TBC Usus Bisa Sebabkan Muntah dan Diare, Ini yang Perlu Diketahui
Moms tentu sering dengar tentang penyakit yang bernama tuberkulosis (TBC), bukan? Namun, pernahkah mendengar tentang TBC usus?
Seperti namanya, TBC usus adalah penyakit tuberkulosis yang terjadi pada usus. Selain pada sistem pernapasan atau paru-paru, penyakit ini juga bisa terjadi pada usus.
Penyakit ini terjadi ketika bakteri Mycobacterium tuberculosis menyebabkan infeksi.
Sama halnya seperti di paru-paru, TBC usus juga merupakan penyakit yang berbahaya yang perlu diwaspadai. Yuk, simak pembahasannya, Moms!
Baca juga: Sering Kentut? Simak Penyebab dan Cara Mencegahnya
Seperti Apa Gejala TBC Usus?
Foto: Orami Photo Stock
Gejala TBC usus tentunya berbeda dengan TBC yang terjadi pada paru-paru atau organ lainnya.
Meski gejala bisa bervariasi pada setiap orang, berikut ini beberapa gejala yang umum terjadi saat mengalami TBC usus:
- Nafsu makan menurun
- Diare
- Ada darah pada tinja
- Terjadi penurunan berat badan
- Demam
- Sakit perut
- Muntah
- Malabsorpsi, atau ketidakmampuan usus menyerap nutrisi dari makanan
- Ada robekan atau perforasi pada usus
- Terjadi pembesaran hati dan limpa
Baca juga: Penyebab Nyeri Dada Sebelah Kanan dan Cara Mengatasinya
Penyebab TBC Usus
Foto: hhmi.org
Penyakit TBC usus pada dasarnya menyebar secara hematogen atau melalui darah. Artinya, bakteri Mycobacterium tuberculosis masuk ke tubuh melalui darah dan menyebabkan infeksi.
Adapun hal-hal yang bisa menyebabkan TBC usus terjadi adalah:
- Ketika cairan dari paru-paru yang terinfeksi bakteri TBC masuk ke usus
- Bakteri berpindah dari kelenjar getah bening terdekat dari organ yang terinfeksi ke usus
- Mengonsumsi produk susu yang terkontaminasi oleh bakteri m. Bovis
Studi pada 2004 di The Indian Journal of Medical Research menyebutkan, bakteri tuberkulosis juga bisa mencapai saluran pencernaan saat menelan dahak yang terinfeksi.
Insiden dan keparahan TBC usus juga diperkirakan akan meningkat dengan adanya insiden infeksi HIV.
Pemeriksaan untuk Diagnosis TBC Usus
Foto: Orami Photo Stock
Sebenarnya, menetapkan diagnosis TBC usus bisa dibilang cukup sulit. Hal ini karena gejala yang bisa dialami penderita kondisi ini dapat beragam.
Beberapa gejala juga bisa jadi tampak seperti penyakit lain, seperti gangguan pencernaan atau penyakit autoimun.
Itulah sebabnya serangkaian pemeriksaan perlu dijalani secara menyeluruh, agar mendapatkan hasil yang akurat.
Bila mencurigai ada indikasi TBC usus, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:
- Pemeriksaan gejala klinis serta menelusuri riwayat kesehatan dan kegiatan yang dilakukan sebelumnya
- Pemeriksaan fisik dengan meraba area perut. Salah satu tanda khas penyakit TBC usus adalah nyeri dan kram
- Pemeriksaan penunjang laboratorium, endoskopi, biopsi jaringan, dan pemeriksaan radiologi
- Radiografi atau rontgen untuk melihat gambaran kondisi di dalam perut
- Pemeriksaan histopatologi dengan mengambil sampel jaringan (biopsi), untuk diperiksa di bawah mikroskop
Pengobatan untuk TBC Usus
Karena penyebabnya sama, TBC usus biasanya dapat diobati dengan pengobatan untuk TBC paru.
Meski begitu, dosis dan durasi pemberian obat bisa berbeda-beda pada setiap penderita, tergantung kondisi yang dialami.
Bila diperlukan, dokter juga dapat meresepkan obat-obatan khusus lainnya, pada penderita TBC usus yang mengalami komplikasi penyakit lain.
Baca juga: Antibiotik untuk Keputihan, Bisa Mengatasi Infeksi Akibat Bakteri
Berikut ini beberapa pengobatan untuk TBC usus secara umum:
1. Obat-obatan
Foto: Orami Photo Stock
Beberapa obat yang biasa diresepkan untuk mengatasi TBC usus adalah:
- Isoniazid
- Rifampicin
- Ethambutol
- Pyrazinamide
Rata-rata, lama pengobatan yang perlu dijalani penderita penyakit ini adalah 6 bulan.
