21 Agustus 2023

Mengenal Resesi, Mulai dari Penyebab hingga Dampaknya

Resesi tingkatkan kebangkrutan perusahaan dan pengangguran

Resesi ekonomi merupakan momok bagi seluruh dunia termasuk Indonesia.

Sebab, kondisi ekonomi yang seperti ini memicu pengangguran hingga kebangkrutan ekonomi.

Terlebih, kondisi ini sudah diperbincangkan dari lama.

Ancaman resesi di 2023 pun tidak bisa dihindari.

Kondisi ini membuat bank sentral dunia memutuskan mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga.

Nah, apa itu resesi? Simak selengkapnya di sini ya, Moms.

Baca Juga: Saham Gorengan: Dimanupulasi agar Harganya Melambung!

Apa Itu Resesi?

Ilustrasi Uang
Foto: Ilustrasi Uang (Orami Photo Stock)

Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu lama dan stagnan.

Bisa berbulan-bulan hingga tahunan, Moms.

Kondisi ini berisiko pada penurunan keuntungan perusahaan yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja bagi karyawan dan kebangkrutan ekonomi.

Sebelumnya, Indonesia sudah mengalami resesi pada 2020 lalu akibat pandemi COVID-19.

Kondisi ekonomi saat itu terbukti dengan berkurangnya lapangan kerja dan pemecatan massal di sejumlah perusahaan.

Tanpa adanya aktivitas ini, berdampak pada situasi ekonomi yang melambat hingga macet.

Jadi, resesi memang merambat ke semua aspek, nih Moms.

Hal inilah yang menyebabkan resesi paling menakutkan bagi dunia.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Tepung Protein Tinggi, Harganya Terjangkau!

Penyebab Resesi Ekonomi

Ilustasi Resesi
Foto: Ilustasi Resesi (Orami Photo Stock)

Penyebab terjadinya resesi cukup beragam dan saling terkait.

Resesi ekonomi ditandai dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam dua kuartal beruntun.

Berikut penyebab resesi ekonomi.

1. Inflasi

Penyebab resesi yang pertama adalah inflasi. Tentunya inflasi bukanlah situasi yang pertama kali dirasakan Indonesia, ya Moms.

Bahkan saat pandemi COVID-19 pun dunia sudah mengalami inflasi.

Inflasi adalah naiknya harga barang dan jasa selama waktu tertentu.

Inflasi yang berlebihan memicu daya beli masyarakat melemah.

Hal ini menyebabkan produsen membatasi produksi barang dan jasa.

Otomatis harga barang dan jasa yang ditawarkan akan melambung dan membuat konsumen kesulitan mendapatkannya.

Inflasi masuk ke dalam kategori berbahaya karena memicu pengangguran, kemiskinan, pemecatan karyawan, dan resesi.

Baca Juga: 10 Kucing Termahal di Dunia, Ada yang Harganya Miliaran!

2. Tingginya Suku Bunga

Inflasi yang melambung, membuat bank sentral menaikkan suku bunga.

Kemudian, diperparah daya beli masyarakat yang menurun.

Suku bunga yang dinaikkan tentunya bukan tanpa maksud, lho Moms.

Suku bunga yang tinggi berguna untuk melindungi nilai mata uang.

Namun, sayangnya kenaikan suku bunga ini membebani debitur dan membuat kredit macet.

Jika ini terjadi secara besar-besaran, perbankan berujung kolaps.

3. Deflasi

Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi.

Deflasi adalah turunnya harga barang dan jasa.

Sekilas, deflasi memang seperti angin surga dan mampu meningkatkan daya beli masyarakat.

Namun, jika berlebihan, kondisi ini juga tidak sehat karena merugikan produsen barang dan jasa.

Penurunan harga memicu konsumen untuk menunda pembelian sampai nominal yang paling rendah.

Apabila ini terjadi, daya beli justru melemah dan produksi berkurang.

Nah, jika konsumen dan unit bisnis berhenti mengeluarkan uang, ekonomi berhenti.

4. Penggembelungan Aset

Gelembung aset juga merupakan salah satu penyebab resesi.

Penggembelungan aset umumnya terjadi di pasar saham dan properti.

Investor terpicu untuk mengambil keputusan gegabah dan berujung kerusakan pasar.

Investor membeli banyak saham dan properti dengan harapan harga akan naik di kemudian hari.

Alih-alih harga naik, aset tersebut malah ramai dijual saat kondisi ekonomi sedang berantakan atau dikenal dengan panic selling.

5. Utang Berlebihan

Jika pelaku usaha atau pebisnis memiliki banyak utang dan tak mampu membayar tagihan, maka dapat menyebabkan kebangkrutan.

6. Perkembangan Teknologi

Kondisi ini terdengar tidak negatif ya, Moms.

Sebab perkembangan teknologi memang akan terjadi meskipun ekonomi dunia seadang baik.

