02 Mei 2023

Taman Siswa, Sekolah yang Didirikan Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai pahlawan pendidikan
Taman Siswa, Sekolah yang Didirikan Ki Hajar Dewantara

Foto: Tamansiswapusat.com

Pernahkah Moms mendengar tentang sekolah bernama Taman Siswa?

Ternyata, ini merupakan jejak perjuangan sang pahlawan pendidikan nasional, R.M. Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, lho.

Perubahan nama pahlawan nasional itu dilakukan pada 3 Februari 1928.

Menurutnya, arti nama Hadjar artinya pendidik, Dewan artinya utusan, dan Tara artinya tak tertandingi.

Jadi makna nama Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidik Utusan Rakyat yang Tak Tertandingi Menghadapi Kolonialisme.

Sekolah Taman Siswa dibangun bukan tanpa alasan. Melainkan sebagai wujud dari gagasan Ki Hajar Dewantara yang cemerlang.

Taman Siswa juga diharapkan bisa memajukan pendidikan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan.

Yuk, cari tahu lebih lanjut mengenai sejarah didirikannya Taman Siswa. Bisa menambah pengetahuan yang menarik untuk Si Kecil, Moms.

Baca Juga: Biografi RA Kartini Sepanjang Hidupnya, Jadikan Panutan Anak

Sejarah Taman Siswa

Taman Siswa
Foto: Taman Siswa (Tamansiswa.co.id)

Dilansir dari laman resmi Direktorat Sekolah Menengah Pertama sekolah Taman Siswa berdiri di Yogyakarta pada 3 Juli 1922.

Gagasan untuk mendirikan sekolah tersebut berasal dari sarasehan (diskusi) tiap hari Selasa-Kliwon.

Sebagai informasi, sarasehan Selasa-Kliwon dipimpin oleh Pangeran Suryamentaram pada tahun tahun 1921-1922.

Diadakannya sarasehan bukan tanpa alasan, melainkan untuk mempelajari tentang keadaan rakyat Hindia Belanda yang terjajah.

Sarasehan ini mengadakan pertemuan setiap hari Senin Wage malam Selasa Kliwon.

Pada saat itu, sarasehan "Selasa Kliwonan" terdiri  tokoh-tokoh politik, kebudayaan, dan kerohanian. Dengan anggota berikut:

  1. Ki Ageng Suryomataram) sebagai Ketua,
  2. R.M. Sutatmo Suryokusumo,
  3. Ki Sutopo Wonoboyo,
  4. R.M. Gondoatmojo,
  5. Ki Prawirowiworo,
  6. Ki Pronowidigdo,
  7. RM. Subono,
  8. Ki Ageng Suryoputro, (paman Ki Hajar Dewantara),
  9. R.M. Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara), dan
  10. R.M. Suryodiputro (adik Ki Hajar Dewantara).

Para peserta diskusi sarasehan merasa sangat prihatin terhadap keadaan pendidikan kolonial.

Sistem pendidikan kolonial yang materialistik, individualistik, dan intelektualistik dinilai membutuhkan lawan tanding, yaitu pendidikan yang humanis dan populis, yang memayu hayuning bawana (memelihara kedamaian dunia).

Dari gagasan itulah, para tokoh memutuskan untuk mendirikan “Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa” atau dalam bahasa Indonesia berarti Perguruan Nasional Taman Siswa.

Perguruan Nasional Taman Siswa membuka sekolah masyarakat dalam berbagai tingkat, mulai dari taman kanak-kanak hingga pendidikan menengah atas.

Berdirinya sekolah Taman Siswa merupakan bentuk ketidakpuasan sekaligus perlawanan terhadap bangsa Belanda yang menjajah Tanah Air.

Sebab pada saat itu, pemerintah Belanda tidak membebaskan bangsa Indonesia untuk mengenyam pendidikan yang layak.

Hanya anak bangsawan, konglomerat, dan kalangan raja saja yang diperbolehkan untuk sekolah.

Padahal setiap orang berhak mendapat pendidikan untuk menjalankan kehidupannya secara lebih baik.

Baca Juga: Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Saksi Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Tujuan Didirikannya Taman Siswa

Sekolah Taman Siswa
Foto: Sekolah Taman Siswa (Id.wikipedia.org)

Menurut laman Taman Siswa Pusat, Ki Hadjar Dewantara, pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa bersama-sama dengan para anggota sarasehan Selasa-Kliwon memilih jalan usaha pendidikan nasional berdasarkan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk anak-anak bangsa Indonesia.

Hal ini dilakukan atas kesadaran bahwa pendidikan adalah faktor penting untuk usaha ke arah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan juga bertujuan untuk menanamkan serta menyebarkan benih jiwa hidup merdeka di kalangan rakyat guna mewujudkan cita–cita kemerdekaan bangsa Indonesia, cita-cita kemanusiaan, serta tercapainya masyarakat tertib damai, dan bahagia.

