18 Sosok Pahlawan Nasional Wanita Indonesia dan Kisahnya
Dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia serta hak-hak rakyat, tidak hanya para pria saja yang turun tangan. Ada juga pahlawan nasional wanita yang perlu dikenal.
Indonesia juga memiliki banyak pahlawan nasional wanita yang berjasa dalam berjuang melawan penjajah di medan perang, maupun berjuang dalam kegiatan sosial.
Inilah beberapa pahlawan perempuan Indonesia yang harus kita tahu!
Baca Juga: 26 Quotes Hari Pahlawan dari Tokoh Populer, Jadikan Caption!
Pahlawan Nasional Wanita Indonesia
Berkat kegigihan para pahlawan wanita, Indonesia akhirnya merdeka dan bebas dari penjajahan.
Nama-nama pahlawan nasional wanita ini dikenang atas perjuangan mereka dalam mengangkat martabat bangsa.
Berikut adalah nama-nama pahlawan nasional wanita.
1. Raden Ajeng Kartini
Nama Raden Ajeng Kartini tentunya sudah tak lagi asing di telinga. Perjuangannya untuk mengedepankan hak para perempuan memang sangat mengagumkan.
Sehingga ini menjadi pahlawan nasional wanita Indonesia pertama yang perlu Moms tahu.
Tanpa jasanya, mungkin hingga kini para perempuan tak akan dianggap setara dengan laki-laki.
Berkatnya pulalah kini perempuan berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki-laki.
Terbitnya surat-surat Kartini menarik perhatian masyarakat Belanda. Kartini akhirnya mulai mengubah pandangan koloni Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa.
W.R. Soepratman bahkan menulis lagu "Ibu Kita Kartini" untuk mengenang kontribusi besar pahlawan nasional wanita ini dalam memerdekakan perempuan Indonesia.
2. Cut Meutia
Pahlawan nasional wanita berikutnya berasal dari daerah Aceh.
Meski seorang perempuan namun Cut Meutia tidak takut untuk ikut berperang melawan Belanda yang saat itu menduduki tanahnya.
Ia berjuang untuk mengusir orang-orang yang berusaha merebut wilayahnya bersama sang suami, Teuku Cik Tunon.
Cut Meutia, sebagai pahlawan nasional wanita, melanjutkan perlawanan terhadap Belanda bersama Pang Nanggroe hingga akhirnya terbunuh pada 26 September 1910.
3. Fatmawati
Tanpa perempuan hebat yang satu ini, Indonesia mungkin tak akan punya bendera kemerdekaan untuk dikibarkan saat itu.
Fatmawati adalah perempuan yang menjahit bendera Indonesia saat Proklamasi Kemerdekaan pertama Indonesia dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Selain menjahit Bendera Pusaka, istri Soekarno ini juga aktif dalam berbagai kegiatan untuk membangun rumah sakit dan sarana kesehatan bagi masyarakat.
Rumah sakit tersebut sekarang bernama, “Rumah Sakit Fatmawati."
4. Cut Nyak Dhien
Berasal dari keluarga bangsawan, Cut Nyak Dhien mulai memutuskan untuk ikut berperang setelah suami pertamanya meninggal di tangan para penjajah.
Cut Nyak Dhien adalah sosok pahlawan nasional wanita yang selanjutnya.
Bersama Teuku Umar, suami keduanya yang mengizinkan Cut Nyak Dhien ikut berperang, mereka akhirnya berjuang mengusir Belanda, meski akhirnya Teuku Umar juga meninggal saat berperang.
Cut Nyak Dhien kemudian maju sendirian melawan Belanda. Ia juga sangat ditakuti dan dibenci Belanda akibat kegigihannya dalam melawan penjajah.
5. Martha Christina Tiahahu
Sejak masih remaja, pahlawan nasional wanita yang satu ini langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura.
Martha lahir pada tanggal 4 Januari 1800 dari keluarga Thomas Matulessy. Thomas Matulessy (ayah Martha) adalah sesama prajurit yang berperang melawan koloni Belanda pada tahun 1817.
Hal yang menjadi ciri khasnya adalah rambut yang selalu terurai dengan ikat kepala.
Sayangnya, ia yang sempat berjuang bersama sang ayah kemudian kesehatannya mulai terganggu saat sang ayah meninggal.
Pahlawan nasional wanita ini meninggal dalam pertempuran di Laut Banda.
6. Nyi Ageng Serang
Tidak banyak yang mengenal Nyi Ageng Serang, namun pahlawan nasional wanita ini pengaruh dan kontribusinya bagi Indonesia patut dibanggakan.
Ia aktif memimpin pasukan untuk melakukan gerakan perlawanan di Serang.
Nyi Ageng Serang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah di daerah itu.
Inilah mengapa namanya masuk dalam daftar pahlawan nasional wanita yang patut kita hargai.
Baca Juga: 36 Nama Pahlawan Nasional Indonesia, Kenalkan pada Anak!
7. Dewi Sartika
Dewi Sartika adalah pelopor akses pendidikan bagi perempuan Indonesia.
