16 Mei 2024

Tawasul dalam Islam: Hukum, Jenis, Bacaan Doa, dan Tata Cara

Ketahui juga manfaat dari praktik tawasul

Tawasul adalah upaya seorang muslim dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Menurut Al-Islam, tawasul dapat merujuk pada upaya mendekatkan diri kepada Allah, seperti melalui Nabi Muhammad atau orang yang saleh.

Tawasul dilakukan dengan melaksanakan ketaatan, ibadah, mengikuti petunjuk Rasul-Nya dan mengamalkan seluruh amalan yang dicintai dan diridai-Nya.

Berikut ini Orami sudah merangkum bacaan tawasul yang dapat Moms terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, disimak!

Baca Juga: 7 Kumpulan Doa untuk Diri Sendiri, Wajib Diketahui!

Dasar Hukum Tawasul

Dasar Hukum Tawasul
Foto: Dasar Hukum Tawasul (Orami Photo Stock)

Tawasul adalah upaya agar doa kita dapat diterima oleh Allah SWT.

Beberapa ayat dalam Alquran yang menjelaskan tentang dasar hukum tawasul yaitu sebagai berikut:

1. Surat Al Maidah Ayat 35

"Yaa ayyuhallaziina aamanuttaqullaaha wabtaguu ilaihil-wasiilata wa jaahidu fii sabiilihii la'allakum tuflihun."

Artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."

Dari ayat tersebut, ulama memutuskan bahwa tawasul adalah sesuatu yang disyariatkan oleh Islam.

Ayat ini dengan jelas meminta kita untuk membuat anak tangga yang menghubungkan seseorang dan Allah.

Ulama dari berbagai madzhab sepakat bahwa berserah yang dimaksud adalah amal saleh sebagai jalan yang menyertai seseorang dalam doanya.

Amal saleh dapat mendekatkan seseorang kepada-Nya.

Amal saleh ini yang dijadikan tawasul agar hajat-hajat orang tersebut dalam doanya terkabul. Inshaa Allah.

2. Surat Al-A'raaf Ayat 180

"Wa lillaahil-asmaa'ul-husnaa fad'uhu bihaa wa zarullaziina yul-hiduna fii asmaa'ih, sayujzauna maa kaanu ya'malun."

Artinya:

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya.

Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."

Baca Juga: 11 Rekomendasi Kado untuk Suami, Bikin Hubungan Makin Intim

Jenis-Jenis Tawasul

Jenis-Jenis Tawasul
Foto: Jenis-Jenis Tawasul (Orami Photo Stock)

Berikut ini adalah jenis-jenis dan cara melakukan tawasul yang bisa Moms lakukan.

1. Tawasul dengan Amal Saleh

Dalam hadis dikisahkan ada 3 orang yang terperangkap di dalam gua, masing-masing bertawasul dengan amal salihnya.

Sehingga Allah membukakan pintu gua dari batu besar yang menghalanginya.

Berdasarkan hadis tersebut para ulama sepakat bahwa bertawasul dengan amal salih adalah ajaran Islam dan dapat dilakukan.

2. Tawasul dengan Orang yang Kedudukannya Tinggi di Sisi Allah SWT

Kedua adalah tawasul dengan orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah SWT.

Artinya wasilah yang kita sebutkan dalam berdoa bukan amal kita tetapi nama seseorang atau kemuliaan seseorang.

Contoh:

  • “Ya Allah, berkat Nabi Muhammad SAW……” ,
  • “Ya Allah, berkat Imam Syafi’i…..”,
  • “Ya Allah, berkat para wali dan shâlihin….”.

3. Tawasul di Masa Hidup Nabi

Dikisahkan bahwa sahabat Dharir yang menderita sakit mata memohon kepada Rasulullah SAW agar diberi kesembuhan.

