Pojok Emosi, Bantu Anak Kelola Emosi
Oleh Triana Febrianny (31 tahun), Ibu dari Dilan Dierja Ramadhan (4 th) dan Anindya Ninggar Rarsari (2 th), Member WAG Orami Orami Working Moms (3)
Apakah Moms setuju kalau mengelola emosi menjadi hal yang sulit dilakukan bagi banyak orang? Apalagi untuk anak-anak. Terkadang, kita saja yang sudah dewasa masih kesulitan dalam mengelola emosi.
Masalah mengelola emosi ini memang terlihat sepele, tetapi ada efek jangka panjang jika tidak diselesaikan dengan baik.
Layaknya bom waktu, akan terjadi dampak dari pengelolaan emosi buruk yang siap meledak di kemudian hari nanti.
Banyak dari kita menganggap sepele masalah ini. Jika diperhatikan, sedari kecil anak-anak sudah menunjukan bahwa mereka kesulitan menyampaikan emosi yang dirasakan.
Contohnya, anak mudah tantrum, gampang ngambek, tidak bersemangat, kurang bahagia, atau bahkan terlalu bahagia dengan mengeluarkan reaksi berlebih.
Tapi, kita sebagai orang tua atau orang dewasa masih suka tidak peka dan menyepelekan perasaan mereka. Padahal, seharusnya kita bisa lebih mengerti atau setidaknya menghargai emosi anak.
Baca Juga: Mengidap PCOS, Begini Perjalanan Kehamilanku hingga Menjadi Stay-at-Home Mom
Mengikuti Kelas untuk Mengelola Emosi Anak
Foto: Orami/Triana Febrianny
Karena aku menganggap isu pengelolaan emosi ini penting, aku pun berinisiatif untuk belajar pengendalian emosi, dan ternyata hal ini tidak mudah, Moms.
Alhamdulillah, aku diberikan kesempatan mengikuti acara bincang santai bersama Vidya D. Paramita di Rimba Baca pada 24 Agustus kemarin, dengan tema "Membantu Anak Mengelola Emosi".
Di acara ini, dibahas tentang pengenalan emosi anak serta cara mengatasinya, selama tiga jam. Ada banyak sekali ilmu baru yang aku dapatkan.
Acara ini dipandu Vidya D. Paramita, praktisi Montessori, co-founder Sekolah Montesori Rumah Krucil.
Ia menyampaikan tentang pengendalian dan kontrol diri orang tua dalam mengelola emosi di rumah, serta pentingnya peran ibu sebagai tiang utama emosi di rumah.
Setiap saat, ibu membutukan kesabaran ekstra dan harus kuat mengendalikan emosi, serta mampu menciptakan 'benteng' atau 'tirai' agar tidak gampang tertular emosi di rumah.
Vidya juga menjelaskan bahwa emosi itu bersifat netral, reaksinya ada yang positif dan negatif.
Bukan hanya sedih, emosi juga termasuk senang, takut dan marah. Emosi itu menular. Karenanya, penting melatih anak mengelola emosinya sedari dini.
Ada cara yang bisa Moms gunakan untuk membuat anak mengungkapkan emosi yang dirasakannya, serta membantunya mengelola emosi mereka sendiri.
Salah satu caranya adalah dengan Pojok Emosi.
Baca Juga: Begini Tipsku Agar Menghasilkan ASI Berlimpah, Bahkan Hingga jadi Pendonor ASI
Pojok Emosi sebagai Cara Kendalikan dan Kontrol Emosi
Foto: Orami/Triana Febrianny
Pojok emosi ini bisa dibuat di pojok favorit di rumah. Moms bisa mendirikannya bersama anak, sehingga mereka mengerti tentang fungsi serta manfaatnya, karena terlibat dalam proses pembuatannya.
Bahan-bahan yang harus disiapkan dalam membuat pojok emosi:
- Cermin
- White board atau styrofoam
- Gambar atau foto tentang berbagai emosi seperti sedih, senang, cemas dan marah
- Siapkan gambar positif sebagai cara anak dapat meredam emosinya. Misalnya, berpelukan, main sepeda, baca buku, minum air putih, makan buah atau menyiram tanaman
Saat emosi berlebihan datang, Moms bisa mengajaknya ke pojok emosi, lalu biarkan anak menunjuk emosi apa yang sedang ia rasakan.
Moms juga dapat meminta anak memilih di papan emosi, cara apa yang diinginkan anak untuk menyalurkan emosi yang mereka rasakan.
Baca Juga: Cita-citaku: ASI Eksklusif untuk Sang Buah Hati Kembar
Pentingnya Pojok Emosi Agar Anak Mengenali Emosinya
Foto: Orami/Triana Febrianny
Pojok emosi berguna untuk membantu anak dalam mengenali emosi yang sedang mereka rasakan, dan membuat mereka bicara tentang emosi tersebut.
Dengan pojok emosi, anak pun juga mencari tahu tentang penyebab emosi dan terbiasa menyalurkan atau meredam emosi ke hal-hal positif.
Ketidakmampuan anak dalam mengenali emosi akan mengakibatkan anak tidak bisa mengelola emosinya, dan terjadi hal-hal yang bisa di luar dugaan.
Contohnya, kasus seorang anak yang mengancam gurunya karena handphone-nya disita, atau balita yang tega membunuh adiknya sendiri yang baru lahir, dan banyak lagi kejadian lainnya.
Selain itu bisa terjadi juga "broken adult" karena emosi yang tidak terselesaikan di masa lalu sebagai dampak dari emosi yang tidak tersalurkan dengan baik.
Baca Juga: Melahirkan Normal dengan Nyaman tanpa Rasa Sakit, Begini 5 Tips Saya
Tips Membantu Anak Mengelola Emosinya
Foto: Orami/Triana Febrianny
Vidya juga memberikan tips menangani emosi pada anak, sebelum terjadi, sedang terjadi dan setelah terjadi.
Bagaimana membantu anak dalam mengelola rasa emosi anak dari tiga momen di atas dengan cara:
- Jika anak sedang merasakan emosi, tetap tenang
- Hadir secara pasif sebagai dukungan saat anak sedang merasakan emosi
- Tetap berjaga jika anak melakukan tindakan deskruktif/merusak atau menyakiti diri sendiri atau orang lain atau lingkungan sekitar
- Setelah anak terlihat lebih tenang, terimalah emosi anak
- Komunikasikan dengan anak tentang perasaan emosi yang sedang mereka rasakan, jaga intonasi verbal dengan menyampaikan secara lembut namun tegas, dan jaga ekspresi wajah dan tubuh yang tenang
- Perkenalkan ke anak ragam cara untuk menyalurkan emosi ke hal yang positif, contohnya menyiram tanaman, bermain sepeda, berpelukan, atau makan buah
- Usahakan bagi orang tua untuk tidak menghakimi, memarahi dan mengungkit-ungkit kesalahan anak saat anak sedang dilanda "badai" emosi
- Lakukan tatap mata dan beri sentuhan, seperti mengusap pundak atau usap kepala untuk menenangkan anak.
Hal ini menjadi pembelajaran bagiku sebagai orang tua, agar selalu tetap tenang dalam menghadapi emosi serta membantu anak-anak dalam mengelola emosi.
Ingat, anak-anak kita selalu aktif meniru apapun yang orang tua lakukan.
Tugas kita sebagai orang tua memang berat, tapi bukan berarti tidak mungkin dilakukan jika kita berusaha terus menjadi lebih baik setiap harinya.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.