Perbedaan Sakit Kepala dan Migrain pada Anak
Sering dianggap sama, sakit kepala dan migrain pada anak sebenarnya memiliki perbedaan gejala, lokasi sakit, juga pemicunya.
Dengan mengetahui perbedaan antara keduanya, Moms bisa segera melakukan langkah tepat untuk mengatasi gejalanya dan mengajarkan Si Kecil menghindari berbagai pemicunya.
Supaya tidak tertukar lagi, silakan perhatikan dulu perbedaan sakit kepala dan migrain pada anak berikut ini ya, Moms.
Sakit Kepala pada Anak
Foto: thestar.com
Dikutip dari laman Children’s Health Queensland, sakit kepala adalah semua rasa sakit atau nyeri yang terjadi di area kepala secara umum, termasuk leher dan wajah.
Frekuensi dan intensitasnya tidak selalu sama, tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya.
Umumnya sakit kepala disebabkan oleh sinyal rasa sakit yang dikirimkan ke otak saat ada perubahan kimia, saraf, atau pembuluh darah pada area kepala tertentu.
Sakit kepala bisa dibagi menjadi dua kategori umum, yaitu sakit kepala primer yang tidak disebabkan oleh kondisi kesehatan lain dan sakit kepala sekunder yang terjadi bersamaan dengan kondisi lain seperti infeksi, stres, atau konsumsi obat tertentu.
Baca Juga: Anak Sering Pusing, Ini Bisa Jadi Penyebabnya
Migrain pada Anak
Foto: practicalpainmanagement.com
Menurut definisi International Headache Society, migrain adalah sakit kepala berulang yang terjadi dengan atau tanpa aura, dan pada anak setiap episodenya bisa berlangsung selama 2-72 jam.
Aura adalah tanda peringatan atau sensasi yang dirasakan penderita sekitar 10-30 menit sebelum migrain menyerang.
Jenis aura yang paling sering dilaporkan dirasakan oleh penderita migrain adalah kesulitan berpikir, melihat cahaya mengilat atau garis tidak biasa, geli atau mati rasa di wajah atau tangan, serta indera penciuman, perasa, dan peraba yang tidak biasa.
Diperkirakan sekitar 4%-11% anak usia sekolah mengalami migrain, dan diduga penyebabnya adalah gangguan yang memengaruhi otak, saraf, dan pembuluh darah, akibat pelepasan zat kimia di otak.
Migrain pada anak umumnya bersifat genetik atau diturunkan dari anggota keluarga terdekat, tapi migrain sama sekali tidak berhubungan dengan adanya tumor otak ataupun stroke.
Namun, migrain bisa dipicu oleh dehidrasi, melewatkan waktu makan, sakit, tidak cukup tidur, stres, atau paparan cahaya terang.
Baca Juga: Abdominal Migrain Pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
Mengatasi Sakit Kepala dan Migrain
Foto. Medatrio.com
Sakit kepala ringan bisa Moms tangani di rumah dengan meminta Si Kecil berbaring di ruangan gelap, sejuk, dan hening.
Tutupi area dahi dan mata dengan kain lembab dan dingin, lalu minta ia rileks sambil mengatur pernapasan.
Sedangkan menurut rekomendasi Children’s Health Queensland Hospital and Health Service, migrain pada anak bisa diatasi dengan memberikan obat pereda sakit setelah berkonsultasi dengan dokter, menjalankan rutinitas tidur yang baik, makan teratur, cukup asupan cairan, dan mengelola stres dengan baik.
Kapan Si Kecil Perlu Dibawa ke Dokter?
Foto: medicalnewstoday.com
Moms perlu membawa Si Kecil ke dokter untuk dievaluasi lebih lanjut jika sakit kepala tidak mereda setelah diberikan obat pereda nyeri ringan, maupun bertambah parah atau sering sehingga mengganggu tidur dan aktivitas harian.
Juga jika sakit kepala berhubungan dengan demam, leher kaku, ruam, muntah berkepanjangan, atau terlihat memengaruhi kemampuan anak dalam bergerak, melihat, atau bicara.
Migrain pada anak seringkali luput dari perhatian orang tua karena ia masih kesulitan menjelaskan gejala yang dirasakannya.
Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Sakit Kepala pada Anak, Yuk Coba!
Jadi Moms dan Dads juga perlu jeli memperhatikan keluhan Si Kecil.
Apa Moms pernah punya pengalaman dalam menghadapi anak yang migrain atau sakit kepala?
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.