Kemudian Rasulullah menyuruhnya untuk membaca doa berikut:

“اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَّمَدٍ نَبِىِّ الرَّحْمَةِ  إِنِّيْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّيْ فِيْ حَاجَتِيْ هَذِه لِتُقْضَى لِيْ اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan berdoa kepada-Mu dengan (bertawasul dengan) Nabi-Mu, Muhammad, Nabi yang penuh kasih sayang.

(Duhai Rasul) sesungguhnya aku telah bertawajjuh kepada Tuhanku dengan (bertawasul dengan)mu agar hajatku ini terkabul.

Ya Allah, terimalah syafaat beliau untukku”. (HR Tirmidzi, an-Nasâ’I, al-Baihaqy dengan sanad shahih).

Dalam hadis tersebut sahabat Dharir bertawasul dengan Nabi Muhammad SAW bahkan atas rekomendasi beliau sendiri.

Ini menunjukkan tawasul dengan orang salih yang masih hidup diperbolehkan.

4. Tawasul dengan Nabi Usai Beliau Wafat

Dalam sebuah hadis disebutkan:

عَنْ سَيِّدِنَا عَلِيْ كَرَّمَ الله وَجْهَهُ أَنَّ سَيِّدِنَا ُمُحَّمَدٍ  لَمَّا دَفَنَ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَسَدْ أُمَّ سَيْدِنَا عَلِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ اللّهُمَ بِحَقِّيْ وَحَقِّ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِيْ اغْفِرْ لِأُمِّيْ بَعْدَ أُمِّيْ  رواه الطبراني وأبو نعيم وابن حجر الهيثمي

“Dari Sayidina ‘Ali kw. Sesungguhnya Sayidina Muhammad SAW tatkala Fathimah binti Asad, ibu Sayidina ‘Ali dimakamkan, beliau SAW berdoa:

“Ya Allah, dengan (perantara) hakku dan hak para Nabi sebelumku, ampunilah ibu setelah ibuku (Fathimah bint Asad). (HR at-Thabrâny, Abu NU’aim, al-Hatsamy)”

Dalam hadis tersebut Rasulullah bertawasul dengan para Nabi sebelum beliau.

Ini menunujukan bahwa tawasul dengan orang yang telah meninggal juga pernah diajarkan oleh Rasul SAW.

Baca Juga: 40+ Doa Pernikahan Islami yang Membawa Berkah bagi Pengantin

5. Tawasul dengan Orang Saleh yang Masih Hidup

Anas ibn Malik meriwayatkan sebuah hadis:

عَنْ أَنَسْ بِنْ مَالِكْ  أَنَّ عُمَرَ  كَانَ إِذَا قُحِطُوْا اسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بِنْ عَبْدِ الْمُطَلِّبِ فَقَالَ اللّهم إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا َوإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ فيُسْقَوْنَ  أخرجه البخاري

“Dari Anas bin Mâlik ra. sesungguhnya Umar ibn al-Khathâb apabila masyarakat mengalami paceklik meminta hujan dengan (tawasul dengan) al-‘Abbâs ibn ‘Abdil Muthallib dengan mengatakan :

“Ya Allah, sesungguhnya dahulu ketika berdoa kepada-Mu kami bertawasul dengan Nabi-Mu. Engkaupun menurunkan hujan kepada kami.

Dan sekarang kami berdoa kepadamu dengan bertawasul dengan paman Nabi-Mu, maka berilah kami hujan.”

Anas mengatakan: “Kemudian mereka diberi hujan.” (HR Bukhari).

Dalam hadis di atas Sayidina Umar bertawasul dengan Sayidina ‘Abbas.

Menurut Ibn Hajar al-‘Asqalany dalam Fathul Bari Syarh al-Bukhari, hadis di atas menunjukkan terjadinya tawasul dengan Nabi Muhammad SAW dan diperbolehkan tawasul dengan orang-orang saleh baik dari kalangan Ahlul Bait (habaib) maupun lainnya.


