Syarat Transfusi Darah Ibu Hamil, Pahami Risiko dan Manfaatnya
Kira-kira, apakah transfusi darah ibu hamil adalah hal yang boleh dilakukan? Simak penjelasannya di bawah ini!
Transfusi darah atau dikenal juga dengan donor darah merupakan kegiatan pemberian darah dari satu orang ke orang lain.
Darah berfungsi memasok oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
Kegiatan transfusi darah ibu hamil akan menggantikan darah yang sudah hilang.
Jika sebelum hamil Moms sering melakukan kegiatan ini, transfusi darah akan cukup berbeda ketika dilakukan saat mengandung.
Berikut ini penjelasan mengenai fakta transfusi darah ibu hamil yang bisa Moms ketahui.
Baca Juga: 14 Manfaat Donor Darah untuk Kesehatan, Bantu Lancarkan Aliran Darah dan Kurangi Stres
Apa Itu Transfusi Darah?
Transfusi darah adalah sebuah kegiatan pemberian darah dari satu orang yang disebut sebagai pendonor.
Kemudian darah donor tersebut diberikan ke orang lain yang membutuhkan.
Sehingga kegiatan transfusi darah ibu hamil, dianggap sebagai salah satu tindakan medis penyelamatan jiwa.
Biasanya, hal ini dilakukan untuk mengganti darah yang hilang karena pendarahan hebat, tetapi juga digunakan untuk pengobatan anemia berat.
Hal ini karena darah merupakan komponen penting yang berguna memasok tubuh dengan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkannya.
Darah juga berperan dalam membawa sisa-sisa limbah dalam tubuh.
Darah terdiri dari sel darah merah, trombosit, dan sel darah putih dalam cairan yang disebut plasma.
Komponen ini masing-masing memiliki tugas yang berbeda untuk dilakukan, meliputi:
- Sel darah merah mengandung pigmen kaya zat besi yang disebut hemoglobin yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.
- Trombosit mengontrol perdarahan dengan membantu darah membeku.
- Sel darah putih melawan infeksi dan membentuk bagian dari sistem pertahanan tubuh (sistem imun).
Baca Juga: 8 Cara Mengatasi Darah Rendah, Tidak Selalu dengan Minum Obat, Lho!
Penyebab Ibu Hamil Perlu Transfusi Darah
Tapi, apakah ibu hamil perlu transfusi darah? Jawabannya tidak selalu.
Ada beberapa penyebab yang membuat ibu hamil perlu transfusi darah. Berikut ulasannya!
1. Anemia Berat
Dilansir American Pregnancy Association, setelah melihat kadar hemoglobin Moms, dokter mungkin dapat mendiagnosis tingkat anemia ibu hamil.
Untuk pasien yang didiagnosis dengan anemia berat, penting untuk menentukan penyebab dan pengobatan terbaik.
Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah hemoglobin dalam darah di bawah normal atau sel darah merah lebih sedikit dari biasanya.
Pada saat hamil, tubuh membuat sel darah merah ekstra untuk mengatasi tuntutan bayi serta ibu.
Meskipun demikian, anemia ringan sering terjadi selama kehamilan.
Jika Moms memiliki jumlah hemoglobin lebih rendah dari 7 g/dl dan sedang dalam usia 34 minggu kehamilan, atau lebih ada kemungkinan transfusi darah akan dipertimbangkan.
Ukuran hemoglobin yang lebih rendah dari 5 g/dl sangat meningkatkan risiko kematian Moms.
Sehingga penting menerima transfusi sebelum anemia yang sangat parah berkembang.
Selain itu, anemia berat harus diobati secara efektif sebelum persalinan.
Untuk menghindari terjadinya anemia berat saat hamil Moms bisa mengonsumsi:
- Konsumsi makanan kaya zat besi seperti daging, ayam, ikan, telur, kacang kering, dan biji-bijian yang diperkaya.
- Konsumsi makanan tinggi asam folat, seperti kacang kering, sayuran berdaun hijau tua, bibit gandum, dan jus jeruk.
- Konsumsi makanan tinggi vitamin C, seperti buah jeruk dan sayuran mentah segar.
- Menambah asupan zat besi hingga 80% lebih banyak pada makanan.
