Sering Disebut di Era Pandemi, Penyakit Komorbid Itu Apa, Ya?
Istilah komorbid mulai ramai diperbincangkan belakangan ini. Moms atau Dads mungkin pernah mendengar atau melihatnya, dari siaran berita di TV, video di Youtube, caption di instagram, atau obrolan tetangga di rumah.
Sebenarnya, istilah ini sudah lama ada dalam dunia medis, tapi jarang digunakan.
Istilah komorbid mulai muncul ke permukaan dan banyak digunakan oleh media, ketika pandemi Covid-19 menyerang berbagai negara, termasuk Indonesia.
Yuk, kenali lebih dalam mengenai istilah medis ini!
Apa Itu Komorbid?
Mengutip situs Very Well Health, komorbid atau dikenal juga dengan sebutan komorbiditas adalah adanya dua atau lebih kondisi yang dimiliki seseorang, baik itu terjadi pada saat bersamaan atau muncul secara berurut setelah masalah kesehatan tertentu.
Singkatnya, komorbiditas bisa juga diartikan sebagai penyakit penyerta yang dialami seorang pasien.
Contohnya, pasien yang memiliki tekanan darah tinggi dengan diabetes tipe 2 atau diabetes dengan penyakit ginjal.
Perlu Moms dan Dads ketahui, menurut sebuah studi pada jurnal Circulation, komorbiditas pertama kali digunakan di tahun 1970-an oleh seorang dokter sekaligus ahli epidemiologi bernama A.R. Feinstein.
Beliau menggunakan istilah ini pada pasien yang mengalami demam rematik dan penyakit jantung rematik.
Baca juga: Mengenal Nomophobia, Rasa Takut Berlebihan Ketika Jauh dari Ponsel
Kemudian, istilah komorbid mulai dipergunakan untuk penyakit yang sifatnya jangka panjang alias penyakit kronis.
Itulah sebabnya, beberapa orang, terutama mereka yang memiliki penyakit kronis biasanya paham dengan istilah medis ini.
Mereka mungkin mengetahuinya lewat konsultasi dokter atau informasi yang mereka baca untuk menambah wawasan mengenai penyakitnya.
Nah, istilah ini kemudian mulai digunakan khalayak ketika penyakit Covid-19 mulai menyerang banyak orang di seluruh penjuru dunia.
Salah satunya, pernah diucapkan oleh dr. RM. Agit Sena Setiadi, Sp.D.D., seorang dokter spesialis penyakit dalam RS Akademik UGM.
“Seseorang dengan komorbiditas (penyakit penyerta) lebih berisiko menularkan Covid-19. Salah satunya terkait dengan sistem pertahanan tubuh yang lebih rendah dibandingkan orang tanpa penyakit penyerta,” jelas dr. Agit, dikutip dari situs resmi Universitas Gadjah Mada.
Kenapa Seseorang Bisa Memiliki Penyakit Komorbid?
Komorbiditas tidak selalu berupa penyakit fisik, bisa juga berupa penyakit mental atau keduanya. Seseorang bisa memiliki komorbiditas karena berbagai alasan.
Pertama, karena faktor risiko antara dua atau lebih penyakit tersebut sama, sehingga memungkinkan dirinya terkena penyakit tersebut secara bersamaan atau berurutan.
Kedua, bisa juga terjadi karena gejala dari suatu penyakit yang dimilikinya mempengaruhi risiko seseorang terhadap masalah kesehatan lain.
Contoh kasusnya, seseorang yang memiliki penyakit kanker kulit juga bisa mengalami gejala depresi di waktu bersamaan atau tidak lama setelah penyakit kankernya didiagnosis.
Baca juga: 5 Perlengkapan Bayi Mewah yang Disiapkan Nagita Slavina untuk Anak Kedua, Harganya Bikin Kaget!
Contoh Penyakit Komorbid yang Umum Terjadi
Moms dan Dads, berikut ini adalah beberapa contoh penyakit penyerta yang umum menyerang orang dewasa.
Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan adalah faktor risiko dari banyak penyakit kronis, meliputi diabetes, hipertensi (tekanan darah tinggi), penyakit jantung, rematik, dan osteoarthritis (peradangan).
Itulah sebabnya, seseorang yang mengalami obesitas, besar kemungkinannya memiliki satu atau lebih penyakit kronis tersebut di kemudian hari.
Peningkatan risiko penyakit kronis karena obesitas ternyata dilatarbelakangi oleh banyak hal, Moms.
Berat badan berlebihan menyebabkan sendi di lutut menerima lebih banyak tekanan sehingga bisa menimbulkan peradangan.