6. Tawasul dengan Orang Saleh yang Sudah Meninggal

Tawasul dengan orang saleh yang telah meninggal sudah dilakukan para ulama, di antaranya:

Pertama, Al-Khathîb dalam kitab tarikh-nya menceritakan dari ‘Ali ibn Maimun bahwa Imam Syafi’i pernah berkata:

إِنِّي لَأَتَبَرَّكُ بِأَبِيْ حَنِيْفَةَ وَأَجِيْئُ إِلَى قَبْرِهِ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ – يَعْنِيْ زَاِئرًا- فَإِذَا عَرَضَتْ لِيْ حَاجَةٌ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَجِئْتُ إِلَى قَبْرِهِ وَسَأَلْتُ اللهَ تَعَالى الْحَاجَةَ عِنْدَهُ فَمَا يَبْعَدُ عَنِّيْ حَتَّى تُقْضَى

“Sesungguhnya aku bertabarruk dengan Abi Hanifah dan datang ke kuburnya – yakni ziarah kubur.

Apabila aku mempunyai hajat, maka aku salat sunah 2 rakaat kemudian datang ke kuburan beliau dan meminta hajatku kepada Allah. Tidak lama kemudian hajatku pun terpenuhi”.

Kisah tersebut menunjukkan bahwa Imam Syafi’i bertawasul dengan Abu Hanifah.

Hal ini sebagaiman keterangan tegas Imam Ibn Hajar dalam al-Khairat al-Hisan fi Manaqib al-Imam Abi Hanifah an-Nu’man.

Kedua, Imam ad-Dzahaby dalam Tadzkirah al-Huffâdh mengisahkan, tatkala Sofwan ibn Sulaim disebutkan di depan Imam Ahmad ibn Hanbal, beliau berkomentar:

هَذَا رَجُلٌ يَنْزِلُ الْقَطَرُ مِنَ السَّمَاءِ بِذِكْرِهِ

“Ini adalah lelaki yang hujan dapat turun dari langit dengan (perantara) menyebut namanya”.

Ucapan Imam Ahmad ibn Hanbal di atas membuktikan bahwa beliau termasuk pendukung berat praktik tawasul.

7. Tawasul dengan Kemuliaan

Tawasul dengan jah (kemuliaan dan kedudukan) seseorang di sisi Allah diperbolehkan. Berdasarkan doa sahabat Dharir:

“اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَّمَدٍ نَبِىِّ الرَّحْمَةِ  إِنِّيْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّيْ فِيْ حَاجَتِيْ هَذِه لِتُقْضَى لِيْ اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan berdoa kepada-Mu dengan (bertawasul dengan) Nabi-Mu, Muhammad, Nabi yang penuh kasih sayang.

(Duhai Rasul) sesungguhnya aku telah bertawajjuh kepada Tuhanku dengan (bertawasul dengan) derajatmu agar hajatku ini terkabul.

Ya Allah, terimalah syafaat beliau untukku”.

Menurut Syeikh ibn ‘Allân dalam Faidul Qadir, kata bika yang terdapat dalam doa di atas bermakna "derajatmu" sehingga menurut para ulama yang dimotori ‘Izz ibn ‘Abdissalam tawasul dengan jah termasuk bagian dari ajaran agama.

Baca Juga: 6 Cara Menjadi Istri Sholehah dalam Islam, Yuk Praktikan!

Manfaat Tawasul

Doa Mendekatkan Diri Kepada Allah
Foto: Doa Mendekatkan Diri Kepada Allah (Orami Photo Stock)

Manfaat tawasul, terutama dalam konteks agama Islam, diyakini dapat melibatkan kedekatan dan pertolongan dari Allah SWT melalui perantara atau perantaraan tertentu.

Namun, perlu diingat bahwa interpretasi dan keyakinan terkait manfaat tawasul dapat berbeda-beda di kalangan umat Islam.

Berikut beberapa manfaat yang bisa didapat dalam praktik tawasul:

1. Mendekatkan Diri kepada Allah SWT

Tawasul dianggap sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui perantara yang dianggap memiliki kedekatan dan keberkahan khusus.