- Mengonsumsi multivitamin prenatal dan pil mineral yang mengandung folat ekstra,
2. Pendarahan
Penyebab transfusi darah ibu hamil lainnya adalah pendarahan yang berlebihan sehingga menyebabkan anemia berat.
Transfusi darah sering diperlukan untuk mengatasi kehilangan darah yang berlebihan.
Pendarahan dapat terjadi kapan saja selama kehamilan.
Jika Moms mengalami keguguran atau kehamilan ektopik, keduanya bisa juga menjadi penyebab ibu hamil perlu transfusi darah.
Ini terjadi terutama di awal kehamilan. Kemungkinan pun besar bila mengalami pendarahan setelah minggu ke-24 kehamilan.
Biasanya pendarahan akan terjadi saat persalinan atau setelahnya yang dikenal sebagai pendarahan intrapartum dan pendarahan postpartum.
Walaupun dokter akan berusaha mencegah perlunya transfusi darah, dalam kondisi tertentu sangat penting untuk menyelamatkan hidup Moms dan Si Kecil.
Baca Juga: 5+ Penyebab Pendarahan Setelah Berhubungan Seks saat Hamil
3. Riwayat Talasemia
Menurut artikel Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, apabila Moms memiliki riwayat talasemia, maka kondisi ini akan mempengaruhi kemampuan untuk menghasilkan hemoglobin sehat.
Moms pun akan memiliki peningkatan risiko mengalami anemia parah ketika hamil.
Wanita hamil dengan talasemia beta dapat mengalami anemia, yang dapat meningkatkan kemungkinan melahirkan secara prematur.
Dengan begitu, Moms mungkin memerlukan transfusi darah lebih sering selama kehamilan untuk kesehatan ibu dan bayi.
Baca Juga: Waspada Phlebitis, Peradangan pada Pembuluh Darah Vena
Ketentuan dan Syarat Transfusi Darah Ibu Hamil
Transfusi darah ibu hamil berbeda dengan donor darah konvensional. Ini karena hanya melibatkan sel darah merah.
Berikut beberapa ketentuan transfusi darah ibu hamil yang perlu diperhatikan:
1. Ketika Ada Kecocokan Sel Darah
Dalam kasus yang jarang terjadi, plasma dan trombosit diperlukan dalam transfusi darah ibu hamil.
Sering kali anggota keluarga diminta untuk mendonorkan darah kepada ibu hamil jika mereka memiliki tingkat kecocokan.
Jika diperlukan, transfusi darah ibu hamil aman dan boleh dilakukan dengan rekomendasi dokter atau perawat.
2. Tidak Diperbolehkan Transfusi Apabila Kehamilan Berisiko
Namun, donor darah saat hamil tidak dianjurkan, dengan alasan guna menjaga kesehatan ibu hamil dan janin dalam kandungan.
Ibu hamil setidaknya menunggu hingga 6 minggu setelah melahirkan untuk melakukan kegiatan transfusi darah.
3. Riwayat Anemia Membutuhkan Transfusi Darah
Ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil melakukan transfusi darah, salah satunya anemia.
American Pregnancy Association menyatakan, setelah perkiraan hemoglobin, dokter kandungan akan bisa mendiagnosis tingkat anemia pada ibu hamil.
Kondisi ini menunjukkan jumlah hemoglobin dalam darah di bawah normal.
Meskipun selama kehamilan sel darah merah meningkat, namun anemia bukanlah hal yang bisa dihindari dan sering kali dialami ibu hamil.
Jika ibu hamil memasuki minggu ke-34 atau lebih dengan hemoglobin lebih rendah dari 7g/dl, kegiatan transfusi darah akan direncanakan.
Jika jumlah hemoglobin lebih rendah dari 5g/dl, kemungkinan meningkatkan risiko kematian.
4. Pendarahan Hebat Membutuhkan Transfusi Darah
Selain anemia, penyebab lain yang memerlukan transfusi darah adalah perdarahan yang berlebihan dan menyebabkan anemia berat.
Dimuat dalam artikel Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, jika Moms memiliki riwayat talasemia, kondisi ini mempengaruhi proses pembentukan hemoglobin yang sehat.
Hal tersebut akan menyebabkan anemia parah dan tentu perlu dilakukan kegiatan transfusi darah ibu hamil.
