06 Juni 2024

10 Rangkaian Pernikahan Adat Bali yang Begitu Syahdu

Setiap proses pernikahan adat Bali sarat akan makna
10 Rangkaian Pernikahan Adat Bali yang Begitu Syahdu

Foto: shutterstock.com

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau, sehingga setiap daerah memiliki tradisi, termasuk pernikahan adat Bali.

Pernikahan adat Bali memiliki serangkaian yang sarat akan makna, lho, Moms.

Secara umum, pernikahan adat Bali disebut sebagai dengan “pawiwahan”.

Proses pernikahan adat Bali berpedoman pada aturan Kitab Weda dan hukum Hindu yang berlaku dalam masyarakat.

Dengan mengikuti kedua aturan tersebut, pasangan pengantin pun diyakini akan mendapatkan kebahagiaan di dunia (Jagaditha) serta kebahagiaan yang abadi (Moksa).

Baca Juga: Pernikahan Adat Sunda, dari Prosesi Hingga Baju Pengantin

Sejarah Pernikahan Adat Bali

Pernikahan Adat Bali
Foto: Pernikahan Adat Bali (Pinterest.com)

Pernikahan adat Bali memiliki sejarah yang panjang dan kental dalam budaya masyarakat Bali.

Dalam tradisi Bali, pernikahan dianggap sebagai suatu proses yang sakral dan berisi makna yang mendalam.

Pernikahan adat Bali berpedoman pada aturan Kitab Weda dan hukum Hindu yang berlaku dalam masyarakat, sehingga diyakini pasangan pengantin akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di alam Moksa atau abad.

Sejarah pernikahan adat Bali dapat ditelusuri kembali ke masa lalu, ketika masyarakat Bali berangkat dari kepercayaan bahwa pernikahan harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan hukum agama Hindu.

Pernikahan adat Bali dibagi menjadi dua sistem, yaitu memadik dan merangkat.

Memadik dilakukan di rumah mempelai perempuan, sedangkan merangkat dilakukan di rumah mempelai laki-laki.

Kedua sistem ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mempersatukan dua orang menjadi suami istri dan memulai kehidupan baru bersama.

Dalam sejarah, pernikahan adat Bali juga memiliki contoh-contoh yang menarik. Salah satunya adalah perkawinan nyentana, yang dilakukan oleh Arya Tutuan dan istrinya di Bukit Buluh, Desa Gunaksa, Klungkung.

Mereka dianggap sebagai contoh pasangan suami-istri yang hidup bahagia dan menjadi contoh bagi generasi mendatang.

Dalam sejarah leluhur Bali, pernikahan adat Bali dipercaya sebagai cara untuk mempersatukan dua orang dan memulai kehidupan baru bersama, serta untuk melanjutkan keturunan dalam keluarga.

Baca Juga: 9+ Destinasi Wisata Bedugul Bali, Penuh Keindahan Alam!

Rangkaian Pernikahan Adat Bali

Pernikahan Adat Bali
Foto: Pernikahan Adat Bali (thebridedept.com)

Setiap tahun pernikahan adat Bali yang dilakukan membutuhkan banyak persiapan, tetapi seluruh prosesi tersebut sarat akan makna dan memiliki tujuan baik bagi kedua calon pengantin.

Lalu, seperti apakah pernikahan adat Bali dalam agama Hindu? Simak selengkapnya.

1. Menentukan Hari Baik

Tahap pernikahan adat Bali yang pertama ialah menentukan hari baik. Pemilihan hari baik tersebut disesuaikan dengan kalender agama Hindu.

Hari baik tersebut dipilih mulai dari calon mempelai pria datang untuk nyedek (memberitahukan) dan hari melangsungkan pernikahan sesuai hari yang disepakati oleh kedua belah pihak keluarga calon pengantin.

Pemilihan hari baik ini bertujuan untuk mendapatkan kelancaran dan keberkahan sehingga pelaksanaan pernikahan dapat menjadikan kedua calon pengantin menjadi pasangan suami istri yang bahagia.

Baca Juga: 14 Prosesi Pernikahan Adat Batak Toba, Mulai dari Persiapan!

2. Ngekeb

Ngekeb adalah upacara dalam pernikahan adat Bali yang bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita.

Upacara ngekeb dilakukan dengan memandikan dan mencuci rambut mempelai wanita dengan luluran khusus.

Luluran khusus ini terbuat dari campuran daun merak, bunga kenanga, kunyit, dan beras yang telah dihaluskan.

Luluran ini kemudian akan dibalurkan ke sekujur tubuh mempelai wanita pada sore hari.

Setelah itu, mempelai wanita masuk ke dalam kamar pengantin yang sudah disediakan sesajen dan tidak diperbolehkan keluar sampai mempelai pria menjemputnya.