2. Memperoleh Keberkahan

Dalam tawasul, individu berharap untuk mendapatkan berkat dan keberkahan, baik dalam hal kehidupan dunia maupun akhirat, melalui perantara yang dihormati.

3. Penghiburan dan Ketenangan Batin

Ketika seseorang merasa dekat dengan perantara yang dihormati, ini dapat memberikan penghiburan dan ketenangan batin dalam menghadapi tantangan atau kesulitan dalam hidup.

4. Menghidupkan Teladan

Tawasul dapat menjadi sarana untuk menghidupkan teladan perantara atau tokoh agama yang dihormati, sehingga individu dapat terinspirasi untuk mengikuti jejak mereka dalam beribadah dan berakhlak.

5. Memperkuat Iman dan Ketakwaan

Praktik tawasul diyakini dapat memperkuat iman dan ketaqwaan seseorang, karena mereka merasa terhubung secara spiritual dengan figur agama yang dihormati.

Tata Cara Tawasul

Ilustrasi Doa
Foto: Ilustrasi Doa (Freepik.com/rawpixel)

Tata cara tawasul dalam agama Islam dapat berbeda-beda tergantung pada tradisi dan keyakinan yang diikuti oleh individu.

Berikut ini adalah tata cara umum tawasul yang biasanya diikuti:

1. Niat yang Tulus dan Ikhlas

Sebelum memulai tawasul, niatkan dalam hati bahwa tujuan melakukan tawasul adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui perantara yang dipilih.

2. Bersuci

Lakukan wudhu (bersuci) seperti yang biasa dilakukan sebelum ibadah lainnya.

Ini adalah tindakan persiapan yang penting sebelum mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam doa.

3. Bacaan Basmalah

Sebelum membaca doa tawasul, bacakan basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم) untuk memulai dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

4. Membacan Bacaan Doa Tawasul

Bacakan doa tawasul dengan penuh khushu' (konsentrasi dan khusyuk), merujuk kepada perantara yang Anda pilih.

Berikut adalah contoh doa tawasul:
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan perantara Nabi Muhammad, salam sejahtera atasnya.

Tolonglah aku dalam kesulitan ini dan berikanlah aku apa yang aku butuhkan. Engkaulah yang Mahakuasa dan Maharahim."

Bacaan doa tawasul selengkapnya akan dijelaskan pada bagian selanjutnya khusus membahas tentang doa tawasul.

5. Berzikir dan Berdoa

Setelah membaca doa tawasul, lanjutkan dengan berzikir dan berdoa kepada Tuhan dengan mengutarakan permohonan secara pribadi.

6. Berdoa untuk Kebaikan Semua

Sebelum mengakhiri tawasul, berdoalah untuk kebaikan semua umat manusia dan memohon berkat bagi mereka.

7. Bersedekah dan Berbuat Baik

Setelah berdoa, pertimbangkan untuk bersedekah atau melakukan amal kebaikan sebagai bentuk rasa syukur dan menunjukkan ketaatan kepada Allah SWT.


Bacaan Doa Tawasul

Wanita Muslim
Foto: Wanita Muslim (Stock.adobe.com)

Telah dijelaskan di atas dalam cara tawasul, hal penting yang dilakukan adalah membaca bacaan doanya.

Bagi Moms dan Dads yang ingin bertawasul untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bisa mengamalakan bacaan doa berikut.

1. Istigfar Sebanyak 3x

اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْ

Astaghfirullahal’adziim (3 x)

Artinya: "Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."

2. Membaca Dua Kalimat Syahadat

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Asy-hadu allaa-ilaaha illallah wa asy-hadu anna Muhammadar-rosulullah.

Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah."