Sosok pahlawan nasional wanita ini pendiri sekolah perempuan pertama di Hindia Belanda. Ia resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional Wanita oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1966.
Pada 16 Januari 1904, ia membangun Sekolah Isteri Wanita di Pendopo Kabupaten Bandung.
Ini kemudian dipindahkan ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetaman Isteri (Sekolah Emimensi Istri) pada tahun 1910.
Tak hanya itu, sudah ada sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, lalu kemudian berkembang menjadi satu sekolah tiap kota. Hebat sekali!
Nama sekolah tersebut diubah lagi menjadi Sekolah Raden Dewin pada tahun 1929. Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947, di Cineam, Tasikmalaya.
8. Rasuna Said
Hajjah Rangkayo Rasuna Said, adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan juga merupakan pahlawan nasional
wanita berhijab.
Pada 13 November 1974, ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia atas jasa-jasanya dalam perjuangan kemerdekaan oleh presiden Soeharto, perempuan kesembilan yang dianugerahi kehormatan ini.
Seperti R.A Kartini, ia juga memperjuangkan adanya persamaan hak antara pria dan wanita.
Sebagai seorang Muslim yang taat, Rasuna secara aktif berkampanye untuk hak-hak pendidikan dan politik perempuan.
Ia percaya bahwa keyakinan reformisnya memberikan dasar untuk mengadvokasi perempuan. Keyakinan agamanya meyakinkannya bahwa perempuan harus terdidik.
Ketika ia pindah ke Padang pada tahun 1931, Rasuna kecewa ketika mengetahui bahwa perempuan dilarang mengenyam pendidikan dan politik aktif.
Akhirnya di sana ia mendirikan sekolah dan mendirikan bagian Permi (Persatuan Muslim Indonesia) untuk perempuan dan anak perempuan.
Pada tahun 1933, Permi, yang didirikan oleh para aktivis muda yang mendukung hak perempuan atas pendidikan agama, memiliki ribuan anggota perempuan.
9. Siti Hartinah (Ibu Tien Soeharto)
Raden Ayu Hj. Siti Hartinah, atau yang lebih dikenal dengan Ibu Tien Soeharto, adalah istri Presiden Indonesia kedua, Jenderal Besar Purnawirawan Soeharto.
Ibu Tien Soeharto dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia tak lama setelah kematiannya.
Siti Hartinah juga berpengaruh dalam pelarangan poligami bagi pejabat di Indonesia.
Sebagai penggerak Kongres Wanita Indonesia, ia mendesak perlunya larangan poligami yang akhirnya keluar dalam wujud Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 yang tegas melarang PNS untuk berpoligami dan juga UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Selain itu, ada juga wujud peninggalan dan gagasannya yang masih ada sampai saat ini, yakni:
- Taman Mini Indonesia Indah
- Taman Buah Mekarsari
- Perpustakaan nasional
- RSAB Harapan Kita
- Museum
Baca Juga: 15 Poster Hari Pahlawan dan Sejarahnya, Simak Moms!
10. Andi Depu
Andi Depu Maraddia Balanipa, Puang Depu Maraddia Balanipa atau Ibu Agung adalah salah seorang pejuang wanita asal Indonesia yang berhasil mempertahankan Tinambung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat dari penaklukan Belanda.
Pada tahun 1942, ia mengibarkan bendera Merah Putih di awal kedatangan pasukan Jepang di Mandar.
Berkat keberaniannya tersebut, ia mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra Tingkat IV dari Presiden Soekarno.
Lalu pada 10 November 2018, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh mantan Joko Widodo bersama dengan Abdurrahman Baswedan, Kasman Singodimedjo, Depati Amir, Sjam'un dan Pangeran Muhammad Noor.
11. Laksamana Malahayati
Keumalahayati, adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh.
Pada tahun 1585–1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.
Malahayati memimpin 2.000 pasukan Inong Balee melawan Belanda pada 11 September 1599, membunuh Cornelis de Houtman dalam duel di atas kapal.
Dia mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya tersebut, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.
Selain dinamakan sebagai nama jalan di berbagai wilayah di Indonesia, nama Malahayati juga banyak diabadikan dalam berbagai hal, seperti pelabuhan, kapal perang, hingga kampus.
Atas jasa-jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, Joko Widodo menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2017 tanggal 6 November 2017.
12. Maria Walanda Maramis
Maria Josephine Catherine Maramis, atau yang lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis, adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia karena usahanya untuk memajukan wanita Indonesia pada permulaan abad ke-20.
Untuk menghargai peranannya tersebut, Maria Walanda Maramis mendapat gelar Pahlawan Pergerakan Nasional dari pemerintah Indonesia pada tanggal 20 Mei 1969.
Setiap 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis, pejuang emansipasi perempuan dalam politik dan pendidikan.
Untuk mengenang jasanya, dibangun Patung Walanda Maramis yang terletak di Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang.