Baca Juga: Ini Berbagai Hal Seputar Donor Sperma yang Perlu Moms Pahami
Risiko Transfusi Darah saat Hamil
Transfusi darah memang akan menambah pasokan sel darah dalam tubuh.
Namun, bukan berarti hal tersebut tanpa risiko meski dilakukan di saat-saat darurat.
Efek samping yang biasa terjadi saat melakukan transfusi darah ibu hamil, meliputi:
- Alergi parah
- Kontaminasi bakteri
- Demam
- Ruam
- Sakit kepala
Namun, Moms tak perlu khawatir karena beberapa efek samping yang telah disebutkan dapat dihilangkan dengan obat-obatan.
Hal ini seperti mengonsumsi parasetamol dan akan membaik dalam satu hari atau lebih.
Sebab, jika gejala didiamkan tanpa pengobatan, ini dapat memicu komplikasi pada tubuh.
Komplikasi lebih serius transfusi darah ibu hamil yang termasuk, seperti di bawah ini:
- Sulit bernapas
- Sakit kepala parah
- Penurunan tekanan darah secara tiba-tiba yang dapat dicirikan sebagai mengancam jiwa
Baca Juga: Diare pada Ibu Hamil Trimester 3: Gejala, Penyebab, dan Cara Aman Mengatasinya
Selain beberapa komplikasi tersebut, dalam kondisi transfusi darah berat, komplikasi kehamilan yang lebih parah dapat timbul, meliputi:
- Hipotermia
- Hiperkalemia, ketidakseimbangan elektrolit yang melibatkan kadar kalium rendah
- Hipokalsemia, kadar kalsium rendah
- Koagulopati, faktor pembekuan diencerkan menyebabkan koagulasi melemah atau terganggu
- Penipisan komponen darah yang mengatur seberapa mudah oksigen dipindahkan dari hemoglobin ke jaringan
- Penyakit kuning
- Infeksi
- Alloimunisasi
- Reaksi transfusi
Selain itu, ada kemungkinan terjadi hemolytic transfusion reaction atau reaksi sistem imun yang memproduksi antibodi untuk menghancurkan sel darah dari pendonor.
Tak hanya itu, mistransfusi atau kesalahan proses transfusi oleh pihak medis, dan hemochromatosis atau kondisi zat besi yang berlebih dan memicu kerusakan organ jantung dan hati.
Jika Moms mengalami efek samping saat transfusi darah, maka transfusi akan dihentikan.
Kondisi Moms akan dinilai sebelum melanjutkan kegiatan donor darah seutuhnya.
Baca Juga: Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Menerima Donor ASI untuk Bayi
Gejala Infeksi Transfusi Darah
Ibu hamil yang melakukan kegiatan transfusi darah perlu pemantauan selama proses dan setelahnya.
Biasanya akan dilakukan tindakan oleh dokter jika terjadi beberapa gejala seperti:
- Mual dan muntah
- Sakit punggung yang parah
- Ruam dan gatal
- Detak jantung yang cepat
- Kesulitan bernapas
- Perdarahan
- Kulit dingin dan berkeringat
- Menggigil
- Urine berwarna kemerahan atau gelap
Baca Juga: 7 Penyebab Muntah Darah saat Hamil dan Cara Mengatasinya, Moms Perlu Tahu!
Apabila mengalami gejala di atas, jangan ragu untuk memberitahu pada dokter yang merawat.
Bila Moms ditawari donor darah, pastikan memiliki semua informasi transfusi darah ibu hamil yang diperlukan.
Mintalah informasi apakah transfusi darah selalu menjadi pilihan Moms atau hanya opsi?
Jika Moms memiliki kekhawatiran tentang transfusi darah, bicarakan dengan dokter kandungan atau bidan, ya!
- https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/pregnancy-concerns/blood-transfusion-during-pregnancy/
- https://www.rcog.org.uk/guidance/browse-all-guidance/green-top-guidelines/management-of-beta-thalassaemia-in-pregnancy-green-top-guideline-no-66/
- https://www.toplinemd.com/trogolo-obstetrics-and-gynecology/blood-transfusion-during-pregnancy-everything-you-need-to-know/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.