3. Membaca Bacaan Tawasul

سْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِاِلَى حَضَرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيهِ

وَسَلَّمَ وَاَلِهِ وَاَزْوَا جِهِ وَاَوْلاَ دِهِ وَذُرِّيَّا تِهِ الْفَتِحَةْ

(dilanjutkan dengan al-Fatihah)

Artinya: “Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, kepada yang terhormat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terpilih, kepadanya segenap keluarga para istri dan anak cucu beliau, bacaan Al Fatihah kami tujukan untuk beliau…”

اِلَ حَضَرَاتِ اِخْوَا نِهِ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ وَ الْمُرْسَلِيْنَ وَالْاَوْلِيَاءِ وَاَلشَّهَدَاءِ وَاَلصَّا لِحِيْنَ وَاَلصَّحَا بَةِوَ التَّا بِعِيّنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَا مِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَ جَمِيْعِ الْمَلَئِكَةِ الْمُقَرَّ بِيْنَ خُصُوْصًا سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَيْدِ الْقَادِرِا لْجَيْلَا نِى . الْفَاتِحَةْ

(dilanjutkan dengan al-Fatihah)

Artinya: “Kepada yang terhormat para handai taulan dari para nabi dan rasul, para wali, para syuhada’, orang orang saleh, para sahabat,

para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas dan kepada segenap malaikat yang mendekatkan diri kepada Allah, terutama kepada penghulu kita syaikh Abdul Qadir Jailani.”

ثُمَّ اِلَي حَضَرَاتِ اِخْوَا نِهِ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ وَ الْمُرْسَلِيْنَ وَالْاَوْلِيَاءِ وَاَلشَّهَدَاءِ وَاَلصَّا لِحِيْنَ وَاَلصَّحَا بَةِوَ التَّا بِعِيّنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَا مِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَ جَمِيْعِ الْمَلَئِكَةِ الْمُقَرَّ بِيْنَ خُصُوْصًا سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَيْدِ الْقَادِرِا لْجَيْلَا نِى . الْفَاتِحَةْ

(dilanjutkan dengan al-Fatihah)

Artinya: “Kemudian kepada yang terhormat para handai taulan dari para nabi dan rasul, para wali, para syuhada’, orang-orang saleh, para sahabat,

para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas dan kepada segenap malaikat yang mendekatkan diri kepada Allah, terutama kepada penghulu kita syaikh Abdul Qadir Jailani.”

اِلَى جَمِيْعِ اَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَا لْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْ مِنَاتِ مِنْ مَشَارِ قِالْاَرْضِ وَمَغَا رِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِ هَا خُصُوصًا اَبَاءَ نَاوَ اُمَّهَا تِنَا وَاَجْدَا دَنَاوَ جَدَّا تِنَا وَمَشَا يِخَنَا وَمَشَا يِخَ مَشَا يِخِنَا وَاَسَا تَذَةِ اِسَاتِذَ تِنَ (وَحُصُوْصًا اِلَى الرُّحِ …) وَلَمِنِ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِ . الْفَتِحَةْ

(dilanjutkan dengan al-Fatihah)

Artinya: “Kepada segenap ahli kubur kaum muslimin laki-laki dan perempuan, kaum mukminin laki-laki dan perempuan dari timur dan barat, baik yang ada di darat maupun di laut, terutama kepada para bapak dan ibu kami, para nenek laki laki dan perempuan kami,

kepada syaikh kami dan syaikhnya syaikh kami, kepada gurunya guru kami, dan kepada orang yang menyebabkan kami sekalian berkumpul di sini.”

Baca Juga: Sholat Tasbih: Tata Cara, Bacaan, Waktu, dan Keutamaannya

4. Membaca Tahlil

Bacaan tahlil terdiri dari: Al Fatihah (1x), Al Ikhlas (3x), An Falaq (1x), An Naas (1x), 5 ayat awal Al Baqarah, Ayat Kursi, 2 ayat terakhir Al Baqarah, Huud ayat 73, Al Ahzab ayat 33, dan Al Ahzab ayat 56.