Namun, adanya revolusi industri pelaku usaha kemungkinan akan ramai membuat Artificial Intelligence (AI) atau robot yang akan menggantikan tenaga manusia.

Nah, tentu saja ini akan berdampak pada pengangguran dan resesi yang tidak bisa dihindarkan.

Baca Juga: Moms, Ini Cara Unik Dapat Uang untuk Pemasukan Tambahan

Dampak Resesi

Ilustrasi Karyawan
Foto: Ilustrasi Karyawan (Orami Photo Stock)

Resesi tentu tidak hanya berdampak bagi pengusaha dan pekerja atau masyarakat lainnya.

Namun, seluruh aspek hingga pemerintah sekalipun.

1. Dampak Bagi Pemerintah

Resesi membuat pendapatan negara dari pajak dan non pajak menurun.

Kondisi ini terjadi karena penghasilan masyarakat menurun dan memicu rendahnya jumlah PPN ke kas negara.

Saat pendapatan menurun, pemerintah dituntut untuk membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya karena pengangguran meningkat.


2. Dampak Resesi bagi Perusahaan

Tentunya kondisi ini berdampak juga bagi pebisnis atau pengusaha.

Daya beli masyarakat yang turun, pendapatan perusahaan tentu turut menurun.

Akibatnya alur kas terganggu, perang harga terjadi dan kebangkrutan perusahaan tidak bisa terhindarkan.

Perusahaan pun akan menutup area bisnis yang tidak berkembang dan memotong biaya operasional.

Baca Juga: Yuk, Ajarkan Anak Bijak Mengatur Uang Salam Tempel Lebaran!

3. Dampak bagi Pekerja

Resesi juga berdampak bagi pekerja.

Area bisnis yang tidak berkembang tersebut memotong biaya operasional dan pemutusan hubungan kerja.

Jika PHK terjadi, pengangguran meningkat.

Bahkan, baik yang masih bekerja pun bisa berdampak pada pemotongan upah dan hak kerja.

Kemungkinan Resesi di Indonesia tahun 2023-2024

Dari penjelasan di atas, Moms sudah tahu apa itu resesi beserta dengan penyebab dan dampaknya bagi kehidupan masyarakat.

Moms mungkin akan bertanya, lantas seperti apa dampaknya jika Indonesia mengalami resesi?

Hal ini ramai diperbincangkan karena diduga resesi global akan terjadi tahun 2023-2024, termasuk Indonesia akan mengalami resesi.

International Monetary Fund (IMF) telah memberikan peringatan kepada setiap negara bahwa resesi ekonomi diperkirakan akan terjadi di tahun 2023-2024.

Tanda-tanda yang muncul yaitu pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) negatif, pengangguran yang meningkat, pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif.

Didalam prediksi dari IMF, Indonesia merupakan negara yang termasuk akan terkena resesi.

Hal tersebut bahkan dibenarkan oleh Sri Mulyani yang menjabat sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia.

Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa situasi ekonomi dunia yang memasuki resesi tersebut akan berdampak kepada Indonesia.

Dr. Luqman Hakim, M.Si. Ak., seorang dosen sekaligus Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Jakarta, melakukan analisis terkait prediksi resesi yang ramai diperbincangkan.

Dari hasil analisis Luqman, Indonesia akan selamat dari jurang resesi, hal tersebut berkaca pada hasil IMF yang mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia di tahun 2022 yang mendapatkan angka sebesar 5.3%.

Angka tersebut mengalami penurunan kecil yang tidak signifikan di tahun 2023 ini yaitu menjadi 5%.

Perubahan tersebut artinya tidak berdampak signifikan dan masih termasuk dalam angkat yang tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju.

Analisis dari Luqman juga dibenarkan oleh Cheng Hoon Lim yang merupakan Indonesia Mission Chief, Asia and Pacific Department IMF.

Menurut Chen, Indonesia akan lebih tinggi dibandingkan negara lain karena ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi dan investasi.

Selain itu, kondisi perekonomian Indonesia juga dicapai berkat kebijakan ekonomi pemerintah yang sangat hati-hati dan berkelanjutan.

Seorang Ekonom senior bernama Muhammad Chatib Basri juga memiliki pendapat yang sama dengan Luqman dan Cheng Hoon Liem.

Namun, Chatib Basri mengingatkan untuk tetap berhati-hati, karena sedikit besarnya dampak resesi akan tetap dirasakan oleh Indonesia.

Dari hasil analisis dan pendapat dari para ahli tersebut, membuat Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani mengubah pendapat dan pesannya kepada masyarakat dan menyatakan bahwa “Indonesia aman tetapi tetap waspada”.

Baca Juga: Cerita Ashanty Pernah Minta Cerai karena Kesulitan Ekonomi

Nah, itu dia Moms informasi tentang resesi. Cukup menyeramkan, ya Moms. Semoga keadaan bisa membaik!

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.