02 Mei 2024

Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca, Memicu Pemanasan Global

Efek rumah kaca berkaitan dengan pemanasan global

Jika Moms merasakan bahwa belakangan suhu menjadi sangat panas, maka Moms bisa menyalahkan proses terjadinya efek rumah kaca.

Istilah efek rumah kaca atau greenhouse effect sebenarnya bukan istilah baru.

Efek rumah kaca adalah proses yang terjadi saat gas-gas di atmosfer bumi memerangkap panas matahari.

Proses terjadinya efek rumah kaca ini kemudian membuat Bumi jauh lebih hangat daripada tanpa atmosfer.

Awalnya, efek rumah kaca adalah salah satu hal yang membuat Bumi menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali.

Namun, aktivitas manusia mengubah proses terjadinya efek rumah kaca.

Pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara dan minyak, menyebabkan lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer.

NASA juga mengamati peningkatan jumlah karbon dioksida dan beberapa gas rumah kaca lainnya di atmosfer.

Terlalu banyak gas rumah kaca ini juga buruk untuk Bumi karena atmosfer bumi jadi memerangkap lebih banyak panas.

Hal ini menyebabkan Bumi memanas dan kenaikan suhu global.

Simak lebih jauh proses terjadinya efek rumah kaca, penyebab, dan dampaknya bagi kehidupan di Bumi!

Baca Juga: 7 Sikap Ramah Lingkungan untuk Selamatkan Bumi yang Bisa Diterapkan di Rumah

Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca

Efek Rumah Kaca (bgs.ac.uk)
Foto: Efek Rumah Kaca (bgs.ac.uk)

Mengutip dari Natural Resources Defense Council, efek rumah kaca adalah hal yang baik.

Proses ini menghangatkan Bumi ke suhu rata-rata 15 derajat Celcius, yang nyaman dan membuat kehidupan di Bumi tetap layak huni.

Tanpa proses terjadinya efek rumah kaca, dunia menjadi tempat yang beku dan tidak dapat dihuni dan lebih mirip Mars.

Faktanya, 30 persen energi matahari yang mencapai Bumi dipantulkan kembali ke luar angkasa.

Sekitar 70 persen melewati atmosfer ke permukaan bumi, yang mana ini akan diserap oleh daratan, lautan, dan atmosfer, dan memanaskan Bumi.

Panas ini kemudian diradiasikan kembali dalam bentuk sinar infra merah yang tidak terlihat.

Sementara, sebagian dari cahaya inframerah ini berlanjut ke luar angkasa, dan sekitar 90 persen terserap oleh gas atmosfer.

Ini kemudian dikenal sebagai gas rumah kaca, dan diarahkan kembali ke Bumi sehingga menyebabkan pemanasan lebih lanjut.

Baca Juga: 5+ Ide Kreasi dari Botol Bekas, Bisa Kurangi Sampah Plastik!

Selama sebagian besar 800.000 tahun terakhir, konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi adalah antara sekitar 200 hingga 280 molekul gas per juta molekul udara.

Namun, sejak satu abad yang lalu, konsentrasi itu telah melonjak menjadi lebih dari 100 persen.

Kenaikan ini didorong oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan.

Konsentrasi gas rumah kaca yang lebih tinggi, khususnya karbon dioksida, akan menyebabkan panas lebih banyak terperangkap dan suhu global pun meningkat.

Ada lima gas-gas paling signifikan yang menyebabkan Bumi semakin panas akibat proses terjadinya efek rumah kaca.

Gas tersebut antara lain karbon dioksida, methana, dinitrogen oksida, berfluorinasi (hydrofluorocarbon, perfluorocarbon, sulfur heksa fluorida, dan nitrogen trifluoride) serta uap air.

Lima gas ini pun dikenal sebagai gas rumah kaca.

Baca Juga: Apakah Moms Berada di Lingkungan Sehat? Simak Tanda dan Cara Menjaganya

Penyebab Efek Rumah Kaca

Asap Pabrik (cbsnews.com)
Foto: Asap Pabrik (cbsnews.com)

Penyebab efek rumah kaca adalah peningkatan gas rumah kaca di udara.

Peningkatan ini bisa terjadi akibat pertambahan populasi, aktivitas ekonomi, gaya hidup, penggunaan energi, pola penggunaan lahan, teknologi, dan kebijakan iklim yang tidak mementingkan kelestarian alam.

Berikut ini beberapa jenis aktivitas manusia yang bisa meningkatkan proses terjadinya efek rumah kaca:

1. Produksi Listrik

Proses terjadinya efek rumah kaca yang pertama disebabkan oleh produksi listrik.