Tidak hanya sampai di situ, didirikannya Taman Siswa juga menjadi contoh sekolah partikelir yang menjadi dasar dan pembelajaran di masa depan.

Makna dari sekolah partikelir yaitu sekolah yang didirikan oleh suatu lembaga atau yayasan yang seluruhnya bukan tanggungan dari pemerintah.

Taman Siswa pun menjadi salah satu bukti sejarah pendidikan di masa lalu. Tepatnya ketika zaman penjajahan Belanda.

Jadi, masyarakat dapat mengenang, menghargai, sekaligus meneladani perjuangan para pahlawan nusantara yang sangat berjasa meski zaman telah berubah.

Baca Juga: Profil dan Perjuangan Cut Nyak Dien, Pahlawan Wanita dari Aceh yang Berperang Melawan Penjajah

Ajaran Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara
Foto: Ki Hajar Dewantara (Orami Photo Stocks)

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa Taman Siswa merupakan jejak perjuangan Ki Hajar Dewantara, maka sebaiknya juga kita pahami apa saja ajaran dari pahlawan nasional yang satu ini.

Ki Hajar Dewantara yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 mewariskan tiga ajaran yang masih terkenal hingga kini, yaitu:

  • Ing ngarsa sung tulada (di muka memberi contoh).
  • Ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-cita).
  • Tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya).

Ajaran sang pahlawan pendidikan ini tercetus dari sebuah proses adaptasi dua sistem pendidikan, yang merupakan gabungan model sekolah Maria Montessori (Italia) dan Rabindranath Tagore (India).

Menurut Ki Hajar Dewantara, dua sistem pendidikan yang dilakukan kedua tokoh pendidik ini sangat cocok untuk sistem pendidikan bangsa Indonesia pada masa itu.

Ki Hajar Dewantara kemudian menemukan istilah yang harus dipatuhi dan menjadi karakter, yaitu Patrap Guru, atau tingkah laku guru agar menjadi panutan murid dan masyarakat.

Setiap guru di Perguruan Nasional Taman Siswa pun menerapkan semua ajaran itu di semua jenjang pendidikan.

Mulai dari Taman Indria (Taman Kanak-kanak), Taman Muda (SD), Taman Dewasa (SMP), Taman Madya (SMA), dan Taman Guru (Sarjana Wiyata).

Menurut informasi dari Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (Unsurya), ada juga konsep belajar tiga dinding yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara.

Konsep ini mengacu pada bentuk ruang sekolah yang rata-memiliki empat dinding.

Ki Hajar Dewantara menyarankan, ruang kelas hanya dibangun dengan tiga sisi dinding dengan salah satu sisi lainnya terbuka.

Filosofi ini mencerminkan bahwa seharusnya tidak ada batas atau jarak antara dunia pendidikan di dalam kelas dengan realitas di luarnya.

Lahirnya Perguruan Nasional Taman Siswa pun mendapat sambutan baik dari masyarakat.

Ratusan Perguruan Nasional Taman Siswa tumbuh di berbagai wilayah. Dengan dijiwai oleh semangat dan cinta Tanah Air.

Baca Juga: 14 Sosok Pahlawan Nasional Wanita Indonesia dari Seluruh Penjuru Nusantara, Moms Harus Tahu!

Wafatnya Ki Hajar Dewantara

Monumen Ki Hajar Dewantara
Foto: Monumen Ki Hajar Dewantara (Tamansiswa.co.id)

Usai memimpin Perguruan Nasional Taman Siswa yang telah tersebar di seluruh Indonesia selama 37 tahun lamanya, Ki Hajar Dewantara tutup usia pada 26 April 1959 di Padepokan Ki Hajar Dewantara.

Ki Hajar Dewantara kemudian disemayamkan di Pendopo Agung Taman Siswa Yogyakarta.

Meski telah tiada, perjuangan bangsa dalam memajukan pendidikan Tanah Air tetap berlanjut.

Kini, tanggal lahir sang pahlawan nasional itu pun diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap 2 Mei.

Baca Juga: 9 Inspirasi Baju Pahlawan Indonesia untuk Anak, Ada Kostum Soekarno, Teuku Umar, dan Lainnya

Itu dia Moms, penjelasan singkat seputar sekolah Taman Siswa yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara bersama para tokoh pahwalan lainnya.

Semoga informasinya bisa memperkaya pengetahuan kita, ya.

  • https://ditsmp.kemdikbud.go.id/yuk-mengenal-sekolah-taman-siswa-milik-ki-hajar-dewantara/
  • https://ditsmp.kemdikbud.go.id/mengenang-perjuangan-dan-pemikiran-bapak-pendidikan-indonesia-suwardi-suryaningrat/
  • https://tamansiswapusat.com/sejarah.html
  • https://www.unsurya.ac.id/taman-siswa-warisan-perjuangan-ki-hajar-dewantara/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.