Ketika mempelai pria sudah tiba di kamar pengantin, sang wanita wajib ditutupi dengan selembar kain tipis berwarna kuning dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Kain yang dikenakan mengandung filosofi bahwa calon mempelai wanita telah siap untuk meninggalkan masa lajangnya untuk proses menyongsong kehidupan baru, yaitu kehidupan rumah tangga.

Sebagai informasi, ngekeb dilakukan untuk mempersiapkan mental calon pengantin dan sebagai kesempatan berdoa kepada kepada Ida Sang Hyang Widi agar dianugrahkan kebahagiaan lahir batin.

3. Ngungkab Lawang

Pernikahan Adat Bali
Foto: Pernikahan Adat Bali (Doransouvenir.com)

Ngungkab lawang dalam proses pernikahan adat Bali berarti membuka pintu.

Hal ini dilakukan dengan cara menjemput calon pengantin wanita oleh pria dan mereka dipertemukan untuk menjalani sembilan rangkaian acara.

Acara tersebut meliputi Pejati dan Suci Alit, Peras pengambean, Caru ayam brumbun asoroh, Bayekawonan, Prayascita, Pangulapan, Segehan Panca Warna, Segehan seliwang Atanding, dan Segehan Agung.

Namun, sebelum melakoni kesembilan rangkaian itu, pengantin pria harus mengucapkan syair weda dan dibalas dengan syair weda dari pengantin wanita lalu melemparkan daun betel atau daun sirih.

Pelemparan ini bertujuan untuk menolak kekuatan jahat yang mungkin akan datang selama prosesi pernikahan berlangsung.

Selanjutnya, calon mempelai wanita dibawa ke rumah mempelai pria tanpa dikuti oleh keluarga perempuan, dengan cara digendong dan dibawa menggunakan tandu.

Baca Juga: Ketahui Pernikahan Adat Jawa yang Penuh Doa dan Makna

4. Mesegeh Agung

Sebelum memasuki pekarangan rumah mempelai pria, kedua calon pengantin harus menghadapi prosesi mesegeh Agung.

Kain kuning yang menutupi tubuh mempelai wanita pun akan dibuka oleh calon ibu mertuanya.

Kemudian, ditukar dengan uang kepeng satakan, pertanda menyambut dunia baru dan mengubur segala masa lalu, dan sebagai ungkapan selamat datang pada mempelai wanita.

5. Medengen-dengenan (Mekala-kalaan)

Seserahan Bali
Foto: Seserahan Bali (plaminan.com)

Dalam tahap ini, prosesi medengen-dengenan (mekala-kalaan) akan dipimpin oleh seorang pemimpin agama, seperti pendeta ataupun pemangku adat sesuai dengan adat dan budaya masing-masing daerah.

Upacara dalam pernikahan adat Bali ini bertujuan untuk membersihkan diri kedua mempelai.

Sejumlah prosesi yang terdapat dalam upacara ini, meliputi:

  • Menyentuhkan kaki pada Kala Sepetan
  • Jual beli antara mempelai wanita dan pria
  • Menusuk Tikeh Dadakan, Lingga, dan Yoni
  • Memutuskan benang yang terentang pada batang pohon dadap

Adapun prosesi tersebut menganalogikan kedua mempelai siap memasuki dunia baru dengan kehidupan berkeluarga.

Baca Juga: Kenali Prosesi Pernikahan Adat Padang dan Syarat serta Tradisinya


6. Upacara Mewidhi Widana

Proses pernikahan adat Bali berikutnya, yaitu upacara mewidhi widana.

Umumnya, prosesi mewidhi widana dipimpin oleh seorang pendeta atapun sulinggih, bunyi genta akan mengiringi prosesi ini sebagai pembersihan diri.

Kedua calon pengantin akan menuju sanggah atau pura merajan di pekarangan rumah.

Tujuannya untuk memberitahukan akan hadirnya keluarga baru kepada para leluhur, serta memohon ijin dan restu agar kehidupan berkeluarga keduanya dilanggengkan dan memiliki keturunan yang baik.

Pada upacara ini, kedua mempelai akan memakai pakaian kebesaran pengantin atau bisa juga dengan pakaian adat biasa sesuai kemampuan.

7. Upacara Mejauman (Ma Pejati)

Tipat Bantal
Foto: Tipat Bantal (polhukam.ic)

Upacara Mejauman juga disebut dengan “ngabe tipat bantal” atau membawa tipat bantal. Di beberapa daerah, masyarakat banyak menyebutnya sebagai upacara “meserah”.

Dalam prosesi pernikahan adat Bali ini, wanita yang mengikuti sang suami datang kembali ke keluarga wanita didampingi oleh keluarga besar, kerabat dan tetangga dari keluarga pria.