5. Membaca Doa Memohon Kesejahteraan

اَلَّلهُمَّ صَلِّ اَفْضَلَ الصَّلَاةِ عَلَى اَسْعَدِ مَخْلُوْقَا تِكَ نُوْرِ الْهُدَى سَيِّدِ نَا مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَعْلُوْ مَا تِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّا كِرُوْنَ وغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَاَلَّهُمَّ صَلِّ اَفْضَلَ الصَّلَاةِ عَلَى اَسْعَدِ مَخْلُوْ قَاتِكَ شَمْسِ الضُّحَى سَيِّدِ نَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَعْلُوْ مَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكَرُ وْنَ وَغَفَلَ عَنْذِ كْرِكَ الْغَا فِلُوْنَ.الَّلهُمَّ صَلِّ اَفْضَلَ الضَّلَاةِعَلَى اَسْعَدِ مَخْلُوْ قَاتِكَ بَدْ رِالدُّجَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَعْلُوْمَا تِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّا كِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْذِ كْرِكَ الْغَافِلُوْنَ . وَسَلِّمْ وَرَضِىَ اللهُ تَعَلَ عَنْ سَادَاتِنَا اَصْحَبِ رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ

Artinya: “Ya Allah, tambahkanlah kesejahteraan yang paling utama kepada makhluk Engkau yang paling bahagia,

yang menjadi sinar petunjuk, penghulu, dan pemimpin kami, yaitu Nabi Muhammad dan kepada keluarga penghulu kami Nabi Muhammad sebanyak tinta kalimat-kalimat Engkau,

tatkala orang-orang yang ingat berzikir dan tatkala orang-orang yang lupa tidak berzikir kepada Engkau.

Ya Allah, tambahkanlah kesejahteraan yang paling utama kepada makhluk Engkau yang paling bahagia, yang menjadi penerang laksana matahari di waktu duha, penghulu, dan pemimpin kami, yaitu Nabi Muhammad

dan kepada keluarga penghulu kami Muhammad, sebanyak bilangan yang Engkau ketahui dan sebanyak tinta kalimat-kalimat Engkau,

ketika orang-orang yang ingat berzikir dan tatkala orang-orang yang lupa tidak berzikir kepada Engkau.

Ya Allah, tambahkanlah kesejahteraan yang paling utama kepada makhluk Engkau yang paling bahagia, yang menjadi penerang laksana bulan purnama di waktu gelap, penghulu, dan pemimpin kami, yaitu Nabi Muhammad,

sebanyak bilangan yang Engkau ketahui dan sebanyak tinta kalimat-kalimat Engkau, ketika orang-orang yang ingat berzikir kepada Engkau dan ketika orang-orang yang lupa tidak berdzikir kepada Engkau, dan tambahkanlah keselamatan.

Mudah-mudahan Allah memberi keridaan kepada para penghulu kami, yaitu semua para sahabat Rasulullah.”

Baca Juga: 20+ Doa Sehari-hari untuk Diajarkan pada Si Kecil

Ingatlah bahwa praktik tawasul sebaiknya selalu diarahkan kepada Allah SWT, dan perantara hanyalah sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Juga, pastikan bahwa praktik tawasul yang dilakukan selaras dengan ajaran agama dan nilai-nilai Islam yang dianut.

Jika memiliki keraguan atau ingin memahami lebih lanjut tentang praktik tawasul dalam konteks agama Islam, disarankan untuk berbicara dengan seorang ulama atau tokoh agama yang dipercayai.

  • https://bincangsyariah.com/kalam/tujuh-macam-tawasul/
  • https://www.dutadakwah.co.id/bacaan-tawasul/
  • http://www.almunawwar.or.id/cara-bertawasul-agar-bebas-dari-syirik-berikut-dengan-tata-cara-dan-lapadznya/
  • https://www.al-islam.org/message-thaqalayn/vol5-n4-2000/tawassul-seeking-way-unto-allah-abd-al-karim-bi-azar-shirazi/tawassul
  • https://central-mosque.com/index.php/Beliefs/tawassul-and-its-position-in-islam.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.