mengatasi peer pressure pada anak memerlukan pendekatan yang tepat dan suportif.
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
1. Komunikasi Terbuka
Ajak anak berbicara secara terbuka tentang pengalaman mereka dengan teman-teman.
Dengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi.
2. Ajarkan Keterampilan Sosial
Latih anak untuk mengatakan "tidak" dengan tegas namun sopan. Berikan contoh situasi dan cara meresponnya.
3. Perkuat Rasa Percaya Diri
Dorong anak untuk percaya diri dengan kemampuan dan pilihan mereka sendiri.
Berikan pujian dan dukungan ketika mereka membuat keputusan yang baik.
4. Pilih Teman yang Positif
Bantu anak untuk menemukan dan memilih teman-teman yang memiliki pengaruh positif dan mendukung.
5. Jadi Teladan yang Baik
Anak cenderung meniru perilaku orang tua. Tunjukkan bagaimana cara menghadapi tekanan dari orang lain dengan cara yang sehat.
6. Kegiatan Ekstrakurikuler
Libatkan anak dalam kegiatan yang mereka sukai di luar sekolah.
Ini bisa membantu mereka menemukan lingkaran sosial yang positif dan sehat.
7. Diskusikan Konsekuensi
Bicarakan tentang konsekuensi dari tindakan yang mereka ambil.
Buat anak mengerti bahwa setiap keputusan memiliki dampaknya sendiri.
8. Dukung Pilihan Anak
Jika anak menghadapi tekanan untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan, dukung keputusan mereka untuk menolaknya.
Pastikan mereka tahu bahwa Moms dan Dads mendukung mereka.
Dengan pendekatan yang tepat, anak akan belajar bagaimana menghadapi tekanan dari teman sebaya dengan cara yang sehat dan positif.
Itu dia Moms, penjelasan mengenai peer pressure pada anak dan apa saja dampak yang bisa diberikan.
Jika Moms merasakan dampak negatif yang semakin terasa karena hal ini, ajak Si Kecil berkonsultasi ke psikolog, ya.
- https://www.aacap.org/AACAP/Families_and_Youth/Facts_for_Families/FFF-Guide/Peer-Pressure-104.aspx#
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10126400/
- https://www.scientificamerican.com/article/peer-pressure-starts-early/
- https://psycnet.apa.org/doiLanding?doi=10.1037%2F0012-1649.43.6.1531
- https://link.springer.com/article/10.1007/s40894-017-0071-2
- https://mentalhealthcenterkids.com/blogs/articles/types-of-peer-pressure
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.