Meski begitu, pada beberapa kasus pengobatan bisa jadi lebih lama. Terutama bila kondisi infeksi cukup parah atau ada komplikasi yang menyertai.
Sebelum menjalani pengobatan, penderita TBC usus biasanya harus melanjalani pemeriksaan fungsi hati dengan tes darah.
Hal ini karena obat-obatan untuk TBC dapat memberi efek pada organ hati.
Bila selama menjalani pengobatan ada beberapa gejala berikut ini yang terjadi, sebaiknya waspada dan segera hubungi dokter:
- Urine berwarna gelap
- Demam lebih dari 3 hari
- Kehilangan nafsu makan
- Penyakit kuning atau jaundice
- Mual atau muntah tanpa sebab yang jelas
- Sakit perut
Beberapa gejala tersebut bisa jadi tanda adanya gangguan atau masalah pada organ hati.
Bila terjadi, dokter biasanya akan memberi obat tambahan untuk mengatasinya, atau menyesuaikan obat yang sedang diminum.
2. Operasi
Foto: Orami Photo Stock
Penderita TBC usus yang mengalami komplikasi seperti perforasi atau adanya lubang di usus, operasi biasanya perlu dijalani.
Prosedur ini juga berlaku jika terjadi abses, fistula, perdarahan, atau penyumbatan usus (obstruksi).
Operasi seperti apa yang perlu dijalani biasanya akan ditentukan dokter berdasarkan kondisi dan kebutuhan.
Namun, jenis operasi yang sering dilakukan adalah pengangkanan bagian usus yang mengalami infeksi.
Studi pada 2014 di World Journal of Gastroenterology mengungkapkan, operasi untuk TBC usus jarang diperlukan.
Sebagian besar penderita penyakit ini dapat merespons dengan baik terhadap obat-obatan standar. Prosedur operasi hanya diperlukan pada sebagian kecil kasus.
Baca juga: Otomikosis, Infeksi Jamur pada Telinga Luar yang Harus Diwaspadai
Cara Mencegah
Foto: Orami Photo Stock
Sama seperti TBC paru, TBC usus juga berbahaya dan dapat menular. Untuk menurunkan risiko tertular penyakit ini, ada beberapa upaya yang bisa Moms lakukan, yaitu:
1. Mendapatkan Vaksin BCG
Vaksin BCG merupakan salah satu upaya pencegahan efektif yang paling mudah dilakukan.
Vaksin ini dapat membantu mencegah TBC pada anak-anak serta orang dewasa yang belum pernah terkena penyakit ini.
Bila tinggal serumah atau memiliki kontak erat dengan penderita TBC, vaksin BCG sangat dianjurkan.
Kabar baiknya, di Indonesia, vaksin BCG telah menjadi salah satu imunisasi wajib untuk bayi di bawah usia 2 bulan.
Si Kecil bisa mendapatkannya secara gratis. Jadi, pastikan Si Kecil tidak melewatkan jadwal imunisasinya ya, Moms.
2. Waspadai Gejala
Untuk mencegah terjadinya perburukan kondisi atau komplikasi fatal, penting untuk segera memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan.
Jadi, waspadailah gejala TBC usus yang tadi sudah dijelaskan.
3. Turunkan Risiko Penularan
Bila infeksi TBC sudah terjadi, upaya untuk mencegah penyakit ini menulari orang sekitar dapat dilakukan.
Berikut ini tips untuk menurunkan risiko penularan penyakit ke orang lain:
- Tutup mulut dengan tangan atau tisu saat bersin, batuk, atau tertawa
- Kenakan masker saat bertemu orang lain atau beraktivitas di luar rumah
- Hindari membuang dahak atau meludah di sembarang tempat
- Pastikan sirkulasi udara di ruangan cukup
- Hindari tidur bersama orang lain di satu kamar, dan menggunakan peralatan makan yang sama
Baca juga: Mengenal Epididimis dan Peradangan yang Terjadi di Organ Ini
Itulah pembahasan mengenai TBC usus dan hal-hal yang perlu Moms ketahui. Dapat diketahui bahwa penyakit ini nyatanya tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga usus.
Deteksi dan penanganan sedini mungkin sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
Jadi, pastikan untuk mewaspadai gejalanya, segera periksakan diri jika mengalami gejala, dan jalani pengobatan dari dokter.
Jangan lupa juga untuk melakukan upaya untuk tidak menularkan penyakit ke orang lain.
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15520484/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4209546/
- https://www.cdc.gov/tb/topic/basics/default.htm
- https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/abdominal-tuberculosis
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/8856#prevention
- https://www.healthline.com/health/types-of-tuberculosis
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.