Pembakaran batu bara, minyak, dan gas alam untuk menghasilkan listrik dan panas.

Hal ini menyumbang seperempat dari emisi yang didorong oleh manusia di seluruh dunia dan menjadikannya sumber tunggal terbesar.

2. Pertanian dan Perubahan Penggunaan Lahan

Sekitar seperempat dari emisi gas rumah kaca global berasal dari pertanian dan kegiatan penggunaan lahan lainnya, seperti deforestasi.

Sebagian besar penyumbang gas rumah kaca ini adalah metana yang dihasilkan dari kotoran dan kentut sapi serta dinitrogen oksida akibat penggunaan pupuk berat nitrogen.

3. Industri

Proses terjadinya efek rumah kaca yang ketiga yaitu terkait Industri.

Sekitar seperlima dari emisi global yang didorong oleh manusia berasal dari sektor industri, yang meliputi pembuatan barang dan bahan mentah (seperti semen dan baja), pemrosesan makanan, dan konstruksi.

4. Transportasi

Pembakaran bahan bakar berbasis minyak bumi, yaitu bensin dan solar, untuk menggerakkan sistem transportasi dunia menyumbang 14 persen dari emisi gas rumah kaca global.

Karbon dioksida adalah gas utama yang dipancarkan.

Selain itu, ada juga hasil pembakaran bahan bakar seperti metana dan dinitrogen oksida.

Pendingin udara juga melepaskan gas berfluorinasi.

5. Bangunan

Bangunan yang beroperasi di seluruh dunia menghasilkan 6,4 persen gas rumah kaca global.

Ini karena pendingin udara menghasilkan gas berfluorinasi.

6. Sumber Lain

Kategori ini mencakup emisi dari kegiatan terkait energi selain pembakaran bahan bakar fosil, seperti ekstraksi, pemurnian, pemrosesan, dan pengangkutan minyak, gas, dan batu bara.

Secara global, sektor ini menyumbang 9,6 persen emisi.

Baca Juga: 6 Cara Mengatasi Pemanasan Global yang Bisa Dilakukan Sehari-hari

Dampak Efek Rumah Kaca

Kekeringan (ec.europa.eu)
Foto: Kekeringan (ec.europa.eu)

Proses terjadinya efek rumah kaca yang berlebihan ini menyebabkan pemanasan global yang telah mengubah sistem iklim bumi.

Dampaknya antara lain:

1. Cuaca Ekstrem

Menyebabkan peristiwa cuaca ekstrem yang lebih sering dan/atau intens.

Termasuk gelombang panas, angin topan, kekeringan, dan banjir.

2. Curah Hujan

Memperparah curah hujan dan membuat daerah basah menjadi lebih basah dan daerah kering menjadi lebih kering.

3. Permukaan Laut

Naiknya permukaan laut karena mencairnya gletser dan es laut dan peningkatan suhu laut.

4. Perubahan Ekosistem

Mengubah ekosistem dan habitat alami, menggeser rentang geografis, aktivitas musiman, pola migrasi, dan kelimpahan spesies darat, air tawar, dan laut.

5. Gangguan Kesehatan

Peningkatan suhu global dapat meningkatkan tingkat polusi udara dan menyebabkan penyebaran penyakit yang terkait dengan udara kotor dan air yang tercemar.

Selain itu, gelombang panas yang lebih sering dapat mengakibatkan kelelahan panas dan bahkan kematian pada populasi yang rentan.

6. Kerugian Ekonomi

Perubahan iklim dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan.

Termasuk kerugian pertanian karena perubahan pola hujan.

Kerugian industri pariwisata karena peningkatan tingkat permukaan laut, dan biaya pemulihan dari bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Baca Juga: 7 Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan, Yuk Sayangi Bumi Kita!

Perubahan ini menimbulkan ancaman tidak hanya bagi tumbuhan dan satwa liar, tetapi langsung bagi manusia.

Suhu yang lebih hangat berarti serangga yang menyebarkan penyakit, seperti demam berdarah dan Zika dapat berkembang biak.

Selain itu, gelombang panas juga bisa membunuh manusia.

Selain itu, banyak orang bisa kelaparan ketika persediaan makanan berkurang akibat kekeringan dan banjir.

Kerawanan pangan dapat menyebabkan migrasi manusia massal dan ancaman ketidakstabilan politik di banyak negara.

  • https://www.nrdc.org/stories/greenhouse-effect-101
  • https://climatekids.nasa.gov/greenhouse-effect/
  • https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/6137512855428/pengertian-efek-rumah-kaca-dan-penyebabnya

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.