Sifat Perfeksionis Berlebihan pada Anak? Begini Cara Mengatasinya
Apakah Si Kecil terlalu kaku? Memiliki standar yang tinggi dalam setiap hal yang dikerjakan? Cenderung tertutup dan susah memiliki teman? Dan merasa gagal jika ia tidak berhasil mencapai yang diinginkan? Hal ini bisa menjadi pertanda anak tersebut memiliki sifat perfeksionis.
Hati-hati loh Moms, menurut Annabella Hagen, LCSW, RPT-S, direktur klinis dan pemilik Utah Therapy for Anxiety Disorders, sifat perfeksionis yang berlebihan dapat membawa dampak buruk untuk anak.
Dampak buruknya antara lain tidak pernah puas, terlalu ambisius, hingga memilih dalam berteman. Bahkan dapat mengakibatkan masalah kesehatan juga, seperti kecemasan berlebih.
Untuk menghindarinya, berikut ini ada beberapa tips yang dapat orang tua lakukan, untuk meredam sikap perfeksionis pada anak. Intip yuk, Moms.
Baca Juga: Anak Sulit Diatur dan Tak Bisa Diam, Bagaimana Menyikapinya?
1. Puji Setiap Upaya yang Dilakukan
Foto: kut.org
Saat Si Kecil berhasil mengerjakan sesuatu, pujilah usaha yang telah ia lakukan, bukan hasilnya. Meskipun ia gagal atau berhasil, puji kerja keras yang telah ia lakukan untuk mencapainya.
Ajarkan pada anak bahwa proses itu lebih penting daripada hasil yang didapatkan. Katakan prestasi memang perlu, tetapi bukanlah hal yang penting dalam hidup.
2. Ceritakan Pengalaman Kegagalan
Ceritakan pada Si Kecil mengenai pengalaman kegagalan yang pernah Moms atau Dads alami. Ceritakan bahwa kegagalan adalah bagian dari sebuah proses yang pasti akan semua orang alami.
Dari kegagalan tersebut, ada sebuah pelajaran yang nantinya akan didapatkan, untuk terus maju dan terlepas dari kegagalan. Ceritakan juga bagaimana Moms dan Dads mengatasi kegagalan tersebut, ya.
3. Ajarkan Anak Cara untuk Berdamai dengan Kekecewaan
Foto: abc.net.au
Kegagalan memang menyebalkan, makanya, orang tua perlu mengajari anak bagaimana cara untuk berdamai dengan rasa kecewa yang menghampiri saat gagal mencapai suatu tujuan.
Ajari ia cara menyalurkan rasa kekecewaan tersebut, misalnya dengan menulis diary, curhat kepada orang tua atau teman, menggambar, bernyanyi atau jalan-jalan. Dengan begitu, rasa kecewa yang ada pun akan perlahan terobati.
4. Bantu Anak Mengidentifikasi Hal yang Bisa dan Tidak Bisa Ia Kendalikan
Dengan mengetahui hal-hal apa saja yang bisa dan tidak bisa ia kendalikan, maka ia akan tahu bahwa tidak semua hal bisa ia dapatkan.
Beritahukan bahwa ia tidak bisa mengendalikan banyak hal dalam waktu bersamaan dan berdekatan. Tetapi ia bisa memberikan usaha yang maksimal untuk dapat menyelesaikannya.
Baca Juga: Pujian yang Tepat Pengaruhi Prestasi Anak di Sekolah
5. Ajarkan Anak untuk Menetapkan Tujuan yang Realistis
Foto: careeraddict.com
Diskusikan dengan Si Kecil mengenai tujuan yang ingin ia capai. Jika tujuannya membutuhkan kesempurnaan, bicarakan padanya tentang resiko yang akan mungkin akan ditemui saat mencapai tujuan tersebut.
Sehingga ia sudah tahu apa dampak terburuk jika ia tidak berhasil mencapainya. Atau mungkin ia akan merubah tujuannya menjadi lebih realistis.
Baca Juga: 5 Langkah Mengajarkan Konsep Cita-cita pada Anak
6. Bantu Anak untuk Mengembangkan Self-Esteem yang Sehat
Foto: rd.com
Libatkan Si Kecil dalam kegiatan yang akan membantunya lebih mengenal dirinya sendiri, bukan hanya apa yang ingin dicapai.
Mempelajari hal-hal baru, terlibat dengan kegiatan artistik, serta berkenalan dengan teman dan lingkungan baru. Cara ini akan membantu anak untuk memiliki pandangan yang lebih luas tentang dunia dan dirinya.
Jika cara-cara di atas terlihat belum membuahkan hasil yang membahagiakan, mungkin saatnya Moms dan Dads mencari pertolongan profesional. Jangan sepelekan sifat perfeksionis ini ya Moms.
Memiliki sifat perfeksionis mungkin menyenangkan dalam beberapa hal, seperti selalu melakukan segala hal secara sempurna. Namun perfeksionis yang berlebihan akan menghancurkan diri Si Kecil perlahan, bukan tidak mungkin dalam segala aspek.
Bukankah segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, Moms?
(AWD/AND)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.