Dengan melakukan upacara mepamit di sanggah pekarangan atau pun merajan, dan mepamit (mohon ijin meninggalkan) secara niskala kepada leluhur keluarga wanita.

8. Natab Pawetonan

Ritual natab pawetonan dilakukan di atas tempat tidur dengan cara menyerahkan seserahan berupa barang bernilai, seperti perhiasan dan pakaian oleh mempelai pria kepada ibu dari mempelai wanita.

Barang bernilai yang diserahkan tersebut merupakan simbol “pengganti air susu ibu”.

Hal ini melambangkan harapan tugas sang ibu dalam mendidik, membesarkan, dan melindungi anaknya telah selesai dan berpindah kepada calon suami.

Baca Juga: 8 Bacaan Ijab Kabul Pernikahan dalam Berbagai Bahasa

9. Bekal (Tadtadan)

Pernikahan Adat Bali
Foto: Pernikahan Adat Bali (siapnikah.org)

Dalam prosesi pernikahan adat Bali, bekal (tadtadan) dilakukan dengan cara memberikan seperangkat perhiasan atau pakaian ibadah dari ibu kepada anak wanitanya.

Upacara ini melambangkan sebuah harapan sang anak akan selalu mengingat jasa-jasa ibunya yang telah berjuang susah payah dalam melahirkannya.

Sementara itu, pakaian ibadah yang diberikan merupakan simbol bahwa anak tersebut diharapkan akan terus beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa.

10. Mejaya-jaya

Mejaya-jaya merupakan acara dalam pernikahan adat Bali yang terakhir.

Upacara ini dilaksanakan setelah pasangan pengantin telah sah menjadi suami istri dan melambangkan harapan agar selalu diberi kemudahan serta bimbingan dari para Sanghyang Pramesti Guru.

Setelah upacara mejaya-jaya, kedua pengantin baru tidak diperbolehkan untuk keluar atau bepergian selama tiga hari berturut-turut.

Mereka wajib tinggal di rumah untuk melakukan kewajibannya sebagai suami istri.

Aturan ini diyakini dapat meningkatkan keintiman hubungan kedua mempelai dan agar sang pria bisa banyak memberikan nasihat kepada istrinya.

Selain itu, aturan tersebut juga sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga dari pihak wanita dengan harapan tali kekeluargaan akan terus terjalin erat.

Baca Juga: Prosesi Pernikahan Adat Palembang Beserta Maknanya, Sakral!

Cara Menentukan Hari Baik dalam Pernikahan Adat Bali

Pernikahan Adat Bali
Foto: Pernikahan Adat Bali (Pinterest.com)

Menentukan hari baik dalam pernikahan adat Bali melibatkan beberapa unsur yang harus diperhatikan.

Berikut langkah-langkah yang biasa digunakan:

  1. Wewaran: Hari yang baik untuk menikah adalah hari Senin, Rabu, Kamis, dan Jumat. Hal ini berdasarkan keyakinan masyarakat Bali bahwa hari-hari ini memiliki energi yang positif dan dapat membantu memperlancar proses pernikahan.
  2. Pawukon: Wuku yang seharusnya dihindari dalam pernikahan adalah Rangda Tiga dan Uncal Balung. Rangda Tiga diyakini dapat menyebabkan cerai dan menjadi janda atau duda hingga tiga kali, sedangkan Uncal Balung dapat menyebabkan sengsara dalam rumah tangga.
  3. Penanggal: Penanggal yang baik untuk pernikahan adalah tanggal 1, 2, 3, 5, 7, 10, dan 13. Penanggal ini dipercaya dapat membantu memperlancar proses pernikahan dan mencapai tujuan yang dimaksud.
  4. Sasih: Sasih yang direkomendasikan untuk pernikahan adalah Sasih Ketiga, Kapat, Kalima, Kapitu, dan Kedasa. Sasih ini dipercaya memiliki energi yang positif dan dapat membantu memperlancar proses pernikahan.
  5. Wariga: Wariga Agung juga digunakan sebagai pedoman dalam menentukan hari baik. Wariga Agung membagi hari menjadi beberapa kategori, seperti hari yang sangat baik, baik, buruk, dan sangat buruk. Orang Bali biasanya menggunakan Wariga Agung untuk menentukan hari yang sesuai untuk pernikahan.

Baca Juga: 12 Pernikahan Adat dari Berbagai Suku di Indonesia!

Itu dia rangkaian dalam pernikahan adat Bali.

Moms yang menikah dengan tradisi ini pasti sudah tidak asing lagi karena telah menjalani seluruh prosesinya, bukan?

  • https://www.balitoursclub.net/pernikahan-adat-di-bali/
  • https://siapnikah.org/11-langkah-dan-makna-prosesi-pernikahan-adat-bali-yang-indah/
  • https://www.weddingku.com/blog/prosesi-pernikahan-adat-bali

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.