13. Nyai Ahmad Dahlan
Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah adalah tokoh emansipasi perempuan, istri dari pendiri organisasi Muhammadiyah, Ahmad Dahlan dan juga seorang pahlawan nasional wanita berhijab.
Ia dinyatakan sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia oleh Presiden Indonesia kedua, Soeharto pada 10 November 1971.
14. Opu Daeng Risadju
Opu Daeng Risadju adalah pejuang wanita asal Sulawesi Selatan yang menjadi Pahlawan Nasional Indonesia.
Opu Daeng Risadju memiliki nama kecil Famajjah.
Opu Daeng Risaju itu sendiri merupakan gelar kebangsawanan Kerajaan Luwu yang disematkan pada Famajjah memang merupakan anggota keluarga bangsawan Luwu.
Opu Daeng Risadju berperan penting dalam perjuangan kebangkitan nasional dan revolusi kemerdekaan di Tanah Luwu, Sulawesi Selatan.
Peranannya tersebut, membuat ia sering dijuluki Srikandi Tanah Luwu.
Baca Juga: Lirik Lagu Gugur Bunga, Bisa Dinyanyikan saat Hari Pahlawan
15. Rohana Kudus
Rohana Kudus adalah pahlawan nasional wanita Indonesia dan wartawan perempuan pertama di negara ini.
Lahir pada 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Sumatra Barat, ia berasal dari keluarga terpelajar dengan ayah yang bekerja sebagai kepala jaksa di pemerintahan Hindia Belanda.
Kesadaran akan ketidaksetaraan gender mendorongnya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.
Pada tahun 1911, Rohana mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia untuk memberdayakan perempuan melalui pendidikan keterampilan.
Ia juga aktif menulis di surat kabar Poetri Hindia dan berkomunikasi dengan pemimpin redaksi Oetoesan Melajoe untuk memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan.
Dedikasinya terhadap pendidikan dan pemberdayaan perempuan membuatnya diakui sebagai tokoh penting dalam sejarah perjuangan perempuan di Indonesia.
Pada tahun 2019, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Rohana Kudus sebagai pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa.
16. Siti Manggopoh
Siti Manggopoh adalah pahlawan nasional wanita berhijab yang dikenal karena keberaniannya melawan penjajah Belanda.
Lahir pada Mei 1880 di Manggopoh, Lubuk Basung, Agam, Sumatra Barat, ia terkenal karena perannya dalam Perang Belasting, pertempuran melawan kebijakan pajak Belanda.
Berjuang bersama suaminya, keberaniannya membuatnya dijuluki "Singa Betina dari Manggopoh."
Perlawanan Siti Manggopoh menjadi momen penting dalam sejarah perjuangan rakyat Sumatra Barat.
Atas jasanya, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia pada 2 Mei 1964.
17. Ratu Nahrasiyah
Ratu Nahrasiyah adalah pahlawan nasional wanita Indonesia yang merupakan penguasa Kesultanan Samudera Pasai di Sumatra Barat.
Lahir pada Mei 1880, ia naik tahta setelah ayahnya, Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, dibunuh oleh Raja Nakur.
Nahrasiyah dikenal sebagai pemimpin perempuan pertama di Asia Tenggara dan memerintah dari tahun 1405 hingga 1428 M.
Selama masa pemerintahannya, Nahrasiyah menunjukkan keberanian luar biasa dalam memimpin perlawanan melawan penjajah.
Ia juga dikenal karena menikahi Panglima Laot, yang membantu membalas kematian ayahnya.
Meskipun tidak banyak catatan sejarah tentang pemerintahannya, Nahrasiyah dikenang sebagai simbol kesetaraan gender dan keberanian dalam sejarah kepemimpinan perempuan di Nusantara.
18. Ratu Kalinyamat
Pahlawan nasional wanita yang terakhir adalah Ratu Kalinyamat.
Pada tanggal 10 November 2023, Joko Widodo memberikan gelar pahlawan nasional kepada Ratu Kalinyamat.
Ratu Kalinyamat, atau Retna Kencana, adalah putri Sultan Trenggana dari Demak yang menikah dengan Pangeran Kalinyamat.
Pangeran Kalinyamat, yang dikenal dengan beberapa asal-usul, mendirikan desa Kalinyamat di Jepara.
Mereka memerintah bersama, dengan ayah angkat Pangeran, Tjie Hwio Gwan, sebagai patih bergelar Sungging Badar Duwung, yang juga mengajarkan seni ukir pada masyarakat Jepara.
Baca Juga: 50 Daftar Lagu Nasional Indonesia dan Para Penciptanya
Itulah nama beberapa pahlawan perempuan hebat di Indonesia yang sangat berjasa.
Tak hanya mereka, masih banyak lagi nama para pahlawan nasional wanita yang juga berperan besar dalam memperjuangkan kemerdekaan.
- https://www.facebook.com/bpmpsulawesibarat/
- http://ikpni.or.id/pahlawan/maria-walanda-maramis/
- http://ikpni.or.id/pahlawan/opu-daeng-risadju/
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.