Stres fisik ini juga berdampak buruk bagi jantung, serta memicu kenaikan produksi hormon yang mengganggu sistem endokrin sehingga bisa menyebabkan penyakit diabetes.
Osteoarthritis dan Rematik
Selain obesitas, penyakit komorbid lain yang umum menyerang adalah rematik dan osteoarthritis. Keduanya merupakan jenis penyakit radang sendi.
Osteoarthritis terjadi ketika permukaan sendi tulang rawan yang halus menjadi aus.
Sementara rematik terjadi karena sistem kekebalan tubuh menyerang membran sinoval yang membungkus dan melindungi sendi.
Seseorang yang mengalami osteoarthritis akan menunjukkan gejala nyeri pada sendi, gerakan tubuh yang melibatkan sendi menjadi terbatas, disertai munculnya bunyi "klik" pada sendi.
Pada pengidap rematik, sendi yang terkena akan terasa nyeri, kemerahan, membengkak, dan kadang diikuti dengan gejala demam.
Baca juga: 7 Manfaat Rosehip Oil untuk Kecantikan, Salah Satunya Ampuh Mengatasi Jerawat!
Diabetes
Selanjutnya, penyakit komorbid yang cukup tinggi angka kasusnya di Indonesia adalah diabetes. P
enyakit ini menyebabkan kadar gula darah yang tinggi sehingga bisa berakhir dengan kerusakan berbagai organ dan jaringan tubuh, seperti jantung, ginjal, dan saraf.
Gejalanya meliputi sering buang air kecil di malam hari, sering merasa haus dan lapar, tapi tubuh mudah lelah.
Jika pengidapnya memiliki luka, biasanya memakan waktu lama untuk sembuh sehingga sangat mudah terkena infeksi.
Penyakit Jantung
Kesemua penyakit yang disebutkan sebelumnya memiliki kaitan erat dengan penyakit jantung, Moms.
Oleh sebab itu, seorang pengidap penyakit jantung tidak menutup kemungkinan juga terkena diabetes, rematik, atau obesitas.
Jantung adalah organ vital yang bertugas untuk memompa darah ke seluruh tubuh. J
ika fungsinya terganggu akibat peradangan atau kerusakan pembuluh darah maupun otot-otot pendukungnya, akan muncul gejala nyeri dada, sesak napas, denyut jantung tidak beraturan, dan kadang bisa menyebabkan seseorang pingsan.
Depresi dan Gangguan Kecemasan
Penyakit yang menyerang fisik, bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.
Penyakit komorbid yang menyerang kesehatan mental dan paling umum terjadi adalah depresi dan gangguan kecemasan.
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang membuat seseorang terus merasa sedih dan kehilangan minat.
Sementara gangguan kecemasan menyebabkan seseorang hal dan situasi tertentu dengan rasa cemas dan takut yang berlebihan.
Penyakit mental ini menimbulkan tanda-tanda fisik, seperti tubuh berkeringat dan jantung berdebar.
Meski berbeda, pengidap depresi atau gangguan kecemasan akan kesulitan untuk melakukan aktivitas harian dengan normal karena kemunculan gejala yang cukup mengganggu.
Baca juga: Mengenal Ingrown Hair, Cari Tahu Penyebab dan Cara Mencegah Rambut Tumbuh ke Dalam
Setelah memahami penjelasan di atas, Moms dan Dads tentu jadi lebih paham dengan penyakit komorbid, bukan?
Jika Moms atau Dads mengalami satu atau lebih gejala dari penyakit komorbiditas yang disebutkan, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter, ya!
- He, V. Y., Condon, J. R., Ralph, A. P., Zhao, Y., Roberts, K., De Dassel, J. L., . . . Carapetis, J. R. (2016). Long-term outcomes from acute rheumatic fever and rheumatic heart disease. Circulation, 134(3), 222-232. doi:10.1161/circulationaha.115.020966
- Valderas, J. M., Starfield, B., Sibbald, B., Salisbury, C., & Roland, M. (2009). Defining comorbidity: implications for understanding health and health services. Annals of family medicine, 7(4), 357–363. https://doi.org/10.1370/afm.983
- https://www.health.com/condition/infectious-diseases/coronavirus/comorbidities-meaning-covid
- https://www.verywellhealth.com/comorbidity-5081615
- https://www.ugm.ac.id/en/news/20195-how-to-prevent-covid-19-for-comorbid-patients
- https://www.uofmhealth.org/conditions-treatments/cmc/difference-between-osteoarthritis-and-rheumatoid-arthritis
- https://www.nhs.uk/conditions/osteoarthritis/symptoms/
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/7104-diabetes-mellitus-an-overview
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heart-disease/symptoms-causes/syc-20353118
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.